Share

43. Maafkan Aku, Pak Bram

Jalan benar-benar sepi malam itu. Anginnya yang semakin dingin berembus dan seakan menetap hingga ke tulang. Fajrin yang memboncengku di atas Vespa kesayangannya mulai menggigil, tetapi dia terus melaju. Dia lebih memikirkan kecemasan dan ketakutanku akan hal yang belum tentu terjadi.

Kami terus melaju menuju Bintaro, setelah lebih dulu menghubungi Sylla lagi untuk memastikan tempat gadis itu bertemu Nayya terakhir kalinya petang tadi.

            "Kalau tempatnya aja belum jelas gini, ane ragu bisa menemukan murid ente itu, Sob,” cetus Fajrin tanpa bermaksud membuatku makin panik.

            "Jembatan tol nggak lama lagi, Sob. Kita cek di sana dulu!"

"Bram! Ane jadi terharu, ente begitu peduli sama murid-murid ente. Kalau benar murid ente punya niatan bunuh diri, mudah-mudahan Allah menyelamatkan dia dari rayuan setan. Ente tau kan, bunuh diri nggak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status