"Aargh!" Cassandra beringsut mundur, namun sial, tubuhnya justru terhalang kepala ranjang. Cassandra semakin ketakutan ketika Andrian ikut naik ke tempat tidur. Laki-laki itu juga melepaskan jas dan kemejanya, lalu melemparkan begitu saja ke bawah tempat tidur."Kenapa kamu ketakutan, sedangkan dengan Antonio kamu begitu nyaman, istriku? Apakah dia lebih tampan dariku?" tanyanya sinis. Cassandra mengambil bantal dan melemparkan pada Andrian. Bukannya marah, Andrian justru tertawa lirih. Tawa yang tidak pernah Cassandra lihat sebelumnya."Berhenti di situ, Andrian! Mau apa kamu, ha?" tanya Cassandra takut.Kembali Andrian terkekeh pelan. "Pertanyaan yang lucu, Amore. Bukankah kita sudah bisa melakukannya? Aku ingin dengar darimu, hebat mana aku dengan Antonio?" jawabnya setengah menyindir.Cassandra menggeleng pelan. Dia benar-benar takut jika Andrian akan memintanya menunaikan tugas sebagai seorang istri yang sebenarnya. Cassandra tak ingin melakukan hubungan tanpa didasari cinta. C
"Aku serius, aku ingin kita cerai!" ulang Cassandra sembari bangkit dan menyambar baju, kemudian memakainya cepat.Andrian menarik tangan Cassandra dan kembali memeluknya. "Aku tidak akan izinkan. Sudah kutegaskan berkali-kali, kita tidak akan cerai!" balasnya.Cassandra mendengus kesal. Dia mendorong pelan tubuh Andrian sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Andrian ikut bangun, lalu memakai celananya. Laki-laki itu bergegas ke lemari dan membuka laci. Andrian mengambil stop map yang berisi berkas perjanjian rahasia mereka.Andrian mendekat lalu membuka isi berkas itu. Diangkatnya kertas yang di situ tertera beberapa perjanjian serta tanda tangannya dan Cassandra. Cassandra mendongak, lalu berusaha meraih benda itu. Namun, Andrian mengangkatnya lebih tinggi. "Andrian, mau kamu apakan itu?" tanya Cassandra sambil mendesis menahan rasa tak nyaman di bagian bawah tubuhnya.Andrian tidak menjawab. Dia justru merobek kertas itu menjadi beberapa bagian kecil-kecil. Cassandra terbelalak d
"Iya, kamu bisa lakukan itu, Honey. Kita akan mendapatkan keuntungan besar jika kamu berhasil!"Fiona mengerutkan kening masih belum mengerti arah ucapan Jemmy. Gadis itu mendongak dengan tatapan menuntut jawaban. Jemmy kembali tersenyum, lalu menjentik gemas dahi Fiona."Apa yang kamu pikirkan? Ini hal mudah, aku yakin kamu bisa, Honey!" ucap Jemmy lagi. Laki-laki itu terus meyakinkan Fiona akan rencana indahnya.Fiona menjentikkan kedua jari, kemudian tertawa. "Kenapa kamu tidak katakan dari dulu, Jemmy? Aku butuh ide brilianmu!" serunya.Jemmy menaik turunkan alisnya. Laki-laki itu kembali menyambar bibir Fiona dan selanjutnya kembali mengulang adegan panas beberapa menit yang lalu.Jemmy memang bukan Andrian yang melakukan hubungan dengan cara lembut. Namun, anehnya hal itu justru semakin dinikmati oleh Fiona yang tidak pernah merasa puas dengan Andrian. "Ah, sial! Kenapa kamu sekuat ini, Jemmy?" pekik Fiona sambil terus menggapai puncak kenikmatan di atas tubuh Jemmy.Suara desa
Andrian mematikan panggilan dan beralih ke pesan singkat. Beberapa foto Cassandra terpampang di aplikasi pesan singkatnya. Andrian mengamati foto-foto Cassandra ketika tengah bercengkrama dengan beberapa anak kecil.Andrian menoleh pada istrinya sekilas yang masih tertidur pulas. Cassandra yang sederhana, hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans robek di bagian lutut, tampak jongkok sambil memeluk dua anak kecil."Anak siapa ini?" tanya Andrian pada dirinya sendiri. "Apa ini adik-adik atau keponakan Cassandra? Tapi, kenapa Carollo tidak membawa saudara Cassandra ketika kami menikah?" ulangnya retoris.Andrian kembali merebah di samping Cassandra. Dia mengusap bibir ranum sang istri dengan ibu jarinya, kemudian mencium bibir wanita itu sekilas.Cassandra menyipitkan mata dan terkejut mendapati wajah Andrian menempel di wajahnya. Telapak tangan Cassandra terangkat sedikit, lalu mengusap pipi Andrian sehingga membuat pria itu menghentikan ciumannya."Andrian, kamu belum tidur?" tanya
