Share

5. Makan Malam

Tepat pukul lima sore, satu pesan masuk melalui telepon genggamnya.

Zack: Jangan telat pulang! Dan jangan lupa, pesankan makananku, juga bawakan aku champagne.

Satu jam kemudian, Aurora telah siap dengan permintaan Zack. Namun, ia berdecak kala menyadari jika satu-satunya gaun yang ia miliki adalah gaun terbuka yang memamerkan bagian atasnya.

Karena tidak ada waktu lagi untuk membeli gaun baru, Aurora pun memakai gaun tersebut. Tentu, ia menambahkan sebuah scarf di leher untuk membantu menutupi tulang selangkanya—meski kenyataannya, scarf itu justru membuat penampilannya tidak lebih baik.

Kemudian, karena masih ada satu tugas yang harus ia emban—yakni mengambil champagne kesukaan Zack, ia pun segera bergegas. Malang, sesampainya di sana … stok terakhir minuman itu telah terjual ke orang lain.

“Bukankah aku sudah memesan lebih dulu?” Aurora memastikan lagi pada pelayan di sana.

Suara berat kemudian terdengar dari arah samping Aurora. “Anda juga memesan minuman ini, Nona?”

Wanita itu menoleh cepat. Ia menemukan seorang lelaki tampan berwajah karismatik berdiri di sampingnya.

Lelaki itu membawa sebotol champagne favorit Zack. “Iya, itu pesananku.” Aurora menatap lelaki itu dengan pandangan memohon. “Maaf, tapi bolehkah aku yang mendapatkannya? Aku akan membayarnya dua kali lipat!”

Lelaki itu tampak menimbang sembari menatap penampilan Aurora.

Sontak, Aurora yang sadar ke mana arah pandangan liar lelaki itu lantas membenarkan letak scarfnya.

Dengan buru-buru, dan juga karena malas meladeni lelaki itu lebih lama, Aurora mengambil botol tersebut.

Dengan tergesa-gesa, ia berkata, “Tolong tinggalkan saja nomor telepon dan nomor rekening Anda di resepsionis.  Saya janji akan membayar minuman ini dua kali lipat.”

Setelahnya, Aurora melesat dengan champagne di tangan.

Begitu sampai di hotel, dadanya bergemuruh hebat. Terlebih, saat ia memasuki lift hotel.

Dengan langkah sedikit ragu, Aurora menuju sebuah kamar yang ia yakini adalah kamar yang Zack pesan.

Ia mengatur napas dalam, sebelum akhirnya membuka pintu kamar. Pandangan Aurora terperangah.

Kamar itu sepi. Hanya ada meja bundar di tengah ruangan yang telah dirangkai cantik disertai bunga. Peralatan makan berwarna perak juga telah siap di atasnya.

Aurora bernapas lega. Semua ini sesuai pesanannya. Namun, kelegaannya itu tidak berlangsung lama. Sebab—

“Wangimu enak.”

Suara itu tepat terdengar di telinga Aurora. Ia bergidik, karena embusan napas itu terasa hangat di tengkuknya.

Cepat, ia membalikkan tubuh dan mundur beberapa langkah.

Zack berdiri gagah di hadapannya dengan setelan jas lengkap.

“Oh, hai, Zack!” Ia berusaha menyapa sesantai mungkin. “Makan malam untuk merayakan ulang tahunmu sudah siap.”

Zack mengamati meja dengan hidangan. Lalu, memandang Aurora yang berdiri kaku di depannya. 

"Lepas scarf-mu."

"Tidak. Aku takut kedinginan."

Seringai muncul di wajah Zack mendengar ucapan Aurora. "Aku bisa memelukmu."

Aurora menahan dengusannya, tetapi kemudian ia melepas scarfnya dengan sembrono. Gerakannya sengaja dibuat kasar, tidak elegan karena ia tidak berniat untuk menggoda Zack.

“Ayo, makan!”

