Share

104 Regret

104 Regret

You never know what you have until you lose it, and once you lost it you can never get it back.

“Ibra, bagaimana kamu mau sembuh, jika kamu tidak mau makan?” bujuk Herni gundah, melihat semangkuk bubur yang masih utuh,

Ibra mengunci mulutnya, hanya air matanya yang terus meleleh, sebagai jawaban pada ibunya. Mulut lelaki itu dipenuhi dengan sariawan, dan membuatnya kesulitan untuk mengunyah makanan.

“Apa kamu mau minum?” kata Herni.

Ibra mengangguk.

Herni mengangkat kepala Ibra supaya lebih tinggi. Kemudian mengambil segelas air kunyit yang diberi madu di atas meja.

Lelaki itu menyesap air kunyit pelan, membasahi mulutnya yang perih.

Tiap kali melihat Ibra, hatinya nyeri. Tubuh anaknya tinggal tulang belulang yang dibungkus kuli tipis. Hanya sorot matanya saja yang menandakan dia masih hidup. Mata yang seperti menunggu sesuatu.

Ibra semenjak beberapa bulan lalu hanya tergolek di amben. Herni dan Ajeng secara bergantian merawatnya, membolak – balikkan badannya supay
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status