Share

Part 43B

Arlan meneguk salivanya dengan kasar. Sangat jelas terlihat dari kaca spion.

"Mau sampai kapan kamu menjanda? Kamu nggak usah munafik, Nesya!"

"Munafik apanya?!" jawabku judes.

Aku heran kenapa dia berkata seperti itu kepadaku. Apakah salah kalau aku menjanda?

"Masa kamu bisa menahan kebutuhanmu tanpa ada sentuhan hangat dari seorang pria. Kamu itu masih muda dan sangat produktif. Apa kamu merelakan masa depanmu seperti ini? Apakah kamu tidak merindukan panggilan bunda, ibu atau umi dari buah hatimu?"

Kenapa dia membahas detail seperti itu? Aku memang tidak bisa hidup tanpa sentuhan seorang pria. Namanya juga normal. Mau tidak mau, kebutuhan yang satu itu tidak bisa dipungkiri. Namun, untuk saat ini. Aku belum siap untuk membuka hati kepada pria.

"Nggak usah kamu terlalu jauh berkata seperti itu. Lagi pula, aku sudah ada calon pendamping hidupku."

"Pasti aku 'kan!"

Aku terbatuk dan rasanya ingin meludah ke sembarang tempat. Arlan sangat percaya diri, sehingga urat malunya sudah putus.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status