Share

3. 'Main'

       Amora mengaduk teh manis dengan es batu itu dengan malas. Wajahnya masih terlihat mendung.


"Mana musik dangdutnya, mor?" tanya Ayu, teman sekelasnya.


Amora mendesah pelan."Ha~ ga mood, lain kali_" balasnya tidak bertenaga.


"Ah ga asyik, kita biasanya paling heboh kalau di kantin.." Ilham berseru kecewa.


Amora menghela nafas lelah, tidak bisa berbuat apa - apa selain murung. Untuk berjoget atau bernyanyi dangdut tidak ada gairah.


"Berat banget ya hidup_" Amor kembali menghela nafas lelah.


Ilham memicingkan matanya."Lo kok jadi Dilan?" tanyanya.


Amora memutar matanya jengah."Bagi Dilan yang berat itu rindu!" tatapannya berubah, meredup."ini hidup, lebih berat, Ham.." lirihnya begitu drama.


Ayu, Ratih, Ilham, dan Surya memutar matanya jengah.


"Seberat apa? Paling yang paling berat itu lemaknya si Surya!" tunjuk Ratih dengan dagunya pada laki - laki montok samping Ilham.


Ayu dan Ilham terbahak, sedangkan Amora tidak terhibur sama sekali. Biasanya dia yang paling kencang tertawa.


Melihat respon Amora membuat semuanya mulai khawatir, sungguh tidak biasa melihat si cacing kepanasan itu hanya diam.


"Lo ada masalah?" Ayu mulai buka suara, semua ikut menatap Amora.


Amora menggeleng pelan."Badan ga enak.." bohongnya dengan menenggelamkan wajahnya di meja.


"Emang ada ya badan yang enak? Gue ga suka makan badan orang.." celetuk Surya dengan cengiran kudanya.


Amora masih tidak terusik, sungguh kusut pikirannya. Menikah bukan sebentarkan? Sampai kapan?


"Gue pinjem, Razelnya.."


Semua menoleh ke arah Junior yang berdiri di belakang Amora. Amora menggeleng, menolak untuk berbicara dengan Junior.


Junior menarik lengan Amora sedikit paksaan, sontak Amora bergetar takut. Matanya mulai berair dan tidak fokus.


"Eng-engga, ga mau__" suaranya bergetar, membuat semua memandang ke arahnya. Para sahabat bahkan sudah khawatir dan bertanya kenapa dan kenapa.


Junior mengangkat Amora agar berdiri, Junior merangkulnya lalu membawanya ke tempat yang tidak ramai. Mengabaikan wajah - wajah penasaran di kantin.


Tubuhnya masih gemetar, bibirnya terus berucap tidak, engga, maaf, ampun, lepas dan sebagainya.


"Hiks ampun.."


Junior meremas bahu Amora, mengguncangnya pelan."Raz_Amor, liat gue? Hey! Liat gue.." desaknya.


Amora menatap Junior, matanya basah, nafasnya masih memburu."Maaf.." lirih Amora dengan masih gemetar.


Junior menarik Amora ke dalam dekapannya, mengusap rambut dan punggung Amora tanpa banyak kata. Junior menyesal menarik lengan Amora tadi. Gadis itu pasti masih trauma.


***


Junior mematikan sambungannya dengan nafas berat. Dia baru saja menyampaikan penolakan untuk tidak ikut nongkrong, sudah jalan satu minggu lebih dia terus menolak. Junior hanya takut pulangnya mabuk.


Junior tidak ingin mengecewakan Jayden. Junior mulai merasa nyaman dengan sosok Jayden. Rasanya rindu pada sang ayah tersalurkan.


"Kenapa? Main aja_" Amora yang tengah rebahan dengan bermain ponsel bersuara.


"Main?" Junior malah menjurus ke makna lain."emang boleh?" senyum miring terbit.


Sekali brengsek akan tetap brengsek!


Tapi, apa salahnya dia main dengan istri. Bukannya dosa justru dia mendapat pahalakan?


Amora melirik Junior lalu mengangguk dengan polosnya."Kenapa engga boleh? Gue ga larang kok.." balasnya.


Fiks! Junior tegang dan mengeras!


Junior berjalan menuju tas kecil di lemari, meraih bungkusan tipis itu dan menggenggamnya lalu menuju pintu dan dikuncinya.


Junior naik ke atas kasur, membuat Amora meliriknya sekilas."Loh, kenapa ga main?" herannya seraya menyimpan ponsel di nakas.


"Lo pernah main?"


Amora menautkan alisnya, mulai merasa terhibur dengan pertanyaan Junior."Udahlah, sering malah.." jawabnya dengan tertawa pelan.


"Lo udah bolong ternyata.." Junior tersenyum miring.


"Bolong?" alis Amora semakin bertaut."lo bahas apa sih? Kok ga nyambung?" lanjutnya bingung.


Junior meraih pinggang Amora lalu menindihnya."Main kuda_" bisiknya seraya memenjara Amora di bawahnya.


Amora yang menegang sontak menggeliat tidak nyaman."Lo ngapain? Ada bunda, ayah gue teri_"


Junior menggigit telinga Amora."Mereka bakalan ngerti, kita udah nikah, mor.." bisiknya dengan suara serak.


"Ja- jangan gila! Gu-gue ga mau!" Amora meronta.


