Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 42: Ketahuan KedoknyaAku terpaksa memukul punggung Lala dengan sepatu high heels membabi buta. Lala meringis kesakitan lalu ambruk ke lantai."Ke-kenapa kamu melakukan itu?" tanya Arlan kikuk.Arlan sepertinya tidak terima kalau aku memukul Lala."Kamu lebih mementingkan dia daripada nyawamu?!" umpatku kesal. Padahal, aku sudah baik menyelamatkan nyawanya dari amukan seekor serigala yang siap memangsa. Begitu pula pertanyaannya kepadaku."Bu-bukan seperti itu juga solusinya. Kalau dia mati, apa kamu sudah bersedia menerima segala konsekuensinya?" tanya Arlan kepadaku."Sudahlah! Nggak usah kamu banyak tanya. Sing penting kamu sudah selamat. Ayo segera bawa dia ke rumah sakit!"Aku melangkah menghampiri Bu Aisyah. Dia masih saja trauma melihat kejadian yang ada di depan mata kepalanya sendiri. Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat adegan seperti itu."Nesya ...!" panggil Arlan.Aku menoleh ke asal suara itu."Ki-kita bawa dia pakai apa? Aku
Arlan mengikuti perintahku tanpa buang-buang waktu."Pelan-pelan juga lah! Nggak usah seperti ini nyetirnya!" celetukku ketus.Selama perjalanan, sudah dua kali keningku terbentur. 'Lama-lama bisa emar dahulu dibuatnya.'Setelah melewati persimpangan, kendaraan lain tidak sabar dan semua pada duluan. Akhirnya membuat macet dan tidak jalan-jalan. Suara klakson motor dan mobil terdengar di sana sini memekakkan telinga."Apa tidak ada jalur lain selain ini, Nesya?" tanya Arlan kepadaku.Arlan melirik dari kaca spion. Aku masih kesal dan tidak mau menjawab pertanyaannya."Tidak ada. Jalan ini satu-satunya. Lagi pula, kita sudah kejebak macet. Maju salah, apalagi mundur.""Terus kita harus bagaimana?!" tanya Arlan sedikit mengukir kecewa.Arlan mengusap peluh di keningnya. Panas, haus dan lapar menjadi satu. Perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi."Bagaimana kalau aku turun untuk mengatur lalu lintas. Kalau tidak ada yang mau mengalah, sampai besok juga nggak bakalan jalan.""Nggak usa
"Lala sedang hamil, Dok," jawabku datar."Tapi tidak ada tanda-tanda."Otakku berpikir keras kenapa Dokter Lelo berkata tidak ada tanda-tanda."Apa dia hanya akting agar bisa menikah dengan suamiku?" tanyaku spontan."Bisa jadi! Sudahlah! Nggak usah risau dan galau. Ada aku kok yang setia dan mau menerima kamu apa adanya. Buktinya saja, aku menemani kamu sejauh ini."Aku menatap wajah Arlan. Tidak tahu kenapa aku sangat jijik melihat wajahnya. Apalagi mendengar setiap ucapannya yang keluar dari tepi bibirnya."Aku butuh bukti yang kuat, Dok.""Ma-maksudnya?" tanya Lelo. Dia mengukir wajah masam."Maksudnya gini, Dok. Tolong dicek di depanku dan buktinya aku foto lalu hasil lab atau surat keterangan dari dokter menyatakan Lala tidak hamil. Aku mau mengasih perhitungan kepada Lala."Lelo bergeming. Suasana di depan ruang rawat seketika hening."Bagaimana, Dok?" tanyaku memperjelas apakah dia mau atau tidak.Sudah dua menit aku menunggu jawaban darinya tidak ada sama sekali jawaban yang
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 43: Benar atau Tidak, Hamil"Ternyata kamu sangat licik, lebih licik dari kancil."Aku sengaja menyindirnya agar merasa dipojokkan."Ma-maksud kamu apa?!" seru Lala.Walaupun kondisinya lemah, masih saja dia bisa mengamuk."Kamu sengaja berbohong 'kan demi menikahi Rusly, mantan suamiku!""Bohong apaan?!"Lala pura-pura tidak tahu. Aku langsung tersulut emosi mendengar jawabannya."Kamu bukan hamil 'kan?!" bentakku dengan sorot mata tajam.Aku sengaja menatap kedua bola matanya dengan tatapan tajam."Aku memang hamil kok! Kenapa kamu bilang seperti itu?""Kalau kamu memang hamil, silahkan minum susu ini agar janin di dalam rahimmu tumbuh sehat!"Lala panik, dia membuang pandangannya ke sembarang arah. Aku sudah menduga dia pasti tidak mau meminumnya."Silahkan diminum?!" paksaku.Aku memaksa dengan tragis. Aku tidak peduli dengan keadaanya yang ada. Air susu itu sebagian tumpah sebagian dia minum. Sesekali dia tersedak lalu mencoba menghindar."A