Wanita itu sengaja mendahului Zack duduk di meja makan malam mereka. Ia menuangkan champagne ke gelas Zack, sementara gelasnya sendiri hanya ia isi dengan air mineral.

“Kenapa tidak minum?” Lelaki itu mengerutkan dahi. “Kamu seperti tidak menghargaiku!” Kemudian, ekspresi wajah lelaki itu terlihat kesal.

Melihat hal itu, Aurora mengembuskan napas panjang. Akhirnya, wanita itu terpaksa menuangkan sedikit champagne itu ke gelasnya yang lain.

“Bolehkah aku reimburse biaya champagne ini ke kantor sebagai rincian pembelian hadiah ulang tahunmu?”

Mulanya, Zack bingung. Namun, setelah Aurora bercerita perjuangannya mendapatkan champagne ini, lelaki itu mengangguk. 

Sejenak keduanya makan dalam diam. Aurora melirik Zack yang makan dengan elegan dan tanpa protes.

Aurora sengaja memesan menu dengan kandungan yang membuat cepat mengantuk. Dipastikan, setelah makan, Zack akan lemas. Aurora pun terbebas dari rayuan lelaki gagah itu.

"Enak?" Basa basi, Aurora bertanya pada Zack yang telah menghabiskan setengah supnya di mangkuk.

"Enak." Zack menjawab singkat.

Aurora tersenyum puas. Semoga saja efek makanan itu akan cepat bekerja. Ia kembali memutar otak agar mendapatkan topik perbincangan menarik.

"Sebelum berangkat ke sini, aku melihat sekuriti membawa beberapa kotak hadiah lagi untukmu."

"Hem."

"Bahkan ada yang menghadiahimu dengan kontrak kerjasama baru."

"Aku tidak mau membahas pekerjaan sekarang."

Makanan Zack di mangkuk habis. Dengan sigap, Aurora memberikan hidangan lain. Zack kembali makan dengan tenang.

"Lalu, kamu mau bicara tentang apa?"

Zack mengelap bibirnya dan menjawab, " Ceritakan tentang dirimu."

"Tidak ada yang menarik. Kamu akan bosan." Aurora menjawab cepat.

Aurora melirik Zack yang berkata bahwa ia sama sekali tidak tau apa pun tentang Aurora. Padahal, Aurora sudah banyak mengenal tentang kebiasaan dan pribadi Zack.

Tentu saja Aurora mendengus pelan mendengar ucapan Zack. Ia menjawab bahwa jika Zack rajin membaca pesan di grup keluarga mereka, ia akan lebih banyak tau tentang apa yang terjadi pada anggota keluarganya.

“Aku lebih senang mengobrol secara langsung.” Zack memberikan alasannya.

"Kalau begitu, kamu saja yang bertanya."

Senyum nakal terukir di bibir Zack. Aurora sampai merasa risih dipandangi dengan senyum begitu.

"Katakan padaku, berapa ukuran bramu."

Aurora mendengus kesal. Tangannya mengacak-acak makanan di piring tanpa ia makan.

"Kamu sudah sering melecehkanku, Zack."  Akhirnya keluar juga keluhan dari bibirnya. “Jangan merusak suasana! Kita di sini untuk merayakan ulang tahunmu!”

Zack mengembuskan napas. Lelaki itu terlihat mengalah, tidak ingin membuat Aurora semakin kesal padanya.

"Mana hadiahmu?" tanyanya sembari mengulurkan tangan.

Aurora meraih handbag dan mengeluarkan satu kotak sederhana. “Bukan barang mahal. Aku membuatnya sendiri.”

Sebuah gelang rajut hitam dengan batu giok di bagian tengah kini melingkar di tangan Zack.

Ketika ia pikir ritual memberikan hadiah itu telah selesai, Zack justru berdiri. Lelaki itu menarik lengan Aurora hingga kini mereka berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.

“Aku mau hadiah lain. Bisakah kudapatkan malam ini juga?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
blackcoffe
lanjuttt kak rey..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status