Share

Bab 42

Mereka sudah tiba di depan rumah, tetapi Gus Qabil tidak bisa mampir karena ditelepon oleh dewan kyai di pesantrennya. Katanya, ada tamu mulia yang mendadak datang.

Yumna menggendong Fatimah yang ketiduran ke kursi depan dan memasangkan sabuk pengaman. Setelah itu dia mencium pucuk kepala Fatimah dengan lembut dan mengakhiri dengan ucapan, "fii amanillah, Gus."

"Iya, terimakasih. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Yumna menutup pintu mobil itu, kemudian melangkah masuk rumah ketika mobilnya sudah menjauh.

Gadis itu tersenyum, kedua tangannya menenteng belanjaan tadi sambil terus berucap istighfar. Dia tidak boleh baper karena senyumnya dibalas oleh Gus Qabil.

"Bu, apa Syahdu di sini?"

"Ndak, mungkin di rumahmu."

Yumna bergegas pergi dan meninggalkan belanjaan itu karena dia khawatir pada Syahdu. Begitu tiba, ternyata Gus Hanan malah duduk di ruang tamu sementara adik madunya terbaring dalam kamar.

"Gak ngejagain Syahdu, Mas?" bisik Yumna agar Syahdu tidak mendengar.

"Hust, dia ga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status