Share

Bab 5 Sarang Ular

"Padahal udah nyiapin baju banyak, kirain mau nginap seminggu." ucapku yang merasa sedikit sedih.

"Ya gimana dek besok harus datang, pekerjaan mas penting demi kita."

Aku hanya menarik nafas panjang, tak menjawab karena sedikit kesal dengan bos mas Rama, yang selalu meminta mas Rama kerja di luar jam kerjanya atau lembur.

"Gapapa nak, lain kali nginap lagi, ibu juga ga jauh dari kamu," ucap ibuku menenangkan.

"Tapi Bu, Hana cuma mau nginap sama ibu, Hana rindu sama ibu!" terangku membantah.

"Han, ini kan udah ketemu, kalau sudah jadi istri kamu harus patuh sama suami kamu, lain kali nginap lagi."

Aku sedikit kecewa dengan perkataan ibu yang meminta ku untuk pulang. Apa ibu mengusir ku atau terusik dengan kedatangan ku? Tapi yang jelas ibu hanya ingin hubungan aku dan suami ku tetap baik-baik.

Dengan berat hati terpaksa harus kembali pulang ke rumah mertua ku.

"Mas pergi lagi ya dek, nanti kalau pulang mas kabarin, soalnya mas jadi orang penting untuk proyek ini."

"Mas, aku ikut boleh?" tanyaku yang berharap di ia kan oleh suamiku.

"Ga boleh dek, mas takut kamu ga nyaman."

"Aku akan nyaman mas, atau aku juga ikut kerja biar kita bisa banyak nabung, jadi tukang nyuci atau masak pun gapapa!" seru ku yang berharap mas Rama setuju dengan ku.

"Ga dek, biar mas yang kerja kamu cukup di rumah berdandan, dan rawat diri, urusan uang biar mas yang berusaha mencari kamu doakan saja rezeki kita lancar, lagian jam kerja di tempat mas ga nentu dan ada banyak lelaki disana."

Aku hanya diam, padahal sebenarnya aku hanya tak ingin berada di rumah mertua ini. "Nanti banyak laki- laki tergoda mas takut kamu selingkuh." ucap mas Rama yang diiringi dengan cubitan di hidung ku.

Aku hanya tersenyum berusaha untuk terlihat bahagia, tak mengapa harus menghadapi ujian pernikahan berupa mertua yang sering membicarakan keburukan tentang ku.

"Kalian belum lihat kamarnya, ya Allah berantakan banget, udah gitu sampah makanan berserakan, kerjaan cuma dikamar kirain beres-beres ternyata kamarnya mau dijadiin sarang ular."

Ucapan yang terdengar di telingaku berasal dari teras belakang, suaranya seperti suara ibu mertua. Tapi demi kewarasan dan kesehatan mental aku memilih untuk masuk ke kamar saja, padahal baru juga pulang sudah disuguhi pendengaran yang tidak baik tentang ku.

Saat ku dapati kamarku tidak berantakan, hanya saja beberapa baju dilemari tidak sepenuhnya tersusun rapi.

"Tapi kenapa ibu mertua ku bilang kamar ini seperti sarang ular? apa ibu masuk di kamar ini?" tanyaku dalam hati.

Kamar ini memang tidak dikunci, karena aku sungkan mengunci kamar sebab masih menumpang dirumah mertua. Takut dengan berbagai tanggapan yang tidak-tidak jika kamar ini harus ku kunci.

Aku sibuk melipat baju yang tadi berserakan di lemari, karena kemarin terburu-buru mengambil beberapa lembar baju untuk menginap. Tapi rupanya hanya satu hari saja aku bisa menginap di rumah ibuku.

"Menantu bisu ga tau malu ditumpangi hidup malah santai-santai saja dirumah ini." suara ibu mertua terdengar jelas saat aku membuka pintu kamar.

Walaupun ibu mertua belum menyebutkan namaku tapi aku yakin kalimat itu tertuju padaku, karena hanya aku istri mas Rama yang masih menumpang dirumah ini.

"Tapi dia emang pendiam kayaknya Bu Jihan bukan bisu haha." sahut yang lain diiringi gelak tawa berbarengan.

Bingung juga bagaimana cara memberitahukan semua ini pada mas Rama, sebab kami juga terbilang baru menikah. Yang ada nanti mas Rama menjadi tak suka padaku karena sampaian ku padanya menceritakan tentang ibunya.

Dering telepon genggam berbunyi, dengan tertera nama Billa di layar. Ia merupakan sahabat akrabku, kami memulai persahabatan di bangku Sekolah Menengah Pertama.

"Halo, Bil. apa kabar?" sapaku di balik telpon.

"Halo, Han. aku baik-baik saja! kabar mu gimana?" Bila berbalik tanya.

"Aku juga baik-baik saja Bil!"

"Ngomong-ngomong maaf ya Han, tak sempat datang di hari pernikahan mu sama Rama. Sebab aku sibuk, ga ada cuti kerja jadi maaf ya ga datang!" Bila memang tak datang di hari pernikahanku, padahal kedatangan adalah yang paling aku tunggu.

"Tidak masalah Bil, aku ngerti banget!"

"Kamu memang paling ngerti sih Han hehe, eh ngomong-ngomong gimana rasanya menikah? bahagia ya?" tanya Billa padaku.

Aku menarik nafas dalam. Harus ku jawab dengan kalimat bagaimana? aku juga tak bisa bercerita panjang tentang perlakuan mertuaku, lagipula aku juga belum lama menikah.

"Kan cuma satu hari acaranya, jadi ga masalah kamu ga datang Bil. asal kadonya saja yang jangan lupa!" candaku pada Billa, untuk menutupi pertanyaan Billa barusan agar ia teralih dengan topikku.

"Soal kado aman Han, beberapa hari lagi sampai kok! eh, kamu kok ga jawab aku nanya tadi?" Billa masih ingin bertanya tentang rumah tanggaku, lebih tepatnya tentang kebahagiaan ku.

Saat asik berbicara via telepon dengan Billa tiba-tiba terdengar suara keras berulang kali dari dapur.

"Maaf ya, Bil. nanti aku hubungi lagi!" bergegas ku matikan telepon dan menuju sumber suara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status