Share

Bab 6

"Eh kalian tau gak,  ternyata si Riri itu beneran jadi simpanan lho, " ucap Bu Ida pada para pembeli, posisinya Bu Ida sedang duduk di kursi dengan arah membelakangi jalan,  begitu juga dengan para langganan warung Bu Ida,  selain jadi langganan warung,  mereka juga menjadi langganan ibu-ibu tukang ghibah.  Sementara posisiku ada di belakang mereka kebetulan aku memang ingin membeli sesuatu di warung Bu Ida,  jadi tentu saja mereka tidak tahu jika aku mendengar obrolan mereka tentangku. Dan aku pun memang sengaja tidak bersuara lantaran ingin tahu mereka akan bicara ap tentangku. 

"Ah masa sih Bu?  Tau darimana?  Nanti kita malah fitnah lagi. "

"Yah,  Bu Kesi ini gak update informasi di desa ini sih,  kan beritanya udah kemana-mana, Bu. "

"Iya Bu Kesi,  saya juga udah dengar beritanya,  tapi ya gitu deh, saya mah diem aja,  soalnya takut fitnah, " timpal Bu Lela. 

"Eh Bu Lela,  itu semua benar,  aku tau sendiri dari si Lintang, dia sendiri yang ngomong ke aku," ucap Bu Ida. 

"Ah masa sih, Bu? "

"Iya serius ,katanya si Lintang liat ada pria datang ke rumah Riri dan nganterin sembako banyak banget ke rumah Riri,  terus lagi katanya hutangnya si Riri sama Lintang itu di bayarin sama itu orang. "

"ApA,  yang bener, Bu? " ucap  Bu Lela dan Bu Kesi secara bersamaan dengan nada terkejut,  sebenarnya bukan hanya mereka yang terkejut, tapi aku pun juga sama terkejutnya. 

"Jadi hutangku dan Mas Anam sama Lintang sudah dibayar?  Tapi siapa mereka?  Kenapa tiba-tiba datang dan membantu keluargaku secara berlebihan begini?  Ah, semakin aku memikirkannya semakin pusing rasanya," gumamku dalam hati. 

"Wah,  udah gak bener itu,  kalau gak ada apa-apa gak mungkin bisa semua hutang dibayarin begitu aja,  udah jelas ini sih Riri jadi simpanan, " ujar Bu Kesi. 

"Iya,  sekarang mah jangan dekat-dekat dia pokoknya,  takut apes."

"Apes gimana, Bu? "

"Ya apes lah,  orang jadi simpanan kan berarti berzina, " ucap Bu Ida yang membuat kedua bola mataku seakan ingin keluar dari tempatnya. 

Cukup sudah rasanya dia selama ini memfitnahku sekeji itu,  selama ini aku masih sangat segan karena biar bagaimanapun hanya Bu Ida tempat aku berhutang membeli beras,  meskipun itu juga harus mendengar suara sinisnya padaku. 

"Ini tidak bisa dibiarkan,  aku harus memberi pelajaran pada nenek peot itu,  sudah cukup selama ini aku diam jika dihina,  fitnahan mereka padaku kali ini sungguh tidak bisa aku maafkan," batinku geram.

"Duh enaknya yang lagi bergosip ria memfitnah orang secara keji sampai tidak sadar jika yang difitnah sedari tadi sudah ada di belakang kalian," ucapanku membuat ketiga orang yang masih asyik bergosip itu seketika menolehkan kepalanya ke arahku. 

"Riri, " ucap Bu Kesi dan Bu Lela lirih sembari menutup mulut dengan tangannya,  tapi itu tidak berlaku buat Bu Ida,  sorot mata tajamnya ia berikan padaku,  seolah ingin menerkamku bulat-bulat.

"Kenapa Bu Ibu,  kok pada bengong,  ayo teruskan menggosipnya, aku kan masih mau dengar."

"Siapa yang gosip,  apa yang kita obrolin itu kenyataan, " ujar Bu Ida sinis. 

"Kenyataan menurut siapa?  Menurut Bu Ida kan? " 

"Lho,  kan memang begitu faktanya,  bahkan adik iparmu sendiri yang ngomong ke aku,  kalau mau protes ya sana si Lintang itu! " sentak Bu Ida,  jika biasanya aku menciut mendengar suaranya yang sudah seperti kaleng rombeng,  tapi tidak kali ini,  aku harus melawan,  mau sampai kapan aku di injak-injak terus olehnya, toh selama ini bukan dia yang kasih aku makan,  biarpun aku sering berhutang tapi kan tetap aku bayar.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Agus Salim
ceritanya GK berbobot
goodnovel comment avatar
Amir Udin
apl yg buruk...critax sepotong
goodnovel comment avatar
Amir Udin
apl yg buruk...critax sepotong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status