Share

Bab 8

"Panji juga sekarang sedang bersenang-senang dengan istri barunya. Mama dan papa juga sedang pergi ke luar negeri. Kalau aku tidak ke sini ngapain aku di rumah sendiri kan sangat membosankan?" Kata Maria

"Pintar sekali Kamu honey," pintar memanfaatkan keadaan kata Riko sambil mengecup bibir merah milik wanita itu. Lambat laun ciuman mereka semakin liar dan semakin panas.

Keduanya bercinta dan menghabiskan malam hingga pagi menjelang. Hingga Maria sangat terkejut ketika banyaknya panggilan video call dari Panji.

"Ada apa Panji menghubungiku? Apakah malam ini mereka berdua tidak bersenang-senang? gumam Maria lirih.

Maria lebih terkejut lagi saat membaca chat dari Panji isi chat itu mengatakan bahwa semalam Panji pulang ke rumah dan tidak menemukan Maria di rumah dan Panji menanyakan di mana sekarang Maria berada.

"Sayang mampus gue, panji semalam tidak tidur di apartemen Alina tapi dia pulang ke rumah! ada apa dengan pria itu?" Celoteh Maria yang langsung turun dari ranjang dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia harus segera pulang saat ini juga.

Maria harus membuat alasan yang tepat untuk menjelaskan ke mana semalam ia pergi. Tanpa membangunkan Riko yang masih terlelap dalam tidurnya Maria bergegas keluar apartemen dan menuju ke parkiran ia segera pulang ke rumah.

Saat tiba di rumah ia langsung disambut oleh Panji yang sudah berdiri di depan pintu. Sebisa mungkin Maria bersikap biasa saja agar Panji tidak merasa curiga terhadapnya.

"Sayang kenapa kamu pulang? Bukannya malam ini kamu harusnya tidur bersama Alina?" tanya Maria berbasa basi.

Tanpa menjawab pertanyaan Maria Panji malah balik bertanya. "Kamu semalaman di mana, dan kamu kenapa nggak pulang?" tanya Panji memandang Maria tepat di manik matanya.

"A-aku, sepulang aku dari apartemen Alina aku ditelepon sama Amanda katanya dia kecelakaan makanya aku langsung segera ke rumah sakit dan aku menginap di rumah sakit,"jawab Maria terbata dan berharap jika Panji akan percaya dengan apa yang ia katakan.

"Kenapa kamu tidak mengabariku dan kenapa kamu tidak menjawab telepon dan video call? Aku kan khawatir sayang sama kamu, aku nggak mau terjadi apa-apa denganmu." kata Panji lagi.

Maria masuk ke dalam rumah sambil mencium bibir Panji sekilas ia langsung duduk di meja makan untuk menemani Panji sarapan.

"Sayang kenapa kamu pulang ke rumah?"tanya Maria lagi karena pertanyaannya yang tadi belum Panji jawab.

"Aku belum siap untuk menyentuhnya. Karena dia masih begitu polos dan belum tahu apapun. Aku masih memberikan waktu untuknya hingga ia siap." kata Panji.

Setelah sarapan Panji langsung berangkat ke kantor tapi sebelumnya ia berpesan pada Maria untuk membawa Alina pergi ke salon. Dan Maria dengan senang hati akan melakukannya untuk Alina. Dia akan mengajari Alina bagaimana caranya melayani suaminya saat di atas ranjang. Dia tersenyum penuh kemenangan.

Karena setelah Alina hamil Maria akan merencanakan kehamilan palsu untuknya. Untuk mengecoh mamah dan papa mertuanya di rumah. Niatnya sudah disetujui oleh Panji. Karena jika saat bayi yang akan dilahirkan Alina nanti akan diambil dan dia asuh dan menjadi anaknya kelak. Jadi Maria tidak akan repot-repot untuk berbohong apapun lagi untuk menutupi anak siapa yang dia bawa saat menjemput anak Alina. Dan jika saat itu tiba maka harta warisan yang sudah dijanjikan setelah Panji mempunyai anak akan segera diwariskan padanya dan itulah tujuan hidup Maria saat ini.

