Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 43: Benar atau Tidak, Hamil"Ternyata kamu sangat licik, lebih licik dari kancil."Aku sengaja menyindirnya agar merasa dipojokkan."Ma-maksud kamu apa?!" seru Lala.Walaupun kondisinya lemah, masih saja dia bisa mengamuk."Kamu sengaja berbohong 'kan demi menikahi Rusly, mantan suamiku!""Bohong apaan?!"Lala pura-pura tidak tahu. Aku langsung tersulut emosi mendengar jawabannya."Kamu bukan hamil 'kan?!" bentakku dengan sorot mata tajam.Aku sengaja menatap kedua bola matanya dengan tatapan tajam."Aku memang hamil kok! Kenapa kamu bilang seperti itu?""Kalau kamu memang hamil, silahkan minum susu ini agar janin di dalam rahimmu tumbuh sehat!"Lala panik, dia membuang pandangannya ke sembarang arah. Aku sudah menduga dia pasti tidak mau meminumnya."Silahkan diminum?!" paksaku.Aku memaksa dengan tragis. Aku tidak peduli dengan keadaanya yang ada. Air susu itu sebagian tumpah sebagian dia minum. Sesekali dia tersedak lalu mencoba menghindar."A
Dokter Lelo mengikuti perintahku. Dia seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Perlahan ia memasang alat medis untuk memeriksa Lala."Ja-jangan lakukan itu! Aku tidak mau!" Lala mencoba berusaha menepis tangan Lelo dari perutnya."Kamu diam saja di atas brangkar! Pokoknya aku mau membuktikan kamu hamil atau tidak!"Lala terpaksa diam, walaupun dalam hatinya tidak ridho. Dia terus menangis meratapi nasibnya. Dia juga tidak tahu seperti ini akibatnya."Bagaimana, Dok?!" tanyaku.Aku tidak sabar menunggu hasilnya."Kalian jahat! Aku ini sedang hamil, masa kamu tidak percaya."Lala terus merutuk, dia tidak terima atas perlakuan yang didapatkannya.'Sial! Kalau rahasiaku terbongkar, bagaimana ini?" tanya Lala dalam hati.Tidak berapa lama, hasil muncul di layar USG. Ternyata tidak ada sama sekali janin di dalam perutnya, Lala."Tidak ada calon bayi, Bu. Hasilnya nihil.""Tidak mungkin, Dok! Pasti USG nya salah. Aku tidak bohong. Ngapain pula aku bohong masalah titipan Allah."Lala berang men
Aku pergi melangkah dari brangkar. Kuedarkan pandanganku ke arah luar jendela. Bunga-bunga di taman terasa indah, tapi tidak seindah hati dan jiwaku.Kupejamkan mataku seolah memohon ampun kepada sang maha pencipta. Walaupun aku tidak salah, aku tidak berhak untuk membalas dendam kepada Lala. Walaupun aku jadi korban. Biarkan saja Allah yang menegurnya. Namun, hati dan perasaanku selalu berkata untuk memberi pelajaran kepada Lala.Suara pintu jelas terdengar, itu pertanda pintu kamar terbuka. Aku mengedarkan pandangan ke arah pintu. Ternyata perawat mendorong brangkar masuk ke dalam kamar."Nesya!" seru Rusly.Aku membuang pandangan ke arah jendela lagi. Aku tidak mau menatap kedua bola matanya lagi."Tolong dorong brangkar ini dekat kepada istriku."Aku merasa mual mendengar perkataannya. Rasanya aku muak dan merasa lelah telah dikhianatinya."Nesya ... Boleh kah aku bicara dengan kamu?" ucapnya lirih."Buat apa?!" amukku dan tidak menoleh ke arahnya sama sekali."Setelah aku berpiki
"Ti-tidak! Aku tidak ada memberi kode kepadanya.""Kamu kira aku begitu mudah percaya sama mulut berbisa seperti kamu! Hah!"Aku menghentikan tetesan infus dari selang yang tergantung di samping brangkar."Aku bisa lebih kejam dari ini kalau kamu tidak mau berkata jujur kepadaku juga kepada Rusly.""To-tolong hentikan itu semua! Aa-aku akan berkata dengan jujur."Aku senyum smirk dan menatap Rusly."Se-sebenarnya aku tidak hamil. Aa-aku itu hanya memanfaatkan situasi ini untuk membalas sakit hatiku kepada Ririn.""Aku sudah mengetahui itu, Nesya!"Deg!Jantungku berdegup kencang memompa darah. Kini darahku mendidih setelah mendengar penuturan yang diberikan Rusly."Ja-jadi, selama ini kamu tahu kalau Lala tidak hamil?" tanyaku lirih."Ya."Buliran bening rasanya ingin lepas dari benteng pertahananku. Namun, aku terus berusaha agar air mataku tidak jadi jatuh di depan Lala.Sakit ... Perih ... Itulah yang aku rasakan. Wanita mana yang tidak sakit hati dikhianati imamnya dengan menikahi
