Share

Part 41B

Arlan mengikuti perintahku tanpa buang-buang waktu.

"Pelan-pelan juga lah! Nggak usah seperti ini nyetirnya!" celetukku ketus.

Selama perjalanan, sudah dua kali keningku terbentur.

'Lama-lama bisa emar dahulu dibuatnya.'

Setelah melewati persimpangan, kendaraan lain tidak sabar dan semua pada duluan. Akhirnya membuat macet dan tidak jalan-jalan. Suara klakson motor dan mobil terdengar di sana sini memekakkan telinga.

"Apa tidak ada jalur lain selain ini, Nesya?" tanya Arlan kepadaku.

Arlan melirik dari kaca spion. Aku masih kesal dan tidak mau menjawab pertanyaannya.

"Tidak ada. Jalan ini satu-satunya. Lagi pula, kita sudah kejebak macet. Maju salah, apalagi mundur."

"Terus kita harus bagaimana?!" tanya Arlan sedikit mengukir kecewa.

Arlan mengusap peluh di keningnya. Panas, haus dan lapar menjadi satu. Perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi.

"Bagaimana kalau aku turun untuk mengatur lalu lintas. Kalau tidak ada yang mau mengalah, sampai besok juga nggak bakalan jalan."

"Nggak usa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status