Share

3. Pingsan

“Kamu benar-benar gila, Zack!” Aurora mendatangi ruangan kakaknya dengan kemarahan. Sebab, rumor yang dikatakan Zack benar-benar terjadi. “Semua orang percaya bahwa kita sudah tidur bersama!”

Pasalnya, ketika pagi ini ia datang ke kantor … Aurora mendapati tatapan menghina—terlebih dari karyawan wanita. 

Mulanya, ia bersikap tidak acuh. Namun, saat mendengar bisik-bisik bahwa ia adalah sekertaris yang baru saja berbagi ranjang dengan bos sangat santer terdengar, kupingnya memanas.

“Bagus, dong.” Zack menyahut santai. “Mereka tidak perlu tau kalau Amber-lah yang bersamaku semalam.”

Seketika Aurora terdiam. Ia pikir, Amber yang ia telepon kemarin adalah salah satu klien perusahaan. Ternyata adalah salah satu wanita yang menghangatkan malam sang kakak.

‘Benar-benar keterlaluan!’ umpat Aurora dalam hati. 

“Hari ini dan selanjutnya aku pulang sendiri saja.” Aurora berkata dengan nada ketus.

“Mauku juga begitu. Tetapi, tidak bisa!” Zack langsung menolak keinginan adik angkatnya. “Mami bilang aku harus mengantarmu pergi dan pulang. Sungguh merepotkan!”

Berbagai alasan diberikan Aurora agar ia tidak harus pulang bersama Zack. Tetap saja lelaki itu diam, lalu menggeleng.

“Sudah, kerja sana. Jangan membantah terus.” Zack mengusir Aurora dari ruangannya.

Sebelum Aurora keluar, Zack kembali berkata, “Hari ini, buatkan janji dengan Kyla.”

Kepala Aurora menggeleng. “Tidak mau. Kalau untuk kebutuhan mesummu, kamu pesan saja sendiri.”

“Kalau tidak mau, berarti kamu yang harus menggantikan Kyla. Bagaimana?” tawar Zack sambil memasang wajah menggoda.

Aurora jadi berpikir, Kakak angkatnya ini sakit! Pantas saja Mami mereka khawatir. Ternyata kakaknya memang sudah sangat meresahkan. 

“Semoga kamu tidak tertular penyakit, Zack!” Aurora mendesis kesal.

Zack mengacuhkan pernyataan Aurora dengan menjawab, “Satu lagi. Kirimkan Amber hadiah untuk pelayanannya semalam.”

Aurora mendengus kasar, lalu memasang wajah angkuh. Kemudian, Zack kembali memberinya banyak tugas, termasuk menyuruh gadis itu melakukan presentasi.

Awalnya wanita itu menolak. Namun, Zack tidak menerima alasan apa pun. Hingga … di sinilah ia sekarang, tengah memperhatikan kemampuannya di depan peserta rapat.

Semua peserta mulanya terpukau. Sampai kemudian Aurora menutup presentasinya.

“Jika ada pertanyaan tentang meeting hari ini, bisa langsung bertanya pada Zack.” 

“Tuan Zackery!” Suara seorang wanita meralat ucapan Aurora dengan nada tinggi. “Jangan kurang ajar! Kamu hanya sekertaris baru, tidak pantas menyebut bos kita dengan nama saja.”

Seketika, Aurora melirik Zack yang terlihat menahan senyum. Meski kesal karena reaksi kakaknya, akhirnya ia menundukkan kepala, “Maaf, Tuan Zackery.”

“Di mana kamu menemukan wanita ini, Zackery? Presentasinya tidak menarik.” Wanita lain menghina Aurora.

“Sebaiknya, jangan membawa dia saat kamu rapat dengan klien besar. Memalukan perusahaan.”

“Ya, dia tidak cocok jadi sekretaris perusahaan. Lihat saja penampilannya. Sangat tidak pantas!”

Spontan, Aurora menunduk mengamati pakaiannya. 

Tadi pagi, karena harus berjalan lima kilometer ke kantor—lagi, ia memutuskan mengenakan pakaian sport lengkap dengan sepatu olahraga. Ia baru sadar, jika ia belum mengganti pakaiannya dengan pakaian formal.

