Share

Jebakan Sang Kupu-Kupu Malam
Jebakan Sang Kupu-Kupu Malam
Penulis: Marrygoldie

1.Pembalasan Dendam Untuk Ayahku

Jenewa, Swiss. Juli 2009

Seorang gadis berusia lima belas tahun berjalan keluar dari gerbang sekolah. Gadis bernama Orlena Müller itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi mobil sedan hitam yang biasa menjemputnya masih belum datang. Gadis yang mengenakan seragam rok kota-kotak berwarna abu-abu dan blazer merah itu menghampiri dinding pagar yang mengeliling sekolah. Menyandarkan punggungnya sembari menunggu sopirnya menjemputnya.

“Orlena, kamu tidak mau pulang bersamaku?” suara itu membuat gadis dengan kulit seputih salju itu menoleh dan melihat teman satu kelasnya berdiri di depan gerbang sekolah. 

Orlena menggelengkan kepala sehingga rambut coklat muda yang diikat di belakang kepalanya ikut bergerak. “Tidak, Carla. Sebentar lagi aku akan dijemput.”

“Kalau begitu sampai jumpa besok, Orlena.” Gadis dengan rambut hitam bergelombang itu melambaikan tangannya.

Orlena membalas lambaian tangan teman sekelasnya itu. ‘Sampai jumpa besok, Carla.”

Setelah itu Orlena bisa melihat Carla berjalan menuju mobil sedan berwarna silver sebelum akhirnya melaju pergi. Orlena mengangkat tangan kirinya dan melihat arloji sudah menunjukkan jam lima sore. Sebentar lagi langit sudah gelap. Dia bertanya-tanya kenapa Carlos sangat terlambat.

Tak lama kemudian sebuah mobil sedan hitam berhenti di hadapannya. Orlena langsung membuka pintu dan melangkah masuk.

“Kenapa lama sekali, Carlos? Aku sudah lelah menunggu.” Orlena memasang ekspresi cemberut.

“Maafkan saya, Nona.”

Orlena terkejut mendengar suara yang berbeda dari sopirnya. Dia mendongak untuk melihat pria muda yang duduk di balik kemudi. Orlena tidak pernah melihat laki-laki itu.

“Kamu siapa? Di mana Carlos?” tanya Orlena dengan tatapan curiga.

Laki-laki itu menoleh sehingga Orlena bisa melihat wajah tampannya tersenyum pada Orlena. Tentu saja gadis polos seperti Orlena akan terpesona melihatnya.

“Nama saya Rey, Nona Müller. Saya adalah anak dari Carlos. Karena papa saya tiba-tiba sakit, sehingga saya terpaksa menggantikannya. Apakah anda keberatan, Nona? Kalau keberatan, anda bisa menelpon rumah agar meminta orang untuk menjemput anda.” 

Orlena menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Rey. Kita bisa pergi sekarang. Aku sudah terlambat untuk pelajaran tambahanku.”

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Nona.”

Orlena menyandarkan kepalanya di punggung kursi. Dia merasa begitu bosan. Hari-hari yang dijalankan selalu saja sama. Belajar, belajar dan belajar. Tapi meskipun Orlena berusaha begitu keras, dia tetap tidak bisa menarik perhatian ayahnya, Fabio Müller. Ada kalanya dia iri dengan teman-temannya yang menceritakan jika mereka dipuji oleh ayah mereka. Tapi ayah Orlena terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak menyadari dia memiliki seorang putri di rumah.

Orlena menegakkan tubuhnya saat menyadari sesuatu. Dia bisa melihat di luar jendela, mobil yang dinaikinya tidak melewati jalan yang biasa dilaluinya. Seketika tubuh Orlena berubah kaku karena ketakutan.

“Rey, kita mau ke mana? Ini bukan jalan menuju rumahku.” Mata coklat muda milik Orlena tertuju lurus pada laki-laki yang masih santai mengendalikan roda kemudi.

“Karena kamu memang tidak akan pulang malam ini, Nona Orlena.” Ucap Rey dengan senyuman sinis.

Menyadari dirinya dalam bahaya, Orlena berusaha membuka pintu mobil di sampingnya. Tapi sayang pintu itu terkunci. Tidak hilang akal, Orlena menekan tombol untuk membuka jendela. Sayangnya saat gadis itu menekan tombol itu, jendelanya tidak kunjung terbuka. Dia yakin Rey sudah merusak benda itu. Orlena mencoba di pintu lainnya dan hasilnya tetap sama.

“Sayangnya kamu sudah terperangkan di sini, Nona Orlena. Sekali kamu masuk, kamu tidak bisa lagi keluar.” Rey tersenyum sinis.

Tiba-tiba laki-laki itu menghentikan mobil yang dikendarainya. Orlena melihat ke jendela tampak sekitarnya begitu gelap. Tapi dia melihat banyak sekali pepohonan. Dan tidak ada cahaya apapun di sekitarnya. Seketika ketakutan gadis itu bertambah. Dia mengambil tasnya dan memukulkannya ke jendela. Berharap kaca itu bisa pecah. Sayangnya usahanya tidak membuahkan hasil.

“Masih gigi juga rupanya.”

Suara itu membuat Orlena merinding. Dia bisa melihat Rey melompat dari kursi depan ke bagian belakang. Orlena berusaha menjauh dari laki-laki itu. Sayangnya tidak ada tempat untuk kabur. 

“Sialan, apa yang kamu inginkan dariku?” Orlena memukulkan tasnya ke arah Rey. 

Namun laki-laki itu merebut tas Orlena dan melemparkannya ke bagian depan mobil. Dengan mudahnya Rey membuat Orlena berbaring di atas kursi dan mengangkay kedua tangan gadis itu lalu melilitkan tali yang sudah dipersiapkannya.

“Yang aku inginkan adalah tubuhmu, Orlena.”

Seketika mata gadis itu melotot mendengar ucapan Rey.  “Tidak. Jangan lakukan itu. Aku mohon. Papaku akan membayar berapapun yang kamu inginkan. Tapi jangan lakukan itu padaku. Aku mohon.”

Rey tersenyum sinis mendengar ucapan gadis itu. “Papamu? Justru semua ini adalah karena papamu, Fabio Müller. Kamu harus menyalahkannya atas apa yang terjadi padamu, Orlena. Karena aku akan membuat papamu menderita seperti yang aku rasakan.”

Seketika Rey langsung merobek seragam Orlena. Kemudian mencumbu tubuh gadis muda itu dengan sangat kasar. Dia tidak mempedulikan teriakan dan tangisan Orlena. Hingga akhirnya laki-laki itu berhasil menghancurkan tubuh dan kehidupan Orlena. Bahkan sejak malam itu, Orlena tidak pernah melupakan wajah orang yang sudah memperkosanya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status