Share

41

Sudah beberapa menit berlalu sejak Bia menatap telepon rumah yang ada di atas lemari pendek–cuma sepinggang si gadis–tanpa melakukan apa pun. Di tangannya terdapat secarik kertas yang di remas kuat. Ada perasaan ragu menyelimuti; apa dia harus melakukannya atau tidak? Bia sedang berperang dengan dirinya sendiri. Tapi, kalau tidak dilakukan ... dia menghembus napas dan menguatkan hati.

Meraih gagang telepon, melembari kertas yang di remuk sehingga terlihat deretan angka di sana kemudian menekan tombol yang sesuai tulisan di kertas. Bia mendekatkan gagang telepon ke telinga sehingga dapat mendengar bunyi ‘tut’ sebagai pertanda panggilan tersambung.

“Halo ....” dia menyapa setelah panggilan di jawab. Mendengar sahutan dari seberang, dia segera melanjutkan, “Dok, ini saya. Rabia. Mm. Saya baik-baik aja. Um ..., saya tahu ini udah lewat jamnya, tapi–”

[Nggak apa-apa. Saya pasti luangin waktu buat kamu.]

Senyum terukir, meski sedikit merasa tak enak sebab dia tahu jadwal seseorang yang seda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status