Share

Istri Manja Dosen Posesif
Istri Manja Dosen Posesif
Author: Juliette Collen

Pengantin yang Ditinggalkan

"Percuma kamu menangis! Laki-laki yang baik tidak akan meninggalkan calon istrinya di atas pelaminan, Kakak tidak akan memaafkan pecundang itu lagi!"

Frisca Tarinka, gadis dua puluh tahun dengan balutan gaun pengantin yang kini menangis memeluk boneka unicorn berwarna pink miliknya.

Perasaannya yang kacau di hari pernikahannya saat ini. Calon suaminya, Brandon yang pergi tanpa kabar dan jejak tepat di hari -H pernikahannya dengan Frisca. Padahal mereka sudah dekat dan menjalin hubungan istimewa lebih dari tiga tahunan sejak masih sekolah, tapi nyatanya Brandon malah mengkhianatinya.

Hal itu membuat keluarga Frisca kesal dan marah, belum lagi harus menanggung malu lantaran semua tamu undangan sudah berkumpul di sana.

"Sudahlah Pa, bubarin aja," lirih Frisca mengusap air matanya yang masih mengalir.

"Bubar gimana? Semua tamu sudah berkumpul di depan, Frisca! Ini bukan upacara yang bisa bubar barisan jalan! Ini pernikahan!" pekik Johan memarahi putrinya.

Frisca malah menangis, di dalam kamar hotel tersebut hanya ada kedua orang tuanya dan Kakaknya saja.

Mereka semua sama bingungnya dengan keadaan ini.

"Papa maunya bagaimana?" tanya Dante, Kakak kandung Frisca.

"Ya... Papa tidak mau malu, kalau sampai bubar, pasti sangat memalukan! Mau ditaruh mana muka Papa dan Mamamu ini!" teriak Johan.

"Sudah Pa," ujar Tarisa mengusap pundak suaminya.

Frisca beranjak dari ranjang, ia mendekati sang Kakak dan memeluknya. Semua masalah yang selalu menerkanya, hanya Dante yang bisa menolongnya.

"Kakak, Frisca harus bagaimana?" tanya Frisca menangis dalam pelukan sang Kakak.

"Ya salah sendiri! Masih bocah akal-akalan nikah! Dipikir nikah itu enak, hah?!" pekik Dante mengomel.

Di saat mereka semua tengah pusing dengan situasi keruh dan panas. Frisca menangis sejak tadi tidak henti-henti menghubungi calon suaminya.

Papanya yang uring-uringan dan jam acara pernikahan yang kurang dari dua puluh menit lagi. Frisca ingin menghilang saat ini.

Pintu kamar hotel itu tiba-tiba terbuka, di sana nampak seorang laki-laki dengan balutan pakaian formal yang rapi. Laki-laki berwajah tampan dingin, manik mata biru, dan berpostur tinggi besar berdiri membuka pintu membawa sebuah kotak hadiah.

"Selamat pagi," sapa laki-laki itu mendekati Frisca dan menyerahkan kotak hadiah yang ia bawa.

Frisca menatap laki-laki itu lekat-lekat, ia tahu betul dengan sahabat Kakaknya ini. Selain sahabat sang Kakak, laki-laki ini adalah dosen baru di kampusnya.

"Kak Daniel!" pekik Frisca bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Daniel.

Daniel Emmanuele menatap kikuk Frisca yang berderai air matanya.

"Hem, selamat ya Frisca. Aku ikut bahagia di hari...."

"Jadilah suamiku! Kumohon," ucap Frisca dengan lantang dan berani menahan malu mati-matian.

Semua orang di dalam ruangan itu menatap kikuk ke arah Frisca yang meminta hal itu pada Daniel.

Tatapan mata Daniel langsung menajam mendengar apa yang baru saja Frisca katakan. Senyuman di sudut bibirnya membuat Frisca pasrah dengan ejekan yang akan Daniel lontarkan.

"Kak Daniel, aku serius," pinta Frisca dengan nada melas.

"Calon... Calon suamimu?" Daniel menoleh pada orang tua Frisca dan juga Dante.

Dante berdecak sebal, "Niel, calon suami ini bocah minggat sejak subuh tadi!" seru Dante.

"Oh," jawab Daniel.

"Kak Daniel tolong Frisca please, kali ini saja. Menikah dengan Frisca! Janji deh, kalau Frisca jadi istri Kak Daniel, nanti Frisca bakal nurut... Frisca tidak mau Mama dan Papa malu," lirih gadis itu menangis menunjuk ke arah Mama dan Papanya.

Daniel menatap dalam-dalam gadis itu, biasanya Frisca menjadi gadis yang paling malas padanya, jahil, dan menjadi palajar yang membangkang di kampusnya.

Sejak lima tahun ia berteman dengan Dante, sejak saat itu juga Daniel menyukai Frisca. Meskipun usianya dan Frisca berjarak tujuh tahun.

"Nak Daniel," panggil Johan pelan membubarkan lamunan Daniel pada Frisca.

