Share

4. Ulang Tahun

“Tolong rahasiakan ini dari Zack.”

Ketika sadar, pelayan telah siaga dengan seorang dokter pribadi. Dari diagnosanya, diketahui bahwa magh Aurora kambuh. Tingkat stress yang tinggi, hingga melewatkan jam makan menjadi penyebabnya.

Aurora berpikir, jika Zack tahu … lelaki itu pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menendangnya pergi. Lelaki itu juga pasti akan melapor pada Mami, dan bisa jadi membuat maminya kepikiran.

Dua minggu berlalu, Aurora tersenyum pada cermin di depannya.

“Kamu hebat, Aurora!” ujarnya sembari menepuk-nepuk dadanya sendiri. “Siapa bilang kalau aku akan merengek minta pulang dalam waktu kurang dari satu minggu?” bibir wanita itu tertarik ke atas, otaknya langsung terpikirkan wajah Zack.

Ia merasa puas, sebab ia telah membuktikan pada Zack, bahwa ia bukanlah wanita yang lemah.

“Teruslah bertahan, sampai tugasmu selesai!” katanya lagi sebelum akhirnya bergegas ke kantor.

Sementara Aurora sudah pergi satu jam yang lalu, Zack justru baru bersiap. Lelaki itu mengedarkan pandangan ketika tidak mendapati adiknya di ruang makan.

“Mana Aurora?” Zack bertanya kepada kepala pelayannya.

“Nona Aurora sudah berangkat dengan taksi, Tuan.”

Zack mendengus. Setelahnya, lelaki itu makan dengan cepat dan langsung bergegas ke kantor.

“Kenapa kamu tidak menungguku?!”

Aurora yang saat itu sedang tenggelam dalam pekerjaannya langsung mengalihkan pandangan sesaat. “Pekerjaanku banyak,” sahutnya singkat.

Duduk di depan meja Aurora, Zack bersandar dan memperhatikan Aurora yang kembali sibuk dengan laptop.

Aurora sungguh gambaran wanita yang begitu menarik. Lekukan tubuh yang pas, wajah yang cantik, sikapnya yang menantang … juga penampilannya yang elegan pasti membuat banyak lelaki mengincarnya.

Hanya saja, gadis itu seolah tidak sadar dan sibuk dengan tujuan hidupnya sendiri.

“Sepuluh menit lagi rapat.” Kembali, suara bariton Zack terdengar.

“Aku tau.”

“Setelah rapat, kita ada janji makan siang dengan Direktur Cabot.” Zack kembali mendikte. “Setelah itu, rapat dengan direktur keuangan.”

“Oke,” sahut Aurora singkat, lagi-lagi tanpa melihat Zack. “Kalau gitu, kamu bersiaplah dulu,” lanjutnya lagi.

Andai saja Aurora menatapnya, wanita itu pasti tahu kalau Zack sedang menatap tidak suka, sebab Aurora masa bodo terhadapnya. 

“Kenapa mengusirku? Merasa jengah karena kuperhatikan?” Zack berkata dengan nada menggoda.

Aurora menggeleng keras. Ia tidak mungkin terpengaruh oleh tatapan lelaki yang menyusahkannya ini. Lelaki yang gemar memberikannya kesulitan, termasuk menambah pekerjaannya.

“Aku hanya ingin mengingatkanmu, bahwa hari ini penting untukku.” Zack berdiri dan merapikan jasnya sambil tetap menatap Aurora. “Kamu tidak lupa kan, ini hari apa?”

“Ulang tahunmu.” Aurora menjawab singkat.

Zack kemudian menyeringai, senang. “Adik Manis yang pintar. Aku mau hadiah.”

Aurora memutar matanya malas. “Kamu mau apa?”

“Yakin?” tantang Zack. “Bagaimana kalau hadiahnya tidur denganku malam ini?”

Pandangan Aurora langsung tajam menyorot Zack. Pria itu masih berdiri santai, sambil memamerkan senyumnya.

“Bercandamu keterlaluan!” desisnya. “Agaknya kamu terlalu stress dengan pekerjaanmu!”

Pria itu mendeham. “Benar! Dan kamu tau obat mujarabnya?” tanya Zack dengan alis yang dinaikkan. “Bercinta.”

Hembusan napas panjang keluar dari hidung Aurora. Keras kepala sekali lelaki di depannya ini. Kalau bukan karena orang tua, ia pasti sudah menampar pipi Zack.

"Ya, sudah. Mau aku buatkan janji dengan wanita mana lagi? Brenda? Maddie? Cathleen? Atau siapa?"

Zack terkekeh. “Kamu kenal mereka?”

Bagaimana tidak, sebab semua nama yang disebutkan Aurora ada di kontak ponsel perusahaan.

Aurora menatap Zack menunggu jawaban. Lelaki itu mencondongkan wajah ke arah wanita di depannya.

"Aku mau Aurora Ivanka Morgan."

Sekali lagi, Aurora mengembuskan napas panjang mendengar nama lengkapnya disebut Zack. 

"Jangan gila, Zack! Aku adikmu!"

"Adik angkat!"

"Tetap saja kamu tidak bisa meniduriku!"

"Siapa bilang?"

"Aku akan mengadu pada Mami. Juga pada Papi di surga."

Ancaman Aurora berhasil. Zack terkesiap melihat kilat mata Aurora yang kesal. 

Aurora tahu, senakal-nakalnya Zack, lelaki itu sayang pada sang Mami.

Namun, entah apa yang merasuki Zack saat itu, pria itu justru mengucapkan kalimat yang membuat rahang Aurora membuka lebar.

"Hotel Luxury, presidential suite 01. Datang jam tujuh malam. Jangan terlambat! Atau kamu akan kena hukuman!"

Setelah balas mengancam, Zack melewati Aurora yang terpaku di tempat. Sebelum membuka pintu, lelaki gagah itu menoleh dan menatap Aurora kembali.

"Jangan lupa, dandanlah yang cantik untuk kencan kita jam tujuh nanti.” Ia mengedipkan sebelah matanya. “Ingat, hari ini aku berulang tahun. Mami bilang, kamu harus memberiku hadiah."

Kemudian, lelaki itu melenggang, membiarkan pintu tertutup kencang. Brak!

Aurora berjengit, kemudian menggeram kesal. “Argh! Dasar kakak angkat brengsek!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status