Share

BAB 2 Keguguran

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan yang menyudutkan itu, lalu masuk ke dalam rumah. Kulihat Mas Rama baru selesai mandi dan keluar kamar. Langsung saja kuajak dia berbicara di ruang makan.

"Emang Dea tu orang nya seperti apa mas?" tanyaku yang penasaran dengan sosok Dea yang ibu puji barusan.

"Orangnya biasa aja, ga cantik tapi dia modis dan fashionable." Ucap mas Rama.

"Emang kaya banget ya, dia ya mas?".

"Ibu bapak nya yang kaya, kalau Dea sih nggak kalau dulu. Emang kenapa sih dek nanyain Dea?" Mas Rama berbalik bertanya pada ku.

"Ga mas, soal nya aku ga pernah ketemu dia, jadi nya penasaran aja gitu." timbalku.

"Nanti juga ketemu dek, kan bentar lagi sepupu mas mau ngadain pesta pernikahan."

Aku hanya mengangguk, karena tak ingin mas Rama tau alasan sebenarnya kenapa aku bertanya tentang Dea. Tak ada niat sedikit pun ingin tau tentang orang lain, tapi kadang ada beberapa hal yang membuat diri ini juga terpancing dalam dan ingin tau tentang seseorang.

"Sesukses apa sih Dea? Sampai ibu sangat membanggakan dia?" aku menanyai diri sendiri didalam hati. Mataku tertuju pada sekardus botol minuman yang ibu mertua berikan.

"Tak mungkin ibu sepeduli ini jika ia tak sayang padaku, ibu sangat baik sampai aku pun dibelikan vitamin olehnya. Seharusnya aku harus bisa berpikir positif dan jernih, tanpa harus menuntut ibu agar lebih banyak memujiku." bicaraku pada diri sendiri.

***

"Dek minum apa?" tanya mas Rama yang baru pulang.

Aku menunjuk botol minuman yang kemarin ibu bawakan untukku. "Vitamin mas!" sahutku yang asik menikmati minuman yang berasa asam dan menyengat.

Mas Rama menghampiriku, mencium perutku dan mengusapnya. "Jadi anak Sholeh ya nak, harus lahir jadi anak cowok hehe," bisik mas Rama di perutku.

"Kenapa harus cowo mas?" tanyaku yang kurang suka dengan sapaan mas Rama pada janinku.

"Karena mas pengennya anak cowo dek, pengen punya temen!" timpal mas Rama tersenyum.

"Bagaimana kalau yang lahir anak perempuan?" tanyaku.

"Jangan didoakan gitu!" mas Rama menatap tajam padaku.

Aku sedikit khawatir jika anakku lahir perempuan akankah mas Rama tetap sayang pada anak kami?

"Mas pengen anak cowo karena cucu mama ga ada yang cowo, semuanya cewe dek. Jadi mas berharap banget dapat anak cowo." ujarnya tersenyum.

Aku hanya mengangguk tak bisa mengiyakan, karena aku juga tak tau jenis kelamin bayi yang aku kandung.

"Kamu minum itu kok banyak banget dek?" Mas Rama menunjuk botol minuman bekasku.

"Enak mas, aku suka. Lagian kan ini vitamin jadi makin banyak minum makin sehat," aku tertawa kecil.

Aku hanya mengangguk, lalu Mas Rama pun masuk untuk mandi dan berganti pakaian. Aku juga harus mencuci piring bekas makan malam tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, ketika tiba-tiba aku merasakan nyeri di perutku.

Rasanya seperti ingin datang bulan, namun juga badan terasa panas.

"Mas!" panggilku kepada mas Rama yang masih ada di kamar.

"Kenapa dek?" Mas Rama mengusap-usap pinggang ku.

"Sakit perut mas..." jawabku.

"Kamu mungkin kecapekan, dek. Ayo kita tidur dulu, nanti mas sambil usap-usap perutnya." ucap mas Rama, sambil menuntunku menuju kamar.

Akhirnya, aku tetap memilih tidur walau perutku kali ini sakitnya seperti mencengkram. Mas Rama juga tak berhenti mengusap pinggang membuat aku sedikit tenang dan terlelap.

Esok harinya, saat aku terbangun dari tidur, aku tak mendapati mas Rama. Seperti biasa ia pasti sudah berangkat kerja di jam subuh ini.

"Bisa ga sih bangunnya pagi, udah malas ga bisa nyapu, orang juga pernah hamil tapi ga gitu juga." Suara itu berasal dari teras belakang, rupanya suara ibu mertuaku yang di dengar oleh tetangga sebelah.

Nyuttt, terasa pedih di hati, perasaan seumur hidup baru kali ini diginiin. Selama hidup dengan ibuku tak pernah ada sekali pun ibu memarahi ku, apalagi membangunkan tidurku.

Sebab aku juga tak pernah bangun kesiangan, selalu bangun subuh dan membantu pekerjaan rumah dan dapur bahkan sebelum subuh.

Aku juga tertidur pulas karena semalam-malam menahan sakit perut yang terasa panas dan tak tertahankan. Aku mengurungkan niat, memilih tak membantu mengerjakan pekerjaan rumah hari ini, ya selain sakit hati aku juga sakit perut.

Karena sakit perut dari semalam sudah tak bisa ku tahan, dan kali ini seperti bukan sakit saat datang bulan aku memutuskan menghubungi mas Rama, meminta bantuannya agar mau mengantar ku periksa kehamilan ku.

Karena ingin memastikan sakit perutku karena apa? Aku membuka celana dalam yang biasa aku lakukan untuk mengecek apakah aku sedang datang bulan atau tidak?

Ku dapati bercak darah yang menggumpal kecil, aku makin aneh dan cemas takut terjadi sesuatu pada kehamilanku.

Perutku semakin mencengkram perih, tak tertahan membuat aku berapa kali menjatuhkan badan ke kasur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status