Share

Bab 8 Kedatangan ipar

Waktu berjalan teras cepat, menunjukkan bahwa hari sudah sore.

"Udah sampai aja, Mama dari tadi nungguin kalian loh!" Ucap ibu mertua.

"Ini makan dulu, pasti kalian lapar kan?!" ibu mertuaku dengan antusias menghidangkan makanan pada mereka.

"Ini ibu masakkan spesial buat kalian!" sambung ibu mertua ku.

Aku yang dari tadi ingin keluar dari kamar namun sedikit ragu menemui mereka, karena aku takut dihujat dan dipermalukan didepan mereka.

"Dek, ayo keluar! ketemu sama Vika dan Bagas!" ajak mas Rama yang masuk ke kamar.

Aku menurut dan mengiringi mas Rama.

"Ini kakak iparku ya?" Tanya Vika yang menyalamiku begitupun dengan Bagas, Dea, pun Zian.

"Ayo makan kak!" Ajak Dea padaku, ia begitu cantik membuat aku merasa minder, bagaimana tidak tampilan nya yang modis dengan rambut pirang dan aksesoris ala Korea model kekinian membuat aku terpukau dengan gayanya.

Sedangkan Vika tak kala bergaya dari Dea, memakai bulu mata tanam dan alis yang sudah disulam membuat ia tak kalah begitu modis, berbeda dengan aku yang beli skincare 200k aja mikirnya sampai 100 kali.

"Hana mah udah makan dari tadi. " jawab ibu mertuaku yang membuat aku mengurungkan niat untuk ikut makan bersama iparku.

"Ini Dea makan yang banyak ya, kamu kan punya anak harus banyak makan." Ibu mertuaku menyodorkan sepiring nasi kepada Dea.

Air mata ku rasanya ingin berjatuhan melihat adegan manis antara mertua dan menantu yang sangat indah didepan mataku.

Aku memilih berpaling dan masuk ke kamar, tak tahan menahan bulir demi bulir air mata.

"Hana dari tadi makan martabak manis ga ngasi Mama, bukan karena Mama pengen minta tapi ya sama mertua masa pelit, setiap jajan disembunyikan dari Mama, takut banget Mama minta. Padahal sama orang tua loh!" ucapan ibu mertuaku terdengar dikamar.

"Kak Hana pelit ya ma?" Tanya Vika.

"Pelitnya minta ampun, tiap hari jajan terus, padahal ga kerja ngabisin duit suami dan satu lagi setiap makanan selalu dibawa ke kamar ga pernah mau bagi-bagi padahal makanan murahan!" jawab ibu mertuaku.

"Udah ma, nanti Dea traktir deh, terserah Mama mau jajan apa." Dea menyambung percakapan.

Semua obrolan Ibu dan anak itu terdengar jelas dikamar ini. Karena berdekatan langsung dengan dapur.

Aku menahan Isak agar tak satu orang pun yang mendengar tangisan ini. Berkali-kali aku mengacak rambut, menutup mulut agar aku tak berteriak kencang. Sakit rasanya melihat perlakuan mertuaku yang begitu beda bak langit dan bumi.

"Dek, kok ga makan?" tanya mas Rama menghampiri ku yang terbaring di ranjang.

"Masih kenyang mas!" jawabku sambil menutup wajah dengan bantal.

Aku tak ingin mas Rama tau bahwa aku menangis dari tadi.

"Mas ambilkan ya? kamu makan di kamar aja!" mas Rama mengusap pelan rambutku.

"Tak usah mas! aku masih kenyang kok." aku menyunggingkan senyum.

"Mama emang gitu dek, kalau ada sesuatu yang buat kamu sakit hati maafin Mama ya!" ucap mas Rama seolah dia tau bahwa aku menangis karena perkataan ibunya.

Mas Rama keluar ingin mengambilkan aku sepiring nasi dan lauk.

"Mau ngapain Ram?" tanya ibu mertua.

"Mau ngambil nasi sama lauk Ma!" jawab mas Rama.

"Buat Hana?" tanya ibu mertua.

"Iya" jawab mas Rama singkat.

"Dia bisa ngambil sendiri, gausah manja apa-apa nyuruh laki. Jangan mimpi jadi tuan putri!" ucap mertuaku yang jelas terdengar di kamar ini.

"Iya mas, kak Hana ajak makan disini aja. Makan bareng kita!" sahut Vika.

Mas Rama masuk kedalam kamar meminta ku untuk bergabung dengan ibu mertua dan iparku. Dengan berat hati aku menyetujui sedangkan mas Rama pergi keluar bersama saudaranya.

"Kayak setan aja suka ngumpet di dalam kamar!"ucap Vika saat aku keluar kamar.

"Ada setan, ada setan! di dalam kamar!" mertuaku menyanyi lirik lagu dengan menatap diriku.

"Lain kali jangan keseringan nyuruh-nyuruh suami. Dia tu capek kerja, nyari duit kamu kan enak dirumah aja ga kerja. jangan ditampakkan banget malasnya. Pakai acara ngambil nasi aja nyuruh laki." ibu mertua menyeramahi aku di depan Vika dan Dea.

Aku tetap berdiam, sambil sibuk mengambil nasi. Tapi saat ku dapati semua lauk pauk sudah habis.

"Makanya kalau jadi orang jangan telat!" ucap Vika dengan tersenyum.

Sementara ibu mertuaku juga ikut tersenyum dan Dea hanya terdiam mengamati ku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status