Melihat tatapan lembut dan penuh kasih sayang Sergio, detak jantung Hazel langsung berdetak kencang.Dia sangat sampai memalingkan wajahnya dan memasukkan makanan penutup ke dalam mulutnya. "Jangan main-main dan makan saja makanan penutupnya!"Melihat makanan penutup yang disodorkan ke depan bibirnya, Sergio menundukkan kepalanya dan memakannya. Rasa krim menyebar di antara bibir dan giginya, menyalurkan rasa manis yang tidak bisa dijelaskan.Sergio tidak suka makanan manis, tetapi dia harus mengakui kalau koki hidangan penutup di sini sangat ahli dalam bidangnya.Makanan yang mereka buat manis, tetapi tidak bikin enek, malah menyebarkan rasa enak di mulut.Gadis mirip anak kucing di depannya membuat hasratnya tidak terbendung.Hazel tidak tahu apa yang dipikirkan Sergio, jadi bertanya dengan mata jernih, "Bagaimana rasanya? Manis?"Mata Sergio sedikit menggelap dan jakunnya bergerak naik turun. "Manis."Hazel mengangkat dagunya dengan bangga, lalu menjilat bibirnya seakan makanan ini
Meskipun pendingin di dalam ruangan ini dinyalakan, Hazel tetap merasa panas.Sergio menyandarkan dagunya di bahu Hazel dan menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak."Gadis kecil di pelukannya sangat lembut dan memancarkan aroma samar, yang membuat Sergio mabuk dan tidak bisa melepaskan diri.Hanya ada satu pemikiran di benaknya saat ini. Akan lebih baik kalau dia bisa memeluk Hazel seperti ini selamanya.Hazel tidak tahu apa yang dipikirkan Sergio, tetapi dia merasakan sedikit sensasi terbakar di pangkal telinganya.Kenapa Sergio tiba-tiba jadi menempel kepadanya seperti ini?Dia sedikit kewalahan.Setelah waktu yang tidak diketahui, Sergio akhirnya berhasil memadamkan api jahat di tubuhnya dan perlahan melepaskan pelukannya pada Hazel."Kamu sudah kenyang? Ayo pulang."Hazel mengaitkan jari kelingkingnya dan menatapnya penuh harap. "Apa aku boleh membungkus makanan penutup ini dan membawanya pulang?"Sergio terkekeh tak berdaya, "Kamu belum kenyang?"Alis Hazel terangkat dan dia menjela
Erlina menatap tatapan mengejek yang tak terhitung jumlahnya dan meninggalkan kafe dengan putus asa.Agar membuat situasi terkesan lebih realistis, dia membuat dirinya sendiri terjatuh dari tangga dan mendapatkan luka di sekujur tubuhnya.Namun pada akhirnya, bukannya menciptakan jarak antara Hazel dan Sergio, hal ini malah membuat dirinya dipermalukan.Saking marahnya Erlina, dia mengentakkan kakinya hingga luka di tubuhnya tertarik, membuatnya meringis kesakitan.Dia memutuskan pergi ke rumah sakit terdekat untuk memeriksa lukanya. Ketika keluar dari rumah sakit, hari sudah gelap.Saat ini, Bahtiar tiba-tiba menelepon. Sebelum Erlina sempat berbicara, dia mendengar semburan makian dari ujung telepon sana."Erlina, sebenarnya apa yang kamu lakukan? Bukannya aku sudah minta kamu buat berdamai dengan Tuan Sergio? Kenapa mereka tiba-tiba menolak semua rencana desain kita?""Apa kamu tahu sudah berapa lama perusahaan menunggu peluang kerja sama ini? Kamu merusak segalanya!""Aku nggak ped
Makin Erlina menjelaskan, dia makin merasa sedih. Air matanya pun jatuh tak terbendung.Semburan amarah tiba-tiba berkobar di dada Irma. Lalu, dia mencibir, "Entah sihir apa yang sudah diberikan Hazel kepada Sergio sampai mempermainkan kerja sama perusahaan. Benar-benar tidak patut!"Kalau Justin yang bertanggung jawab atas perusahaan, Irma tidak akan pernah membiarkan hal ini terjadi!Erlina menunduk dan dengan lembut menyeka air matanya. Namun, sorot matanya terkesan acuh, hanya menyisakan kebencian dan ejekan saja.Saat dia mendongak, semua emosi itu disembunyikan dengan baik, digantikan oleh kebingungan dan ketidak berdayaan yang tak ada habisnya."Tante, menurut tante apa yang harus aku lakukan? Atasanku sudah memberiku peringatan. Kalau aku nggak bisa memperbaiki situasi ini, aku akan dipecat!"Irma juga terlihat kesulitan, benaknya terus memikirkan solusi untuk masalah ini.Perusahaan Hardwin ada di tangan Sergio dan sangat sulit untuk melakukan sesuatu kepada perusahaan.Kalau
