Share

Bab 7 Rahasia Farel

Bab 8 Rahasia Farel

Selepas memanjakan wajah di salon, aku memutuskan pergi ke kafe untuk bertemu dengan Arin sahabatku.

Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padanya, meluahkan segala rasa mengganjal di hati.

"Jadi kamu sudah gak curiga lagi ni, sama suamimu?" Tanya Arin. Dia kemudian meraih minuman di meja dan meminumnya.

Setelah kejadian malam itu aku menceritakan semua pada Arin karena hanya Arinlah tempat aku menceritakan semua masalahku.

"Ya ada  dikit sih yang masih janggal dihati tapi aku tepis, aku tak mau hanya gara- gara masalah yang tak ada buktinya rumah tanggaku jadi retak."

"Ya syukur deh kalau gitu, gak perlulah curiga berlebih pada pasangan," kata Arin.

Arin lebih dahulu menikah.Namun, dalam hal keturunan kita sama, sama- sama belum dikaruniai keturunan. Bahkan Arin juga pernah dititik paling kritis dalam rumah tangganya ketika suaminya selingkuh dan membawa perempuan selingkuhannya itu kerumahnya, bahkan suaminya sempat mengutarakan keinginannya yang mau poligami. Berkat keteguhan hati Arin dalam mempertahankan rumah tangganya, pada akhirnya  suaminya sadar dan kembali juga pada Arin.

"Dalam rumah tangga itu memang biasa ada kerikil, ya ibarat jalan kan ada yang mulus ada yang enggak, jadi ya tergantung kita menyikapinya," ujar Arin di sela kami menikmati makanan kami.

"Tapi gimana kalau ternyata Mas Farel memang benaran bohong?" 

"Astagfirullahaladzim Ane, baru aja aku kasih pengertian eh udah mau suudzon lagi," ujar Arin kesal. 

Sejujurnya aku masih belum bisa percaya seratus persen pada Mas Farel.

______

Setelah bercerita dengan Arin dan meluahkan segala rasa di hati akupun pulang,aku baru saja  sampai rumah saat Mas Farel datang dengan motor gedenya. Dikarenakan mobil Mas Farel belum selesai diperbaiki maka Dia memakai motor untuk kerja.

Senyum segera mengembang dibibir Mas Farel " Asalamualaikum, cinta dunia akhirat Mas," ujarnya saat aku mendekat untuk tazim.

Kubalas ucapan suamiku dengan senyuman, memang dia pandai membesarkan hati istrinya.

"Hmm cantiknya istri Mas," pujinya. Menarik tubuhku kepelukan lalu menghirup wangi rambutku yang habis creambat.

"Hmm wangi," pujinya. 

Saat seperti inilah aku benar- benar terlena dan merasa sebagai perempuan yang paling teruja dan dicintai dan melupakan segala curiga dan prasangka dihati ini padanya.

______

Setelah besiap kamipun ke rumah Ibu mertuaku yang kurang lebih memakan waktu sekitar tiga jam, dalam perjalanan tak henti- hentinya kami bercerita dan sesekali di iringi candaan-candaan ringan.

Seorang wanita segera menyambut kedatangan kami begitu melihat mobil kami masuk kehalaman rumah.

"Ibu ada Bi?" Tanya Mas Farel pada Bi Munah.

"Ada Den di dalam," jawab wanita itu ramah.

"Non Ane apa kabar, makin cantik aja," ujar wanita itu saat bersitatap denganku.

"Alhamdulilah baik Bi," jawabku.

Setelah berbasa-basi sebentar kamipun masuk kedalam rumah. Rumah Ibu taklah besar. Namun, sangat nyaman bagi penghuninya, suasananya adem dan teduh.

"Eh anak-anak Ibu sudah sampai, sibuk didapur sampai tak tahu kalian datang," kata Ibu menyambut kedatangan kami. Ada senyum mengembang di bibir yang sudah mulai keriput itu.

Segera kuraih tangan mertuaku dan mencium punggung tanganya sebagai tazim, begitu juga Mas Farel juga melakukan hal yang sama.

"Yok makan dulu!" Ujar Ibu Mertuaku.

Sudah biasa jika kami datang, Ibu mertuaku akan masak makanan kesukaan kami, Mas Farel ayam crisypi, orek tempe sementara aku pecel lele. Alhamdulilah aku yang yatim piatu ini memiliki mertua yang baik dan pengertian seperti Ibu sehingga tak merasa kekukarangan kasih sayang jadinya.

"Makan yang banyak ya kalian! Ane kamu juga, Ibu perhatikan kamu agak kurusan," ujar Ibuku.

"Akhir-akhir ini memang saya malas makan Bu," jawabku.

"Gak boeh gitu, sehat itu mahal lo," kata Mertuaku sambil mengambillkan ayam goreng dan menaruh kepiringku.

"Gak papa Bu, nanti Ane ambil sendiri," ujarku.

"Tu dengerin!" Ujar Mas Farel menatap kearahku.

"Iya Mas," jawabku.

Aku makan begitu lahap, begtu pula Mas Farel, hampir semua hidangan yang Ibu siapkan untuk kami, kami makan habis membuat Ibu tertawa senang.

"Eh Bu, tadi Bi Muna sudah nyisihin makanan belum?" Tanya Mas Farel.

"Sudah, tadi Ibu sudah sisihkan buat Dia," ujar Ibu.

Selesai makan kami duduk di sofa ruang tengah sambil mengobrol apa saja, suasanapun begitu hangat. Ibu juga menasehati kami agar lebih sabar menghadapi apapun ujian dalam rumah tangga kami, mungkin sebab kami belum memiliki keturunan jadi Ibu memberi kami nasihat seperti ini.

"Bu aku duluan tidur ya, ngantuk," pamitku setelah bicara pada Mas Farel terlebih dahulu.

"Iya," jawab Ibu Mertua.

Aku pun segera menuju kamar atas tempat biasa kami tidur saat kami berkunjung kesini.

Baru saja aku akan membuka pintu kamar, aku mendengar Ibu bicara. Salah satu kelebihanku, aku memiliki telinga yang tajam.

"Giamana Le, apa kamu sudah jujur pada Ane?" 

Deg, 

Jantungku bagai disentap seketika, ada rahasia apa ini.

"Belum Bu, aku belum berani," jawab Mas Farel lirih.Namun, aku masih bisa dengar.

"Le sepahit apapun kejujuran itu lebih baik dari sebuah kebohongan, kasihan Ane, sudah terlalu lama kamu bohongin dia. Ibu takut kalau nanti malah dia tahu dari orang lain, tentu itu lebih sakit rasanya Le," ujar Ibu.

Ikutkan hati aku ingin segera turun dan menanyakan pada Ibu, ada rahasia apa Mas Farel? 

"Farel masih nunggu waktu yang tepat Bu." 

"Jangan lama-lama Le, sudah dua tahun kamu membohongi Ane, Dia istri yang baik Le, kamu jangan sia-siakan," 

"Ya Bu, sudah malam, Farel permisi dulu," ujar Mas Farel.

Aku segera buru-buru masuk kamar dan pura-pura tidur walau dalam hati ada berjuta pertanyaan. 

Mas Farel menyembunyikan rahasia apa?

Apa ini ada hubunganya dengan Mbak Riana?

Ya Tuhan Kenapa begitu banyak rahasia yang Mas Farel sembunyikan dariku.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status