Share

Bab 44

Bang Oseng melihat Iman yang terus menekuk wajahnya.

"Santai, Bos!"

"Gimana bisa santai? Uangku habis!" dengus Iman kesal.

Bukannya sakit hati, Bang Oseng malah tertawa terbahak - bahak.

"Amal, Bos! Amaal!" Iman mengerucutkan bibirnya.

Nisa tersenyum. Sepertinya Iman cocok dengan Bang Oseng ini. Ia begitu bebas menyatakan perasaannya tanpa takut ada yang tersinggung karenanya. Biasanya Ia hanya berani menggerutu di belakang.

Bang Osengpun menganggap ucapan Iman seperti sebuah lelucon karena ia terus tertawa terbahak - bahak.

"Udah cepetan makan! Jangan tertawa terus! Nanti gigi Kamu kering, lagi!" kali ini bukan hanya bang Oseng yang tertawa, Nisa dan si Mbak juga ikut tertawa.

"Mbak, gelarin karpet di dalam, ya. Kasih bantal. Biar si kunyuk ini bisa tidur!" titah Iman. Si Mbak mengangguk.

Bang Oseng menghentikan kunyahannya.

"Tapi kerjaan Saya, Bos?!" Iman melambaikan tangannya.

"Jangan membantah! Hari ini Situ harus benar - benar istirahat!" Bang Oseng melongo. Tadi di mobi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status