Dokter Lelo mengikuti perintahku. Dia seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Perlahan ia memasang alat medis untuk memeriksa Lala."Ja-jangan lakukan itu! Aku tidak mau!" Lala mencoba berusaha menepis tangan Lelo dari perutnya."Kamu diam saja di atas brangkar! Pokoknya aku mau membuktikan kamu hamil atau tidak!"Lala terpaksa diam, walaupun dalam hatinya tidak ridho. Dia terus menangis meratapi nasibnya. Dia juga tidak tahu seperti ini akibatnya."Bagaimana, Dok?!" tanyaku.Aku tidak sabar menunggu hasilnya."Kalian jahat! Aku ini sedang hamil, masa kamu tidak percaya."Lala terus merutuk, dia tidak terima atas perlakuan yang didapatkannya.'Sial! Kalau rahasiaku terbongkar, bagaimana ini?" tanya Lala dalam hati.Tidak berapa lama, hasil muncul di layar USG. Ternyata tidak ada sama sekali janin di dalam perutnya, Lala."Tidak ada calon bayi, Bu. Hasilnya nihil.""Tidak mungkin, Dok! Pasti USG nya salah. Aku tidak bohong. Ngapain pula aku bohong masalah titipan Allah."Lala berang men
Aku pergi melangkah dari brangkar. Kuedarkan pandanganku ke arah luar jendela. Bunga-bunga di taman terasa indah, tapi tidak seindah hati dan jiwaku.Kupejamkan mataku seolah memohon ampun kepada sang maha pencipta. Walaupun aku tidak salah, aku tidak berhak untuk membalas dendam kepada Lala. Walaupun aku jadi korban. Biarkan saja Allah yang menegurnya. Namun, hati dan perasaanku selalu berkata untuk memberi pelajaran kepada Lala.Suara pintu jelas terdengar, itu pertanda pintu kamar terbuka. Aku mengedarkan pandangan ke arah pintu. Ternyata perawat mendorong brangkar masuk ke dalam kamar."Nesya!" seru Rusly.Aku membuang pandangan ke arah jendela lagi. Aku tidak mau menatap kedua bola matanya lagi."Tolong dorong brangkar ini dekat kepada istriku."Aku merasa mual mendengar perkataannya. Rasanya aku muak dan merasa lelah telah dikhianatinya."Nesya ... Boleh kah aku bicara dengan kamu?" ucapnya lirih."Buat apa?!" amukku dan tidak menoleh ke arahnya sama sekali."Setelah aku berpiki
"Ti-tidak! Aku tidak ada memberi kode kepadanya.""Kamu kira aku begitu mudah percaya sama mulut berbisa seperti kamu! Hah!"Aku menghentikan tetesan infus dari selang yang tergantung di samping brangkar."Aku bisa lebih kejam dari ini kalau kamu tidak mau berkata jujur kepadaku juga kepada Rusly.""To-tolong hentikan itu semua! Aa-aku akan berkata dengan jujur."Aku senyum smirk dan menatap Rusly."Se-sebenarnya aku tidak hamil. Aa-aku itu hanya memanfaatkan situasi ini untuk membalas sakit hatiku kepada Ririn.""Aku sudah mengetahui itu, Nesya!"Deg!Jantungku berdegup kencang memompa darah. Kini darahku mendidih setelah mendengar penuturan yang diberikan Rusly."Ja-jadi, selama ini kamu tahu kalau Lala tidak hamil?" tanyaku lirih."Ya."Buliran bening rasanya ingin lepas dari benteng pertahananku. Namun, aku terus berusaha agar air mataku tidak jadi jatuh di depan Lala.Sakit ... Perih ... Itulah yang aku rasakan. Wanita mana yang tidak sakit hati dikhianati imamnya dengan menikahi
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 44: Arlan Serius MelamarkuRusly tidak tahu harus berbuat apa lagi.Dia merasa bersalah, tapi tidak mau mengakui atas salah dan dosanya yang dia lakukan selama ini."Mana buktinya?!" sentak Arlan kembali."Aa-ada, kok! Kamu tenang saja!"Rusly masih saja percaya diri atas ucapannya. Dia tidak tahu, kalau dirinya hanya berbohong."Sekarang fakta yang berbicara dibarengi dengan bukti yang kuat. Kalau cuma hanya omongan doang, itu namanya hoaxs. Berarti kamu sudah bisa dijebloskan kedalam penjara kena pasal dua ratus tujuh puluh sembilan ayat satu dan dua dengan ancaman pidana penjara paling lama tujuh tahun. Apakah kamu mengetahui pasal itu?" tanyaku kepada Rusly sambil mengelus bahunya.Aku sengaja menatap kedua bolanya dengan tajam. Dia membuang muka dan mengukir wajah kesal. Dia tidak berani menatap kedua bola mataku.Aku melirik ke arah Lala. Dia juga buang muka. Tanpa sadar, dia memilin ujung selimut."Halo Nyonya Rusly yang sebentar lagi baka