Share

Bab 9 Baju seragam

Ocehan ibu mertua dan anaknya membuat aku tertunduk lesuh, aku malu pada Dea jika ia percaya dengan semua ungkapan ibu mertua. Akan kah Dea juga ikut mengompori mertuaku agar terus menghinaku?

Beberapa suap nasi terasa hambar bagiku, yang ku dapati hanya minyak di mangkok besar bekas wadah masakan ku tadi.

Aku hanya menyuap nasi, menahan air mata agar tak berjatuhan karena ucapan mertuaku dan iparku.

"Ma, besok jadikan kondangan dirumah Adit?" tanya Dea mengalihkan.

"Jadi dong, Mama udah siapin baju couple buat kita! soalnya kamu tau sendiri kan calon Adit itu janda kaya. Jadi, Mama ga mau pakai baju biasa, ga mau ketinggalan jaman!" kemudian ibu mertuaku tertawa riang.

"Kak aku pinjam heels mu ya! soalnya aku kelupaan buat bawa!" Vika menyambung obrolan.

Sementara aku sedari tadi hanya menyimak, sambil menyuap nasi saja.

"Tapi Mama tau kan model kekinian?" tanya Dea

"Tau dong, Mama kan pesan sama orang yang mahir dalam menjahit!" ucap ibu mertuaku dengan bangga.

"Helo, Kak aku mau pinjam heels!" Vika setengah berteriak pada Dea.

Dea hanya diam dan berlalu, setelah mengobrol dengan ibu mertuaku, ia sama sekali tak menggubris permintaan Vika.

Aku juga ikut berlalu, karena tak ingin membuang waktu duduk bersama mertua cerewet dan ipar sombong ini.

"Tuh kan Ma, Vika bilang juga apa, Dea tu pelit banget, giliran barang Vika aja seenaknya di pake. Giliran barang dia susah banget buat dipinjam." gerutu Vika pada ibu mertua.

"Dia emang sering begitu denganmu?" tanya ibu mertua.

"Sering banget Ma, kadang anaknya aja sering pinjam baju anakku tapi ga di kembalikan sama dia, padahal uangnya banyak!" ucap Vika dengan kesalnya.

"Sudah, nanti pakai heels Mama aja!" seru ibu mertua pada Vika.

"Heels ibu-ibu ga mau ah!" Vika menghentakkan kakinya kemudian berlalu pergi.

Obrolan mertua dan iparku tak sengaja aku dengar, karena volume bicara mereka keras dan tinggi.

***

Esoknya semua anggota keluarga sibuk bersiap pergi kondangan di hajatan rumah sepupu suamiku yang bernama Adit.

Aku memoles wajah dengan taburan bedak dan mengoleskan liptint di bibirku. Aku tak pandai dalam hal merias diri karena sebelum menikah aku memang terbilang orang yang jarang berdandan.

Mas Rama masuk dari pintu kamar membuat mataku tertuju padanya.

"Dek kok belum ganti baju?" tanya mas Rama menatapku.

"Aku sudah siap mas, Aku udah pakai baju kok!" jawabku menyengir.

"Baju yang sama kayak punya mas ini!" ia menunjukkan baju yang ia kenakan.

"Ini baju couple loh, semua keluarga juga pake!" terang mas Rama.

"Loh, yang aku ga ada mas." aku mengerenyitkan dahi, betul aku tak mendapat baju seragam dari mertuaku.

"Bentar ya mas tanya dulu!" mas Rama kemudian pergi keluar kamar.

Aku kembali sibuk merias diri, menyemprotkan parfum ke baju dan kembali menata ulang jilbab yang aku kenakan.

"Mama lupa Ram, kemarin tukang jahitnya bilang kehabisan bahan buat bikin satu baju lagi. Jadi kelupaan buat pesan bahan lagi!" suara mertuaku yang nada bicaranya tinggi membuat aku keluar kamar dengan penasaran.

"Mama kan tau Rama udah nikah, kenapa Dea diberi baju couple sedangkan Hana tidak? Hana itu menantu Mama juga jangan anggap ia orang asing di rumah ini!" nada bicara mas Rama tak kalah tinggi dari mertuaku.

Aku kembali masuk dan berpura-pura tak mendengar.

Tak selang berapa menit mas Rama juga ikut menyusulku.

"Dek, tadi Mama bilang ia lupa buat bikin baju satu lagi. Tukang jahitnya kehabisan bahan!" terang mas Rama lembut dengan ekspresi kusutnya.

"Gapapa kok mas, baju ini aja udah cukup kok." aku mendekatkan diri pada mas Rama mencoba menenangkan emosinya.

"Pas lebaran mas janji beliin baju baru buat kamu!" ucap mas Rama tersenyum padaku.

Mas Rama selalu saja berhasil menciptakan senyum di hatiku. Ia tak pernah gagal menjadi suamiku selalu berusaha memberikan kenyamanan padaku dan memikirkan tentang ku.

"Gara-gara kamu ya, anak saya jadi pembangkang dan ga nurut sama saya!" ibu mertuaku mengataiku saat di dapur.

"Rama itu orangnya penurut, apa jangan jangan kamu yang sengaja ngajarin Rama buat melawan orang tuanya?" bentak mertuaku meminta jawaban padaku.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan mertuaku. Tiba-tiba, Dea masuk dan membuat persoalan itu terhenti seketika.

"Ayo berangkat, udah pada siap di depan!" ajak Dea pada kami.

Ibu mertuaku menatap tajam padaku, dan berlalu pergi. Ingin rasanya aku mengurungkan niat untuk datang ke pesta tapi mas Rama kemudian menghampiriku dan meminta aku segera bersiap.

"Dek cepat, udah pada nungguin." ajak mas Rama padaku.

"Nanti semobil sama Vika ya!" terang mas Rama yang mengunci pintu rumah.

Aku hanya menurut, mengikuti arahan dari suamiku. Saat ingin masuk mobil mertuaku menghentikan ku ia meminta aku untuk duduk di kursi paling belakang.

Beberapa kali aku mengalami mabuk saat naik mobil, membuat mertua dan iparku menertawakan ku.

"Makanya nanti beli mobil, biar terbiasa!" ucap Vika.

"Kelihatan banget miskinnya, naik mobil aja pake acara mabuk segala!" sahut mertuaku.

"Kak, kalau masih mabuk sini coba duduk di depan!" pinta Dea yang menghentikan laju mobil.

Dea meminta Vika beralih ke kursi di dekat ibu mertuaku, sementara aku diminta duduk didekat Dea kursi bagian paling depan.

"Ga usah Dey, masih tahan kok!" jawabku yang hampir kehilangan kesadaran.

Semenjak penceraian orang tuaku aku memang sudah jarang mengendarai mobil, sekarang sudah tak terbiasa dengan aroma kendaraan roda empat ini.

***

Kedatangan kami di sambut hangat oleh kedua belah pihak dari pengantin.

Aku menyalami orang tua pengantin dan memberikan amplop yang berisi uang 200 ribu. Uang itu dari mas Rama khusus untuk diberikan kepada orang tua Adit, yang mengadakan pesta pernikahan.

"Ini istrimu ya Ram, cantik ya kamu hebat milih istri!" ucap Adit saat aku dan mas Rama bersalaman dengannya.

"Sesuai sama aku dong!" ucap mas Rama tertawa.

"Lebih cantik dari istri Bagas hehe!" sambung Adit lagi sambil menatapku.

"Kamu kalo bohong bisa aja!" ibu mertuaku menyahut perkataan Adit. sepertinya ia tak rela jika aku di puji dan di beri nilai tinggi melebihi Dea, menantu tersayangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status