Share

Bab 8 - Sosok Manajer Baru

Entah mengapa Felicia merasa lemah setiap kali mendengar permohonan Theo, seperti malam tadi saat Theo memeluknya. Pagi ini pun ia membiarkan Theo memeluknya seperti ini selama beberapa saat.

Felicia hanya diam, tak bicara dan tak juga membalas pelukan Theo. Namun, ia merasa waswas karena ini di tempat umum, bagaimana kalau ada karyawan lain yang melihat? Mata Felicia pun terus bergerak ke sana kemari mengawasi sekeliling.

“Theo, sudah atau belum?” tanya Felicia.

“Belum,” jawab Theo.

Theo masih memeluk Felicia dari belakang, dan kini malah mengeratkan pelukannya sambil menumpukan dagunya di puncak kepala Felicia lantas mengendus bau harum rambut Felicia.

“Tadi katanya cuma sebentar.” Felicia sedikit menoleh ke belakang.

“Satu menit lagi,” tawar Theo, kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Felicia.

Felicia menghela napas. Sekali lagi, ia begitu lemah dengan suara lembut pria ini. 'Baiklah, hanya satu menit lag.'

Eratnya pelukan Theo membuat Felicia dapat merasakan otot tubuh Theo yang melingkupi tubuhnya. Kenapa berondong ini memiliki tubuh sebesar itu, sih? Apa dia tidak sadar telah membuat Felicia berdebar tiba-tiba begini?!

Ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama!

Namun, sebelum Felicia memberontak, Theo sudah menepati ucapannya untuk melepaskan pelukannya. Hembusan napas lega keluar dari mulut Felicia, ia memutar tubuh lalu menghadap Theo.

“Kenapa kamu sepertinya suka banget meluk saya?” tanya Felicia, ia tampak gugup setelah bertanya begitu.

Theo menunduk, tersenyum jahil sambil menatap wajah Felicia yang kini sejajar dengan wajahnya. “Coba tebak kenapa?”

“Y-ya sudahlah! Nggak usah dijawab!”

Felicia berdehem untuk menutupi kegugupannya, ia berjalan cepat mendahului Theo.

Felicia masuk ke dalam lift disusul oleh Theo. Sebelum pintu tertutup, muncul  sosok Sophia dari arah parkiran. Gadis itu tampak melempar senyum ramah.

“Selamat pagi, Bu Feli, Theo,” sapa Sophia.

Felicia membalas senyum anak magang itu yang digosipkan sebagai anak pemilik perusahaan. “Pagi juga, Sophia,” ucap Felicia.

Felicia melihat Sophia yang sedang melirik Theo sambil tersenyum. Namun tidak seperti saat berhadapan dengan Felicia tadi, senyum Theo sudah luntur. Pria itu berwajah dingin sekarang, hanya menatap ke depan tanpa minat.

Sophia sepertinya tidak menyadari perubahan raut wajah Theo. Gadis itu masih dengan senyumnya, mengajak Theo mengobrol macam-macam. Felicia pun hanya diam menguping. Dari obrolan Sophia dan Theo, ia yakin kalau mereka teman satu kelas di kampus.

Lift berhenti, ada lagi karyawan lain yang masuk dari lantai satu dan lantai-lantai berikutnya. Felicia sampai terdorong ke belakang, tetapi Theo masih tetap pada posisinya bersama Shopia. Pria itu hanya meliriknya dengan alis berkerut.

Saat lift terbuka, Felicia yang berada paling belakang hanya menunggu sampai lift kosong. Ia juga sudah melihat Theo dan Shopia keluar lebih dulu. Felicia pikir, Theo sudah lebih dulu ke ruangan, tetapi ternyata pria itu menunggu di depan pintu lift.

Felicia tersenyum tipis, dan hendak menyusul dua anak itu, ketika tiba-tiba Shopia menarik tangan Theo sampai menyenggol bahunya dengan cukup kuat. Felicia terkesiap kaget.

‘Apa Sophia sengaja menyenggol aku?’ batinnya.

Bahkan, Sophia tak meminta maaf padanya, padahal ia bisa saja jatuh karena dorongan kuat tadi.

Felicia menyadari kalau Theo berulang kali menoleh ke arahnya. Wanita itu pun hanya bisa berdecak. Ia mendadak kesal karena tadi Theo mendekatinya dan kini malah dekat dengan cewek lain. Alhasil, Felicia berjalan seorang diri menuju ruangan kerjanya.

“Sophia kayaknya dekat sama Theo, ya?” bisik Diana tiba-tiba ketika Felicia mendaratkan bokong di kursinya. Masih pagi sudah mengajak Felicia bergosip.

Felicia mengangkat alis. “Masa sih?”

“Lihat aja tuh,” tunjuk Diana ke arah Sophia yang masih mengobrol dengan Theo. “Mereka kelihatan dekat, cocok sih. Indahnya masa muda.”

Felicia langsung menatap Theo. Entah mengapa mendengar perkataan Diana membuatnya mendidih.

Felicia bisa melihat Theo diam saja ketika didekati oleh Sophia, bahkan saat dipegang oleh Sophia. Meskipun Theo tak tersenyum, tetapi Theo tak menolak.

‘Apa Theo mendekati semua cewek? Nggak hanya aku?’ batin Felicia.

Ketika tatapan Felicia bertemu dengan Theo, Felicia bergegas menoleh ke arah lain. Ia sengaja menghindar.

***

Pagi ini, divisi Felicia sempat terjadi gosip antar karyawan yang cukup menghebohkan karena kabarnya manajer mereka yang sudah tua itu berhasil naik jabatan.

Jadi, akan ada manajer baru yang menggantikan. Memang kabar itu sudah ada sejak beberapa bulan yang lalu, dan ternyata hari inilah kedatangan manajer baru mereka.

Jam masuk kerja, manajer lama mereka datang bersama seorang pria berwajah tegas nan tampan. Tubuhnya tinggi tegap dengan alis tebal. Sorot matanya yang tajam melayang, menatap ke para karyawan di divisi tersebut.

“Silakan, Pak Marcell,” ucap sang manajer lama Felicia.

Pria yang dipanggil Marcell berdiri di depan para karyawan dan mulai memperkenalkan diri sebagai manajer baru di divisi Felicia.

“Gila, ganteng banget, Fel,” bisik Diana, biasa heboh jika melihat pria tampan.

Felicia tak menyahut, tatapannya tertuju ke arah Marcell. Namun, ia akui kalau Diana benar, Marcell memang tampan, tak kalah tampan dengan Theo.

Tiba-tiba pandangan Felicia bertemu dengan Marcell. Felicia gelagapan dan bergegas membuang muka.

Beberapa detik setelahnya, Felicia kembali memandang Marcell. Betapa terkejutnya ia saat menyadari Marcell masih terus menatapnya, bahkan Marcell tak berkedip dengan memasang raut serius.

“Fel, itu Pak Marcell natap kamu melulu,” bisik Diana, ternyata Diana juga menyadarinya. “Kamu kenal sama dia?”

“Enggak, ini pertama kalinya aku lihat Pak Marcell,” jawab Felicia.

Felicia meneguk ludah dengan gugup karena ditatap oleh Marcell terus-menerus. Mengapa Marcell begitu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status