*****

Pagi harinya Maria telah tiba di apartemen, dan sebelumnya ia sudah memberitahukan Alina lewat telepon jika ia akan mengajak Alina untuk pergi ke salon, atas permintaan Panji.

Maria tersenyum bahagia melihat Alina yang sudah siap dan tidak menunggu lama lagi ia segera melaksanakan tugas yang diberikan oleh Panji untuk membawa Alina ke salon.

Sambil mengendarai mobil dengan kecepatan yang sedang Maria meminta Alina untuk mendengarkan setiap apa yang ia katakan. Dan Alina pun tanpa membantah mendengarkan dan menyetujui. Meskipun di dalam jantung Alina bercetak lebih cepat saat berada di dekat Panji.

"Kamu harus bisa melayani Tuan dengan baik! Jangan membuatnya kecewa apalagi menolak, karena Tuan Panji adalah tipe orang yang tidak suka dengan penolakan." kata Maria sambil mengemudikan mobilnya di jalanan yang masih terlihat lenggang dan Alina hanya bisa mengiyakan.

Alina terkagum-kagum saat mobil telah tiba di halaman salon kecantikan yang lumayan besar dan mewah. Iya tidak pernah membayangkan akan bisa masuk ke dalam salon kecantikan semewah ini. Mungkin saja gajinya tidak akan cukup buat membayar perawatan di salon mewah ini, Alina tersadar dari lamunannya ketika Maria mengajaknya masuk ke dalam salon.

"Ayo, kenapa kamu bengong?" Ucap Maria yang menyenggol lengan Alina.

"Ah....eh ....anu Nyonya," jawab Alina terbata.

"Selamat pagi Nyonya," sapa para karyawan yang berdiri di depan pintu dan membukakan pintu masuk untuk Maria dan Alina, dan dibalas oleh senyuman yang begitu manis dari Maria dan Alina yang melangkah masuk terus ke dalam menemui resepsionis.

"Buatlah secantik mungkin gadis ini dengan penampilan yang terbaik," kata kata Maria pada salah satu staf salon yang sudah mengerti apa keinginan dari pelanggannya.

"Baik Nyonya," jawab pelayan yang kemudian mempersilahkan Alina untuk masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di salon.

Maria pun melakukan hal yang sama masuk ke dalam salah satu ruangan yang berbeda dengan Alina. Ia juga sama melakukan perawatan karena sudah dua minggu yang lalu terakhir kali Maria melakukan perawatan di salon ini.

Waktu yang Maria dan Alina gunakan untuk menghabiskan perawatan di salon adalah hampir satu hari penuh, karena Maria meminta Alina di makeover dari ujung kaki hingga ke ujung rambut agar terlihat perfect saat bertemu dengan Panji dan menghabiskan malam pertama Alina setelah menjadi istri sah dari suaminya. Senyum bahagia terbit dari bibir Maria.

"Nyonya sejak dari tadi handphone anda berbunyi terus," kata seorang pelayan yang menyerahkan handphone Maria yang tertinggal di meja resepsionis.

"Terima kasih," ucap Maria sambil tersenyum. Pelayan itu pun membalasnya dengan menganggukan kepala lalu berjalan keluar ruangan dan kembali ke meja resepsionis.

Maria tersenyum saat melihat Panji yang menghubunginya sejak dua jam yang lalu. Karena terlihat banyaknya panggilan tak terjawab dari pria yang sekarang masih menyandang status sebagai suaminya.

Saat handphonenya berbunyi lagi Maria segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo sayang,"

"Apakah kamu dan Alina sudah selesai?" tanya Panji dari seberang telepon.

"Aku sudah selesai Sayang, tapi mungkin Alina sebentar lagi. Mungkin sekitar dua jam lagi Alina selesai," Sahut Maria.

"Jangan lupa sayang, kamu harus sediakan pakaian terbaik untuk Alina." Kata Panji sebelum akhirnya ia menutup panggilan telepon tanpa menunggu jawaban dari Maria.

"Huft.... Kebiasaan pria itu, sering sekali mematikan sambungan telepon sebelum Aku menjawab." gerutu Maria kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status