"Kalau kau tidak keberatan, kali ini saja Niel. Berani aku membayar dengan nyawaku!" seru Dante mengimbuhi.

Daniel berdehem pelan, ia melirik Frisca yang kembali memeluk boneka unicorn miliknya dan menatapnya melas dengan gaun pengantin sedikit kusut ia pakai untuk menangis sejak pagi.

"Bagaimana bisa aku menikahi Frisca, apa lagi dadakan seperti ini! Kedua orang tuaku, sahabatku, keluargaku, bagaimana?!" pekik Daniel menatap mereka semua.

"Ck! Itu bisa diatur asal kau mau lebih dulu," seru Dante pada sahabatnya.

"Huhh... Ini gila!" seru Daniel berat menimbangnya.

"Kita bisa cerai nanti, tenang saja. Atau Kakak minta uang ganti rugi?" cicit Frisca menundukkan kepalanya.

Daniel diam tidak percaya, ia pernah ditolak oleh Frisca dua tahun lalu saat gadis itu masih sekolah, tapi kini gadis itu mengajaknya menikah. Menarik untuk seorang Daniel.

"Baiklah, aku akan menikahi Frisca hari ini! Tapi dengan satu syarat!" seru Daniel tegas.

Frisca langsung mengangkat kepalanya menatap Daniel dengan terkejut dan lega. Kedua orang tua Frisca dan Kakaknya juga langsung tersenyum.

"Apapun syaratnya!" pekik Dante.

"Setelah pernikahan ini, Frisca akan tinggal denganku. Tinggal bersamaku di mansion milikku!" tegas Daniel menatap Frisca dalam-dalam.

Gadis itu ingin menolaknya, bagaimana pun juga seorang Frisca Tarinka adalah gadis malas yang segalanya bergantung pada sang Mama, apa jadinya kalau ia tinggal berdua dengan Daniel? Dosennya, suaminya, dan laki-laki yang pernah ia tolak mentah-mentah.

"Gampang soalan itu! Frisca pasti mau karena kau sudah mau menjadi suaminya!" tegas Dante mengacungkan jempolnya.

Daniel menoleh pada Frisca dan tersenyum menyeringai.

"Aku terima tawaranmu, Frisca."

Frisca mengangguk ragu merasakan hawa panas dingin pada tubuhnya. Mungkin ia kedepannya akan merasa hidup di neraka, ia tahu betul kalau sosok Daniel bukan hanya seorang Dosen biasa, dia sangat kaya raya. Pasti akan semena-mena pada Frisca.

Johan dan Tarisa merasa lega begitu Daniel menerima tawaran gila yang putrinya berikan.

"Kalau begitu, kalian berdua bersiap-siap ya, Mama dan Papa juga Dante akan menunggu kalian di luar. Segera bersiap ya, Daniel," pinta Tarisa menyerahkan stelan jas pernikahan pada Daniel.

"Iya Tante," jawab Daniel.

"Kami tunggu segera," ujar Johan menepuk pundak Daniel.

"Cepat Niel," seru Dante berjalan keluar bersama Mama dan Papanya.

Kini pintu kamar itu tertutup dan hanya bersisa Frisca bersama Daniel. Situasi yang tidak pernah Frisca duga-diga sebelumnya.

Frisca masih duduk di tepi ranjang dan memeluk boneka unicornnya, wajahnya masih murung dan sedih.

"Kak Daniel...."

"Jangan memanggilku Kakak," sela Daniel seraya melepaskan dasi yang ia pakai dan menggantinya dengan dasi kupu-kupu.

Frisca mendongak memperhatikannya.

"Lalu? Apa aku harus memanggilmu Pak Daniel, seperti saat di kampus?"

"Paling tidak kau tahu posisimu. Bayangkan kalau aku tiba-tiba menolakmu saat ini!" seru Daniel.

"Eh, ya jangan!" Frisca sontak mendekati Daniel dan mencekal pergelangan tangannya.

Senyuman tipis di bibir Daniel membuat Frisca cemberut.

"Bagus! Ternyata karma Tuhan berlaku juga ya, Frisca," ujar Daniel.

Frisca menyipitkan kedua matanya berdiri di samping Daniel menatap cermin.

"Ka... Karma Tuhan? Karma apa maksudmu huh?"

Mendengar nada sewot dari Frisca membuat hati Daniel tergelitik. Laki-laki itu terkekeh pelan seraya membalikkan badannya.

Tatapan mana ocean blue milik Daniel membuat jantung Frisca berdegup, wajah tampannya kini mendekat bersamaan dengan telapak tangannya yang menyentuh lembut pucuk kepala Frisca saat posisi tubuhnya yang terbungkuk.

"Karma karena kau menolakku. Dan sekarang, kau malah menjadi istriku." Daniel tersenyum smirk mendekatkan wajahnya pada Frisca, "Frisca, sebentar lagi kau akan merasakan nikmat dan asamnya menjadi istri dari laki-laki yang kau tolak, Frisca."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ramlah Huslie9
keren dan bagus
goodnovel comment avatar
Putry Ismayanti
seruuu thoorr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status