Selembar kertas di dalam bouquet bertuliskan, "Ti amo Cassandra", itu menarik perhatian Fiona. Dengan cepat disambarnya benda itu sambil tersenyum penuh arti.Krek! Fiona menarik kertas tersebut, meremasnya menjadi tak terbentuk, kemudian mengantonginya. Dia melirik sekeliling dan meraih kertas serupa dari dalam tasnya.Fiona segera menulis kalimat, "I love you, Fiona Magdalena, will you marry me?" Menirukan tulisan tangan Andrian. Selanjutnya, Fiona melipat kertas itu dan meletakkannya ke sela-sela rangkaian bunga. Juga, menyelipkan sebuah benda yang sudah disiapkan dari rumah."Perfetto!" ucapnya bangga.Dengan langkah santai, Fiona turun dari lantai dua. Di dekat anak tangga dia berpapasan dengan ART tadi. Fiona kembali tersenyum sinis, lalu mengibaskan rambutnya yang tergerai sebatas punggung."Berlama-lama dekat pembantu, membuat kulitku gatal! Seandainya laptopku tidak ketinggalan, aku tidak akan ke sini sekarang tanpa Andrian!" ejeknya kemudian melenggang pergi. ART berusia pa
Andrian menatap tajam Fiona dengan rahang mengeras. Di depannya, Cassandra hanya bisa diam memperhatikan interaksi keduanya. Cassandra mengerjap berkali-kali, mencegah air matanya yang hendak menyeruak jatuh ke pipi.Tidak. Dia tidak ingin menangis di depan mereka. Cassandra tidak ingin terlihat lemah dan cemburu. Meskipun hatinya terasa sakit mengetahui Fiona hamil anak Andrian.Sambil menyunggingkan senyum kemenangan, Fiona melangkah angkuh mendekati Cassandra. Gadis berambut pirang itu mengambil handphone dari dalam tasnya. Masih sambil tersenyum puas, dia mengotak-atik benda itu dan membuka rekaman suara."Kalau kamu sungguh-sungguh menyesal, aku terima kamu di sini. Baiklah, kita kembali menjalani hubungan ini. Tapi aku tidak bisa menikahimu karena Kakek akan menentangnya. Kakek lebih menyayangi perempuan itu, Fiona. Kamu tinggallah di sini, Cassandra tetap istriku dan kamu wanitaku!" Cassandra menatap Andrian dengan tatapan nanar. Andrian hendak merebut handphone Fiona, akan te
"Apa maksudnya tidak ada di kamarnya?" tanya Andrian tak percaya.Dia menyeruak memasuki kamar dan mencari keberadaan istrinya. Andrian membuka pintu kamar mandi, yang ternyata juga tidak menemukan keberadaan Cassandra.Laki-laki itu panik. Tiba-tiba perasaan takut menghinggapi Andrian. Dia mengusap wajahnya kasar, lalu berusaha menelepon Cassandra. Namun, berulang kali dia menelepon, tak juga mendapatkan jawaban.Andrian menggenggam kuat handphone itu. Di saat yang sama, handphone bergetar menandakan pesan masuk.["Aku pergi sebentar, nanti aku kembali."]Cassandra."Cassandra!" Tanpa menghiraukan tatapan penuh tanya dari Fiona, Andrian pun bergegas menuju ke carport. Seketika, mobil mewah miliknya melesat meninggalkan pekarangan rumah megah Andrian Petruzzelli.Mobil Andrian berputar-putar tak tentu arah. Dia menyusuri jalanan Distrik La Piazzetta, tempat tinggal Cassandra. Berkali-kali Andrian menghentikan mobil hanya untuk menanyakan keberadaan wanita dalam foto itu. Namun, setiap
Antonio menyambut sinis kedatangan Andrian. Kedua tangan laki-laki itu, terkepal erat di bawah meja menahan geram. Berkali-kali, Antonio tertawa mengejek mendengar ocehan Andrian yang berdiri di depannya."Sudah kuduga, Cassandra akan meninggalkanmu. Siapa juga yang tahan punya suami mata keranjang sepertimu, Andrian? Uang? Apa kamu pikir, uang dan kemewahan akan mengikat wanita bermartabat sepertinya? Jangan samakan dia dengan perempuan murahan macam Fiona itu!" balas Antonio santai."Kamu cukup katakan padaku, tidak perlu ceramah. Di mana Cassandra?" sentak Andrian tak kalah geram.Kembali Antonio tersenyum mengejek. "Lucu. Kamu kan, suaminya, kenapa tanya aku? Aku sudah beri peringatan padamu, Andrian. Sampai kamu menyakiti Cassandra, kubuat kamu masuk peti mati!" balasnya lagi sembari bangkit dan menyerang Andrian.Bugh!Bugh!Dua kali pukulan mengenai rahang dan sudut bibir Andrian yang tidak siap. Antonio memukuli Andrian bertubi-tubi, tanpa memberi kesempatan laki-laki itu untuk