Share

Bab 4 Dibandingkan

Malam ini, ku lihat tidak ada siapa-siapa dirumah, syukurlah setidaknya satu beban itu hilang.

Belum lama kedatangan ku suamiku juga pulang.

"Dek ini makanan favorit kamu bakso, tadi mas mampir ke warung dan membeli ini untuk kamu." Aku hanya tersenyum, suamiku mengambil mangkok di dapur dan meminta ku untuk tetap makan dan berisitirahat di kamar saja.

Salah satu kekuatan terbesar seorang wanita yang sudah menikah adalah suaminya tetap memuliakan istrinya dan menjadi rumah ternyaman untuk istrinya. Aku bersyukur punya suami yang selalu peduli pada hal kecil sekali pun tentang aku.

Ku coba sedikit menguat kan hati agar bersabar, mungkin harus beradaptasi dengan sikap mertuaku dan terbiasa dengan ucap-ucapannya.

Suami ku selalu sibuk bekerja tak ada waktu untuk aku bercerita sedikit tentang perasaan sedih ku.

Sementara di ruang tengah, ibu mertua sibuk menelpon.

"Vik itu istrinya Rama pelitnya ga ketolongan ada makanan, makan sendiri. Sampe mama masuk kamar nya itu banyak banget kotak makanan. Dasar boros bisanya morotin Rama." ucap ibu yang tak sengaja ku dengar.

Kali ini aku memilih menguping pembicaraan ibu dan adik ipar ku melalui ponselnya.

"Itu mbak Dea Bu juga boros, makan aja diluar terus ga pernah masak, tiap hari kerjaan nongkrong di cafe padahal udah punya anak."

Sedikit lega mendengar ucapan Vika, "Masih mending istri Bagas, dari pada istri Rama, udah miskin, banyak gaya pemalas dan pelit."

Rupanya mertuaku masuk ke kamar aku dan mas Rama tanpa seizin ku, padahal kotak makanan itu di belikan oleh mas Rama untuk ku agar aku bisa nyemil dan makan-makanan yang aku suka.

"Ditambah lagi kamarnya berantakan banget baju-baju Rama ga dirapikan oleh istrinya, di tambah lagi ada skincare mahal di atas mejanya benar-benar istri tak tahu diri."

Aku memilih untuk berhenti menguping, ku kencangkan volume hp untuk mendengarkan murotal quran. Bingung bagaimana cara mengekspresikan diri, apakah semua baik-baik saja jika ku adu kan pada mas Rama?

Aku benar-benar merasa kecewa, dengan sikap ibu dan adik ipar ku, apakah semua perlakuan itu berlaku pada setiap ibu yang memiliki menantu atau adik yang memiliki ipar?

Aku tak ingin dicap penjahat hanya dengan menceritakan tentang ibu mertua ku dan ipar ku.

Memilih berlalu dan melupakan semua itu tidak mudah, tapi demi mas Rama aku tetap bertahan selagi mas Rama tetap berada di depan ku.

***

Esok paginya, ku bereskan semua pekerjaan rumah sebelum ibu mertua bangun, karena hari ini kesehatan ku merasa sudah membaik.

Kemudian setelah menyelesaikan semuanya aku memilih masuk ke kamar. Bagi ku yang hanya menumpang di rumah mertua, kamar adalah tempat ternyaman ku setelah menikah.

Ku lihat beberapa postingan dari teman yang sudah menikah, begitu nampak akrab dengan mertua nya membuat hati kecil ku merasa iri. Sedangkan diri ku dengan mertua ku jangan kan berfoto peluk-pelukan bercerita saja beliau tak pernah ada waktu untuk berbicara dengan ku. Ntah hal apa yang membuat mertua ku berlaku demikian.

Tiba-tiba mas Rama pulang dan mengetuk pintu, "assalamualaikum dek!" ucapnya. "Waalaikumusalam mas, sebentar." tanganku yang sibuk membuka pengait pintu.

"Tumben kamar di kunci dek?" Selidik mas Rama.

"Iseng aja mas, soalnya lagi seksi!" Sahut ku yang hanya memakai daster sepaha dengan tali kecil di bahu.

"Hari ini kita nginap di rumah ibu ya."

Sontak membuat aku bersemangat, "Iya mas aku mau nginap. Tumben ngajak nginap ke rumah ibu?" tanyaku dengan penasaran.

"Tak apa sekali- kali, takut kamu bosan di dalam kamar terus." mencubit hidung Hana dengan manja.

"Hehe iya mas, aku siap- siap dulu." bersemangat mengambil beberapa lembar baju di lemari.

"Dek, kalau kamu bosan kamu boleh keluar, uang jajan kamu kan ada mas kasih, beli aja apa yang ingin kamu beli." ucap mas Rama.

Aku hening sejenak berpikir betapa beruntungnya aku, memiliki suami sebaik mas Rama. Ada banyak di luar sana wanita yang tak dijadikan ratu oleh suaminya, bahkan dituntut banyak hal oleh suami dan mertuanya.

"Kadang aku males mas keluar, takut jadi omongan orang!" aku menjawab alasan sebenarnya, lalu berlalu begitu saja.

Setelah bersiap, Mas Rama segera mengeluarkan motor dan membawa kami ke rumah ibuku.

Sampai di rumah ibu, suami ku tak banyak bercerita hanya menceritakan tentang keguguran ku yang disebabkan kecerobohan  meminum minuman bersoda. Padahal suamiku tak tau siapa yang memberi minuman itu. Suami ku memilih keluar untuk bersilaturahmi dengan orang di desa ibu.

Sedangkan aku memilih manja dengan ibu kandung ku. Ketika di rumah ibu aku benar- benar Merasa nyaman, walaupun rumah ibu kecil dan hanya memiliki satu kamar saja, kamar itu digunakan untuk sebagai tempat tidur sedangkan ibu memilih tidur di ruang tengah, dengan alasan memberikan pasilitas terbaik agar suami ku nyaman di rumah ibu.

Bahkan ibu tak sungkan-sungkan memasak jamuan yang enak untuk suami ku. Walau jamuan itu hanya berupa ayam gongseng, suami ku dengan lahap memakan masakan ibu, ibu ku mendahulukan mas Rama dan aku untuk makan, namun karena aku ingin makan bersama ibu akhirnya mas Rama yang duluan makan.

Ibu memiliki suami yang sekarang sudah beristri lagi, dan ibu juga memiliki dua anak kandung, pertama Dani kakak ku dan kedua Hana yaitu aku sendiri. Kakakku sudah beristri dan memilih tinggal bersama istri di desa istrinya. Sedangkan bapak ku menikah lagi dengan wanita kota, sejak aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Tak banyak yang ku ingat tentang perceraian ibu dan bapak waktu itu, namun saat itu ibu meminta cerai karena bapak ketahuan berselingkuh, dan bapak mentransfer sejumlah uang yang ibu tabung untuk membiayai sekolah kakak ku.

Aku baru saja melepas rindu dengan ibuku, ketika mas Rama tiba-tiba berucap.

"Dek kita nginapnya satu malam saja ya, besok mas harus kerja lagi!" ujar mas Rama sambil menyodorkan layar ponsel yang tertera percakapan grup yang mana bos mas Rama meminta mas Rama untuk masuk besok.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status