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 44: Arlan Serius MelamarkuRusly tidak tahu harus berbuat apa lagi.Dia merasa bersalah, tapi tidak mau mengakui atas salah dan dosanya yang dia lakukan selama ini."Mana buktinya?!" sentak Arlan kembali."Aa-ada, kok! Kamu tenang saja!"Rusly masih saja percaya diri atas ucapannya. Dia tidak tahu, kalau dirinya hanya berbohong."Sekarang fakta yang berbicara dibarengi dengan bukti yang kuat. Kalau cuma hanya omongan doang, itu namanya hoaxs. Berarti kamu sudah bisa dijebloskan kedalam penjara kena pasal dua ratus tujuh puluh sembilan ayat satu dan dua dengan ancaman pidana penjara paling lama tujuh tahun. Apakah kamu mengetahui pasal itu?" tanyaku kepada Rusly sambil mengelus bahunya.Aku sengaja menatap kedua bolanya dengan tajam. Dia membuang muka dan mengukir wajah kesal. Dia tidak berani menatap kedua bola mataku.Aku melirik ke arah Lala. Dia juga buang muka. Tanpa sadar, dia memilin ujung selimut."Halo Nyonya Rusly yang sebentar lagi baka
Arlan meneguk salivanya dengan kasar. Sangat jelas terlihat dari kaca spion."Mau sampai kapan kamu menjanda? Kamu nggak usah munafik, Nesya!""Munafik apanya?!" jawabku judes.Aku heran kenapa dia berkata seperti itu kepadaku. Apakah salah kalau aku menjanda?"Masa kamu bisa menahan kebutuhanmu tanpa ada sentuhan hangat dari seorang pria. Kamu itu masih muda dan sangat produktif. Apa kamu merelakan masa depanmu seperti ini? Apakah kamu tidak merindukan panggilan bunda, ibu atau umi dari buah hatimu?"Kenapa dia membahas detail seperti itu? Aku memang tidak bisa hidup tanpa sentuhan seorang pria. Namanya juga normal. Mau tidak mau, kebutuhan yang satu itu tidak bisa dipungkiri. Namun, untuk saat ini. Aku belum siap untuk membuka hati kepada pria."Nggak usah kamu terlalu jauh berkata seperti itu. Lagi pula, aku sudah ada calon pendamping hidupku.""Pasti aku 'kan!"Aku terbatuk dan rasanya ingin meludah ke sembarang tempat. Arlan sangat percaya diri, sehingga urat malunya sudah putus.
Esok telah tiba, mentari menyapa bumi dengan hangat. Rusly menggeliat meregangkan tubuhnya sambil membuka mata melotot hat ke arah Lala."Kamu belum bangun sayang," ucap Rusly sambil berjalan menghampiri Lala."Baru saja.""Bagaimana keadaanmu?" tanya Rusly kembali. Dia mengecup kening istrinya dengan hangat. Lala mengukir senyum lalu membalas sebuah kiss landing di pipinya Rusly."Maaf kalau saya sudah lancang."Perawat menutup matanya karena sudah terlalu lancang masuk ke dalam ruangan pasien. Dia tidak mengira kalau pasien di dalam berbuat mesra seperti itu."Nggak apa-apa, sus. Lagi pula, kami sudah suami istri kok."Plak!Tiba-tiba, sebuah tamparan melayang di pipinya, Rusly."Kamu?!" ucap Rusly dengan mulut menganga.Dia mengelus wajahnya yang panas akibat tamparan tanganku."Ya! Ini aku, Ririn!""Kok bisa kamu ada di sini?" tanya Rusly lirih.Lala mencoba menghampiri Rusly, tapi niat baiknya dihalangi Ririn."Berapa kali lagi aku mengatakan kalau kamu tidak pantas menjadi istri
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 45: Hunting Gaun Pengantin"Oh iya, ada satu hal lagi yang perlu kamu ingat. Istri ketigamu itu tidak benar hamil alias dia itu bohong. Jika tidak percaya, silahkan tanya saja sama dia! Aku sudah cek dan hasilnya negatif.""Sudah tahu aku."'Sial! Kenapa jawabannya datar seperti itu.'Aku mencari jawaban agar dia merasa kesal dan menyesal."Bagus kalau begitu! Kamu juga bakalan menyesal telah diperalat dia. Dia itu cuma mau sama harta kamu saja. Tidak lebih!""Nggak usah kamu sok tahu dan maha tahu dari segalanya. Mana mungkin dia cinta kepada hartaku saja. Dia sudah cinta mati kok samaku."Lala merasa geram sendiri kepadaku. Aku sempat melirik ke arah wajahnya. Itu sebabnya aku mengetahui raut wajahnya yang masam."Lagi pula setelah pulang dari rumah sakit ini, kamu bakalan jatuh miskin dan semua asetmu bakalan ditarik sama perusahaan.""Sudah kubilang nggak usah kamu menjadi yang maha tahu.",Aku tidak menggubris perkataan mantan suamiku yang b