"Sstt.." Junior menatap wajah Amora, menguncinya dan mencoba untuk membawanya agar ikut hanyut."dosa nolak suami, bagi kita ini ibadah, mor, bukan dosa.." bisiknya di depan bibir Amora.


***


Amora membuka matanya, jendela masih tertutup rapat. Sepertinya matahari pagi belum menjemput. Amora melirik jam di samping.


03.33.


Amora menelan ludah, semalam sungguh pengalaman yang membuat Amora berubah dan merasa menjadi orang lain.


"Masih pagi__" Junior menggeliat lalu menyamping ke arah Amora."kenapa bangun? Masih mau lagi?" lanjutnya dengan menatap pipi yang merona itu.


Amora masih menatap langit - langit, mana berani menatap Junior. Laki - laki yang baru seminggu lebih menjadi suaminya tanpa cinta dan semalam sudah melihat seluruh asetnya, sungguh membuat Amora malu.


"Jangan ngaco.." suara Amora terdengar mencicit.


Junior meraih pinggang Amora, menggesernya agar mendekat. Junior mengecup pipi Amora sekilas.


"Lo ga bolong ternyata, gue yang pertama, hm?"


Amora tidak menjawab, masih diam dengan jantung berdebar dan muka yang kian memerah.


"Kita harusnya engga gini, pernikahan kita itu engga jelas ke dep_"


"Di depan Tuhan? apanya yang engga jelas? Itu jelas banget." Junior melepaskan pegangannya, sedikit menjauh dari Amora.


Amora diam, bingung harus mengeluarkan apalagi. Amora merutuki dirinya, biasa cerewet kenapa sekarang sulit untuk merangkai kalimat.


Junior menguap, memejamkan lagi matanya tanpa peduli lagi dengan kembaran dari musuhnya itu. Yang terpenting dia sudah melepaskan kebutuhan biologisnya.


Junior mulai menggapai mimpi, sebelum gelap dia berdo'a. Semoga adiknya bahagia di sana dengan ayahnya.


Amora melirik Junior yang mulai terdengar mendengkur halus itu. Amora memejamkan matanya sesaat, menyesal telah melepaskan semuanya namun mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa berontak, apalagi menolak dan menanggung dosa.


***

"Mana suami kamu, sayang?" Zela mengecup pipi Amora lalu memberinya roti dan susu kedelai seperti biasa.


"Lagi siap - siap.." Amora menunduk, wajahnya terlihat sedikit pucat.


"Pagi anak ayah yang cantik_" Jayden mendekat, mengecup pipi Amora lalu duduk di kursinya.


"Pagi, yah.."


Zela datang dengan nasi goreng dan satu telur mata sapi sesuai pesanan Jayden."Ini sarapannya, mau tambah apa lagi?" tanyanya.


Jayden mengecup pipi Zela."Cukup, sayang__" Jayden melirik Amora."mantu ayah mana, Amor?"


"Lagi__" Amora melirik Junior."itu, baru turun.." lanjutnya dengan malas.


Junior melempar senyum pada Jayden."Pagi, yah, bunda.." sapanya seraya menyambut pelukan Jayden walau sekilas.


"Pagi.." jawab keduanya.


Junior mengusap rambut Amora sekilas, sebelum menerima nasi goreng yang di berikan Zela.


"Makasih, bun.."


Amora melirik Junior dengan bibir menekuk, melihat keramahan Junior saat di depan keluarganya membuat Amora mulai sedikit muak.


Pencitraan! Umpatnya dalam hati.


Junior melirik Amora dengan mulut mengunyah pelan, alisnya terangkat satu. Seolah berkata. Apa?


Amora dengan cepat memalingkan wajahnya, mencoba fokus mengunyah roti tawar itu dengan sesekali meneguk susu kedelainya.


"Kamu sakit?" Junior meletakan telapak tangannya di kening Amora. Ternyata demam.


Zela dan Jayden menatap Amora dengan khawatir, keduanya juga bisa melihat kalau Amora wajahnya pucat.


"Kenapa?" Zela bertanya khawatir.


"Demam, bun.." kata Junior dengan menghentikan sarapannya.


Amora melirik Junior sedikit kesal, sungguh perhatian sekali suami dadakannya itu dumelnya dalam hati dengan jengah.


"Astaga! Minum obat demam, abis itu kita panggil dokter__kamu kalau telat di tanganin sakitnya suka lama, jangan sampe.." Zela berlalu menuju kotak obat dengan sebelah tangan meraih telepon rumah tidak berkabel itu.


Jayden mengusap rambut Amora dengan sayang."Pantes kamu pucet, jangan dulu sekolah__Jun, izinin istri kamu ya. Kamu berangkat aja, ada bunda yang urus Amor.." terang Jayden.


Junior hanya mengangguk patuh, mengusap kepala Amora lalu mengecupnya sekilas."Aku berangkat__" Junior beralih pada Jayden."Jun berangkat, yah, bun.."


Amora merinding seketika, menatap horror Junior. Baru saja Junior mengecup kepala dan beraku - kamu? Rasanya demam Amora bertambah tinggi!


Komen (2)
goodnovel comment avatar
Maesaroh Achmad
hehehe...setiap org sih harapannya nikah itu sekali buat seumur hidup neng mora
goodnovel comment avatar
Kikiw
🤣🤣 rasanya demam amor bertambah tinggin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status