Hazel terbangun karena dering ponselnya. Dia mengerutkan kening dan berusaha membuka matanya.Sebuah tangan hangat menepuk punggungnya dengan lembut.Segera setelah itu, suara dalam dan serak pria itu terdengar, menyalurkan perasaan nyaman yang menenangkan. "Tidur lagi saja."Hazel kembali mengantuk karena ada yang menutup telinganya untuk menghalangi suara bising ponsel yang terdengar.Dia segera tertidur lagi.Ketika bangun, hari sudah siang.Yang mengejutkan Hazel adalah Sergio tidak berangkat kerja hari ini.Ketika turun ke bawah, Hazel melihat Sergio sedang duduk di sofa ruang tamu dengan komputer di pangkuannya, tengah berkonsentrasi pada pekerjaannya."Lho, Om nggak pergi kerja?"Mendengar suara Hazel, Sergio mengalihkan pandangan dari layar laptop dan menjelaskan sambil terkekeh, "Tadi pagi Ibu telepon dan minta kita pulang ke rumah."Hazel tampak terkejut, "Ibu menelepon sepagi itu, apa ada sesuatu?"Sergio memandangnya dengan penuh arti dan berkata, "Aku dengar dari Pak Firda
Adapun setengah lainnya, Erlina ingin menggunakan Irma untuk menjadi perantara, yaitu meminta Burhan untuk meyakinkan Sergio agar dia setuju bekerja sama dengan Kapital Jewelry.Awalnya, semuanya berjalan lancar. Namun, siapa yang akan menyangka kalau Liana akan muncul di tengah jalan!Erlina menunduk, jejak rasa jijik dan kebencian muncul di matanya.Mengapa wanita tua sialan ini tidak mati saja?Selama dia ada, Irma akan selalu ditindas dan tidak punya kuasa.Dia juga tidak akan bisa menikah dengan Sergio.Saat Erlina tengah tenggelam dalam lamunannya sendiri, tatapan tajam dan menusuk menyapu sosoknya, menyalurkan rasa dingin yang mencekam.Erlina tanpa sadar mengangkat matanya dan mendapati Liana sedang menatapnya.Mata Liana yang cerdik itu sepertinya bisa melihat semuanya.Bahu Erlina menyusut drastis. Dia pun menunduk makin dalam.Sekitar setengah jam kemudian, Irma menjadi makin tidak sabar. Dia tidak bisa menahan diri lagi dan mulai mengeluh, "Sungguh luar biasa. Beraninya mer
Erlina mengedipkan sebelah mata pada Irma, menyuruhnya berhenti bicara.Namun, Irma merasa kalau ini kesempatan langka karena bisa memojokkan Hazel. Jadi, tentu saja dia akan memberinya pelajaran dengan baik. Dia tidak terlihat menerima isyarat Erlina.Saat Irma mengangkat lengan bajunya, Erlina tahu semuanya sudah berakhir.Hazel memiliki bukti video di tangannya.Dia hanya merasa sangat menyesal saat ini.Jika dia tahu Irma akan bersikap sebodoh ini dengan makin mempermalukannya, dia seharusnya tidak datang ke rumah ini.Sekarang, dia berada dalam situasi sulit. Mendapat tatapan dingin dari Sergio, pikirannya tiba-tiba menjadi buntu. Dalam waktu singkat, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.Bibir merah Hazel tertarik membentuk senyuman tipis. Dia melangkah maju dan berkata, "Nona Erlina, kemampuanmu untuk menjatuhkan seseorang benar-benar telah mengajariku banyak hal."Mata Liana menatap keduanya bergantian. Lalu, dia bertanya dengan ragu, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Erlina la
Hazel mengusap telinganya dan memandangnya dengan santai. "Suaranya terlalu kecil, aku nggak dengar.""Maaf, aku salah!" Erlina memejamkan mata dan meninggikan suaranya.Hazel mengangguk puas. "Katakan, di mana kesalahanmu?"Air mata Erlina jatuh tak terbendung dan dia mengeluh dengan tegas, "Hazel, sudah cukup. Aku sudah berlutut dan meminta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan? Kamu juga nggak terluka, akulah yang menjadi korban di sini."Hazel menatapnya dengan tatapan dingin dan berkata, "Kamu terluka karena kamu menjatuhkan diri dari tangga, apa hubungannya denganku?"Erlina mengalihkan perhatiannya pada Sergio, berharap Sergio bisa membantunya.Namun, yang membuatnya kecewa adalah Sergio bahkan tidak mau memandangnya.Dia tidak punya pilihan selain meminta maaf lagi.Hazel mengangguk puas dan mengingatkan, "Aku tahu kamu ingin menjadi bagian dari Keluarga Hardwin, tapi Sergio itu milikku. Selama aku masih ada, kamu nggak akan punya kesempatan! Jadi, lebih baik kamu sadar diri saja."