Share

6. Gagal Lagi

“Apa yang kamu berikan padaku semalam? Kenapa aku ketiduran?” Zack memicingkan matanya pada Aurora yang sedang berdiri di depan ranjangnya.

Saat Zack berniat merayu Aurora, tiba-tiba ia merasa luar biasa mengantuk. Aurora merasa sangat beruntung, pelukan lelaki itu mengendur hingga bisa menghindar. Zack tidur lelap setelah dipindahkan ke ranjang.

Sambil mendengus kesal, Zack masuk ke kamar mandi setelah mendengar penjelasan Aurora. Pagi ini mereka memang akan menjemput Mami dan Alzard di bandara yang khusus datang untuk merayakan ulang tahun Zack.

“Chatting siapa pagi-pagi?” Zack merangkul pinggang ramping Aurora dari belakang.

"Aaahhh." Aurora terkejut hingga telepon genggamnya terlepas dari tangan dan meluncur bebas ke lantai berkarpet.

"Apa, sih? Jangan berteriak. Pusing kepalaku!" sentak Zack yang langsung melepaskan tangannya dari pinggang Aurora dan menutup telinganya.

"Kau mengagetkanku!" Aurora membalik tubuhnya dan mendelik pada Zack.

Sedetik kemudian, Aurora terdiam. Tangan kokoh Zack sudah merengkuh pinggangnya lagi. Sebagian tubuh mereka kini rapat tanpa jarak.

"Kau tidak menyiapkan sabun dan shampo favoritku. Aku hanya pakai produk dari hotel. Kau harus dihukum."

Setelah berkata demikian, Zack mulai menyasar wajah Aurora. Hingga wanita itu harus menahan bibir Zack dengan tangannya.

Tepat saat itu, telepon genggam Aurora berdering. Zack menangkis tangan Aurora dari mulutnya.

"Abaikan saja," titah Zack.

Aurora meronta, berusaha melepaskan diri. "Itu dering khusus, Zack. Pasti ada yang penting. Aku harus angkat telepon itu."

Berhasil menjauh dari Zack, Aurora memungut telepon genggamnya dan langsung mengaktifkan alat komunikasi itu.

"Mami?"

Zack mendengus mendengar siapa yang menelepon Aurora. Segera saja ia berpakaian. Wajahnya kusut karena hasrat yang sejak semalam meledak-ledak tidak tersalurkan.

Melihat Zack telah rapi, Aurora yang baru saja selesai berbicara di telepon segera meraih tangan Zack.

"Ayo, pergi. Pesawat Mami dan Alzard sebentar lagi mendarat."

Di dalam lift, Aurora berdiri agak jauh dari Zack. Sementara lelaki itu bersandar pada sisi lift dan mengamati Aurora.

"Awas kalau kau mengadu pada Mami atau Alzard." Zack berkata saat mereka telah berada di dalam mobil.

"Ternyata kau takut juga." Aurora mencebikkan bibirnya.

"Aku takut pada kesehatan Mami. Kamu tau, tekanan darahnya sering tinggi akhir-akhir ini."

Memiliki anak macam Zack, pastinya membuat seorang ibu pening.

"Makanya jangan banyak ulah."

"Gara-gara kau juga. Kau tak sadar? Aku berulah karena kamu!"

"Kok aku?"

"Karena kau terlalu angkuh untuk tidur denganku!"

Percuma meladeni Zack bicara. Moodnya sedang bagus saja, kadang ia ngelantur. Bagaimana sekarang saat suasana hatinya sedang tidak baik? Aurora memilih melempar pandangan ke luar jendela mobil.

"Setelah menjemput Mami dan Alzard, apa agenda kita?"

Aurora menoleh menatap Zack. Lelaki itu tampak bersandar sambil memainkan game di telepon genggamnya. Tumben sekali ia menanyakan pekerjaan.

"Mami mengajak kita sarapan bersama. Setelah itu, kamu ada rapat dengan pimpinan perusahaan Amore Diamond. Makan siang bersama Direktur Atlantas, rapat dengan para pimpinan proyek. Terakhir, makan malam keluarga." Aurora menjelaskan detail kegiatan Zack hari ini.

"Lalu? Kapan jadwal aku tidur denganmu?"

Zack menoleh dan menatap Aurora, menunggu jawaban wanita di sampingnya.

Aurora memasang wajah malas, lalu menjawab, " Tidak ada jadwal itu di agendamu."

"Akh, sial!" umpat Zack, yang kemudian mendengus kesal. "Kau membuatku kalah!"

Zack kini memaki game di telepon genggamnya. Aurora hapal kebiasaan itu. Paling lima menit kemudian, ia sudah kembali asyik main game.

"Sebentar lagi sampai." Aurora menatap jalanan di depan mereka.

Beberapa menit kemudian, mobil mereka parkir di lapangan VIP bandara. Sebuah mobil van sudah menunggu. Mobil itu akan mengangkut barang-barang bawaan Mami dan Alzard.

Mereka menunggu di dalam mobil hingga pesawat jet pribadi milik keluarga Morgan mendarat sempurna. Zack sudah sibuk kembali dengan gamesnya. Meski sedang bermain, sesekali ia menatap notifikasi email tentang pekerjaan.

"Itu mereka." Aurora segera keluar.

Zack mengikuti. Ia berdiri di samping Aurora. Mereka menatap pintu pesawat yang baru saja dibuka pramugara.

Saat telah berdekatan, anggota keluarga yang telah lama berpisah itu saling menyapa dan berpelukan.

"Kau tampak sehat, Zack. Aurora menjagamu dengan baik." Carla, Ibu kandung Zack mengamati wajah dan tubuh putra sulungnya.

"Mami juga tampak sehat. Syukurlah." Zack membalas santun.

Lalu, wanita berusia senja yang elegan itu mengamati wajah putri angkatnya.

"Kamu tampak pucat. Sakit?" Carla langsung menempelkan tangannya di dahi dan leher Aurora yang langsung menggeleng.

"Aurora baik-baik saja, Mami. Sepertinya hanya kurang tidur semalam."

"Kurang tidur?" Seketika Carla melayangkan tatapan tajam pada Zack. "Kamu memberi Aurora banyak pekerjaan hingga ia bergadang?"

Alzard yang sejak tadi berdiri di samping Mami turut mengamati wajah sang adik angkat. Kemudian ia juga menatap Zack dengan kening berkerut.

“Apa kamu tau Aurora memiliki sakit maag? Ia tidak boleh stress dan telat makan!”

Diserang pertanyaan oleh Mami dan adik kandungnya, Zack hanya menggeleng keras. Mana ia tau Aurora memiliki penyakit maag? Yang ia tau hingga saat ini sang adik angkat tak hentinya membuat ia kesal.

“Tanya saja sendiri pada Aurora!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
blackcoffe
makin seruuu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status