Share

2. Dikerjai

Glek!

Aurora menelan ludahnya sendiri mendengar pernyataan Zack.

Mata mereka kembali saling menatap. Kali ini, ia baru menyadari bukan tatapan seorang kakak yang Zack berikan. Melainkan lirikan seorang lelaki mesum.

“Sayang sekali sekertarismu yang baru ini adalah adikmu sendiri yang tidak mungkin kamu tiduri, Zack!” Aurora berusaha menjawab santai.

“Siapa bilang kita tidak bisa memiliki affair?!” tantang Zack, terlihat begitu serius dengan ucapannya. “Kamu hanyalah adik angkatku.”

Kemudian lelaki itu terkekeh, menyebalkan!

‘Tidak. Zack hanya bercanda.’ Aurora kembali meyakinkan dirinya sendiri.

Aurora menatap Zack yang duduk bersandar. Lelaki tampan itu membalas tatapan tajam sang adik angkat dengan senyum menggoda. 

Tidak kuat meladeni tatapan tajam itu, Aurora pun menundukkan kepala. ‘Sial! Dia benar-benar menyebalkan!’

Saat itu, Zack tertawa renyah. Kemudian, lelaki itu mengulurkan tangan ke hadapan Aurora. “Baiklah, kita lihat kemampuanmu di perusahaan … dan ketangguhanmu menolak pesonaku.” 

**

Dua hari kemudian, Aurora siap bekerja. Namun, baru hari pertama … ia sudah dikerjai oleh Zack yang menurunkannya di tengah jalan.

“Kita tidak bisa terlihat berangkat dengan mobil yang sama ke kantor. Ingat, kamu hanya pegawaiku.” 

Lelaki itu berkata demikian. Mau tidak mau, Aurora keluar dari mobil dan melanjutkan perjalanannya ke kantor dengan berjalan kaki.

Begitu sampai kantor, sesuai perintah Zack, ia langsung mendatangi Manajer HRD.

“Apa kamu waras? Terlambat satu setengah jam pada hari pertama bekerja?!!”

Pertanyaan sinis langsung didapat Aurora. 

“Maaf.” Hanya kata singkat itu yang bisa Aurora ucapkan.

Wanita di depan Aurora itu kemudian mengomel panjang lebar.

Aurora berusaha menulikan pendengaran, sampai mereka mendengar ketukan di pintu.

Wajah manajer yang semula garang langsung berubah manis ketika melihat sosok yang membuka pintu ruang kerjanya.

“Tuan Zackery.” Wanita itu berdiri, menyambut bos-nya. Nada suaranya bahkan terdengar begitu manis. Kontras dengan nada yang tadi ia gunakan ketika mengomeli Aurora.

Zack mengangguk singkat. Ia lalu melirik Aurora dan berkata, “Aurora baru datang dari luar negeri. Dia akan menjadi sekertarisku.” Kemudian, tanpa menunggu balasan Manajer HRD, ia beralih pada Aurora. “Ikut aku!”

Demi sopan santun, Aurora menunduk ke arah Manajer HRD sebelum kemudian mengekori Zack.

Tatapan penasaran dari para pegawai mengikuti langkah keduanya menuju ruang kerja mereka.

“Ini ruanganmu.” Zack membuka pintu sebuah ruangan. “Ruanganku persis di sebelah. Kamu bisa masuk melalui pintu penghubung itu.”

Pintu penghubung. Aurora langsung bertanya-tanya. Untuk apa ada pintu itu di antara dua ruangan bos dan bawahannya? 

Pikiran wanita itu jadi negatif.

Masih dengan pandangan mengitari ruangan itu, Aurora membuka blazernya.  Ia tidak menyadari, pandangan Zack yang langsung menatapnya tanpa jeda.

Beberapa detik, sadar tengah jadi mangsa kakaknya sendiri, Aurora langsung menatap penampilannya saat ini.

Ia yang hanya mengenakan blus putihnya yang masih basah oleh keringat, tidak sadar jika pakaian dalamnya yang berenda nampak tercetak jelas.

Sial. Aurora mengutuk dirinya. Padahal sejak semalam ia sudah memikirkan pakaian yang cocok dikenakan. Bukan pakaian seksi ala sekertaris pada umumnya agar tidak memancing hasrat Zack.

“Tampaknya berjalan satu jam di pagi hari membuatmu kehilangan banyak cairan.” Zack mengerling nakal.

“Tak masalah.” Aurora menjawab cepat. “Aku dan Alzard setiap pagi terbiasa jogging sebelum beraktifitas.”

Zack terkekeh sambil menganggukkan kepala. Lelaki tampan yang menyebalkan itu berdiri. Ia menuju pintu dan membukanya. Sebelum keluar, Zack berkata, “Sepuluh menit lagi kita ada meeting. Datanya sudah siap dan tinggal kamu bawa ke ruang rapat.”

Sambil berucap, Zack mengendikkan dagu ke arah map perusahaan di atas meja. Aurora mengangguk mengerti. 

Di akhir rapat, Zack memperkenalkan Aurora pada para petinggi perusahaan yang hadir. Aurora menatap satu persatu orang di dalam ruangan sambil menundukkan kepala sedikit.

“Aurora akan menjadi tangan kananku di perusahaan ini.” Zack menatap Aurora, sebelum kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh peserta rapat. “Dan tidak ada yang boleh menyentuhnya selain aku.”

Ucapan itu dianggap bercandaan bagi yang mendengar. Tetapi, tentu saja tidak bagi Aurora. 

Namun begitu, ia hanya tersenyum simpul menanggapi pernyataan Zack.

Beberapa wanita di ruangan menatap iri pada Aurora. Beberapa lainnya menatap sinis.

Akan tetapi, gadis itu nampak tidak terlalu peduli. Sebab, ia hanya menjalankan tugas maminya. Dan lagi, ia adalah kakak-beradik dengan Zack. Karyawan di sini hanya tidak tahu status mereka, sehingga menganggap Aurora adalah saingan dalam mendapatkan perhatian Zack.

Di hari pertama ini, Aurora sungguh tidak dibuat bernapas oleh Zack. Lelaki itu menyerahkan tugas bertumpuk. Belum lagi, tugas untuk menemaninya rapat.

Beruntung, Aurora yang cekatan berhasil mengerjakan tugasnya. Sebelum pulang, Aurora datang ke ruang kerja Zack.

“Tugasku sudah selesai.”

Lelaki itu melirik sebentar, lalu memberikan tablet dan telepon genggam perusahaan pada Aurora.

“Gunakan ini untuk pekerjaanmu. Dan, hubungi kontak bernama ‘Amber’ sekarang. Katakan aku mau makan malam di tempat biasa.”

“Oke.” Wanita itu mengambil telepon genggam dan melakukan perintah Zack. Setelahnya, ia pamit. “Kalau begitu, aku permisi pulang lebih dulu.” 

Aurora berdiri dan hendak melangkah, namun dicegah Zack. “Kita pulang bersama.”

Kerutan di dahi Aurora tercetak jelas. “Bukankah kita tidak boleh terlihat dalam satu mobil?” tanyanya, teringat perkataan Zack tadi pagi, sebelum menyuruhnya turun dari mobil.

“Kali ini pengecualian!” Zack kemudian berdiri dan menyambar jasnya dengan cepat. Ia bahkan mendahului Aurora untuk membuka pintu. “Semua orang harus berpikir kalau kita akan pergi ke hotel dan bermalam bersama.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status