“Mentang-mentang sudah berhasil tidur dengan bos, tingkahnya kurang ajar!”

Aurora melirik Zack yang masih tidak bereaksi apa pun, bahkan ketika hinaan itu semakin pedas.

Lelaki itu justru lebih sibuk membereskan barang-barangnya sendiri dan berdiri. “Rapat selesai. Terima kasih semua.”

Tanpa menoleh pada Aurora, lelaki tampan itu keluar. Aurora mengembuskan napas panjang dan membenahi laptopnya.

“Menurutku presentasimu bagus, kok.” Zavian, sahabat sekaligus asisten pribadi Zack berkata pada Aurora sembari membereskan barang-barangnya juga. “Apalagi, Zack hanya memberimu waktu setengah jam untuk mempersiapkan semuanya.”

“Terima kasih.” Aurora tersenyum sedikit. Paling tidak, ada seseorang yang menghargai usahanya.

Zavian balas tersenyum manis. “Kecuali itu….” Ia mengendik pada pakaian yang dikenakan Aurora.  “Ya … aku rasa memang tidak pantas menghadiri rapat dengan pemilik perusahaan menggunakan pakaian seperti itu.”

Kekehan kecil keluar dari mulut Aurora. “Iya, aku juga baru sadar belum ganti baju.”

Secara singkat, Aurora menceritakan perjalanannya ke kantor pagi ini. 

Satu garis muncul di antara alis Zavian. “Jadi, kakakmu menyuruhmu berjalan jauh setiap pagi? Keterlaluan Zack itu!”

Aurora tersentak kaget. “Ka—Kamu tau Zack adalah kakak angkatku?”

Kepala Zavian mengangguk. Bahkan ia mengatakan mengenal keluarga Morgan karena memang telah bersahabat dengan Zack sejak mereka duduk di sekolah senior.

“Jika butuh bantuan, bilang sama aku, ya. Jangan khawatir, Zack mungkin ingin mendidikmu menjadi tangguh dan tidak manja.” Setelah berkata demikian, Zavian keluar dari ruang rapat.

Hanya anggukan pelan yang diberikan Aurora kepada Zavian. Ia menghargai kebaikan hati pria itu. Meski tau pasti …  ucapan asisten pribadi Zack itu tidak benar. 

Pria itu memang berniat menyiksanya untuk membuat ia minggat secepatnya!

Saat Aurora akan kembali ke ruangan, ia melihat Zack berjalan bersama seorang wanita bermake up tebal yang bergelayut manja di lengannya. Wanita itu adalah salah satu manager perusahaan yang barusan ikut menghina presentasi Aurora.

Keduanya masuk ke dalam ruang kerja Zack. Mulanya, Aurora sedikit bernapas lega, sebab ia bisa sedikit beristirahat sementara pria itu ‘dihibur’ wanitanya.

Namun ia salah. Baru saja berganti pakaian, Zack sudah menerornya dengan berbagai pekerjaan. Lagi-lagi, ia melewati istirahat makan siang.

Aurora baru pulang jam tujuh malam dalam keadaan lemah. 

Seorang pelayan yang melihat Aurora menenggak obat pun berinisiatif untuk membuatkan bubur untuk majikannya.

“Makanan untuk siapa itu?” Zack baru saja akan pergi kembali, bertanya pada pelayannya.

“Nona Aurora, Tuan Zackery.” 

Lelaki tampan itu mendekati nampan itu. Semangkuk bubur, ayam rempah dan brokoli kukus serta minuman jahe.

Zack tidak bertanya lagi, dan meninggalkan kediaman mewahnya.

Sementara itu, Aurora yang telah selesai berendam kini berusaha untuk makan. Air matanya menetes saat menelan makanan pelan-pelan. Perutnya terasa perih.

Jika saja bukan karena permintaan Mami untuk menemani Zack, ia mungkin akan segera pulang. 

Keringat dingin membasahi tubuh Aurora. Tangannya menekan perut bagian kiri yang semakin terasa nyeri. Tubuhnya lemas dan lunglai ke sofa.

Lalu … semuanya terasa gelap. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Murlia Mursidi
baguuss juga ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status