Setengah jam kemudian, Grace masuk ke dalam mobil yang sudah dipesan oleh Kakek Owen dan menuju ke Hotel Mercury.Ketika Grace sampai di depan pintu kamar VVIP, ada seorang pelayan memberi tahu Grace kalau malam ini ada perjamuan keluarga."Ethan juga hadir?" tanya Grace. Grace sama sekali tidak ingin berjumpa dengan Ethan.Pelayan yang salah paham berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, Nona Grace. Tuan Ethan akan segera tiba."Grace, "…"Apakah sudah terlambat kalau pergi sekarang?Pintu yang berada di belakang Grace pun terbuka.Grace tidak dapat mengundurkan diri lagi, langsung menyapa, "Kakek.""Hai!" Ketika Kakek Owen melihat Grace, Kakek Owen tersenyum sangat lebar, "Gracy sudah sampai. Ayo, duduk di sebelah kakek."Grace pun duduk di sebelah Kakek Owen.Setelah duduk, Grace menyadari kalau semua orang belum mulai menyantap makanan.Grace menerka kalau mereka sedang menunggu kehadiran tamu penting.Seolah-olah dapat membaca pikiran Grace, Kakek Owen berkata sambil tersenyum,
Keduanya meninggalkan kamar VVIP satu per satu.Begitu Grace keluar dari kamar VVIP, Ethan mencekik leher Grace yang ramping, "Jangan mengira karena kakek menyayangimu, kamu bisa bertingkah sesuka hatimu!"Grace yang tercekik, merasa kesulitan bernapas. Namun, senyuman di wajahnya tidak pudar.Grace berkata dengan susah payah, "Kalau begitu, jangan pikir kamu bisa menukarkan ginjalku setelah menikah nanti. Jelaskan pada kakek sesegera mungkin. Kalau tidak, aku tidak dapat menjamin ucapan apa lagi yang akan keluar dari mulutku!"Ethan sangat terkejut.Grace yang berada di depannya, tidak lagi menuruti perintah Ethan.Grace seperti … menjadi orang yang berbeda.Tangan Ethan yang sedang mencekik leher Grace pun menegang.Ethan akhirnya memperingatkan, "Jangan berbuat macam-macam. Aku tidak akan membatalkan pertunangan kita! Ginjalmu itu hanyalah milik Lily!"Selesai berbicara, Ethan berbalik badan dan berjalan pergi.Grace melihat punggung Ethan yang tegap, lalu mempertanyakan dirinya sen
Semua orang mulai bereaksi, mereka buru-buru menjauhkan Grace dan menyeka wajah Lily.Meski begitu, kulit kepala Lily masih terasa perih. Air matanya pun jatuh ke tanah.Perawat yang menyaksikan semuanya, bertanya pada Grace dengan marah, "Siapa kamu? Apakah kamu tahu siapa yang sudah kamu lukai?"Grace berkata dengan dingin, "Aku tunangan Ethan yang belum berpisah dengannya."Semua orang terkejut.Sorot mata Lily perlahan-lahan berubah.Lily yang awalnya tenang, menjadi sangat panik. Dia pun menjelaskan dengan cemas, "Kalian berdua hanya dijodohkan orang tua, sama sekali tidak saling mencintai. Aku dan Kak Ethan merupakan cinta sejati, bisakah kakak mengembalikan Kak Ethan padaku?"Semua orang melirik Grace dengan pandangan menghina.Grace pun terkekeh.Adik perempuannya ini sungguh bermuka dua!Grace melipat tangannya dan menjawab dengan tenang, "Kalau kalian berdua saling mencintai, kenapa Ethan tidak mengusulkan untuk membatalkan pertunangan denganku pada kakek? Jangan-jangan, Etha
Stewart berdiri agak jauh dari meja operasi dan tidak dapat melihat dengan jelas penampilan gadis yang berbaring di atas meja tersebut. Setelah mendengar ucapan Ethan, Stewart menganggukkan kepalanya.Sebagai ahli bedah ginjal terhebat di seluruh dunia, operasi semacam ini sangatlah mudah bagi Stewart.Alasan Stewart kembali dari luar negeri dan mengambil alih operasi ini, sepenuhnya karena Samuel adalah temannya."Kalau begitu, saya pergi dulu. Saya serahkan semua ini pada anda."Ethan berbincang sebentar dengan Stewart sebelum berbalik dan berjalan pergi.Pada saat bersamaan.Di luar kantor catatan sipil.Samuel menarik banyak perhatian ketika dia keluar dari mobilnya.Samuel tidak mengenakan pakaian bermerek, mobilnya pun biasa saja. Namun, penampilannya sungguh luar biasa, dipadu dengan wajahnya yang tampan dan postur yang sempurna. Sulit bagi orang lain untuk tidak tertarik melihatnya.Menghadapi perhatian semua orang di sekitar, Samuel berdiri di depan kantor catatan sipil, seola
"Dokter Yake." Seorang dokter utama yang merawat Lily mengedipkan matanya pada Lily, lalu berkata pada Stewart, "Sebenarnya saya tidak ingin merepotkan anda hanya untuk operasi kecil seperti ini."Stewart memalingkan wajahnya. Stewart tidak ingat di mana dia pernah melihat Grace.Semua wajah wanita yang cantik tidak jauh berbeda.Mungkin Stewart sudah terlalu banyak berpikir.Kemudian, Stewart menatap ke dokter utama.Sejak diskusi mereka tadi malam, dokter utama itu bersikeras ingin melakukan operasi itu sendiri.Melihat dokter itu begitu semangat, Stewart pun menyetujuinya, "Baiklah."Setelah mendapatkan persetujuan, dokter utama menghela napas panjang dan berkata, "Cepat bius dia."Orang yang bertugas mengambil jarum suntik dan menancapkannya ke lengan Grace.Grace memperhatikan cairan yang mengalir ke dalam tubuhnya sedikit demi sedikit, lalu berkata dengan lemah, "Lepas … lepaskan aku … lepaskan …."Begitu cairannya habis, mata Grace terasa sangat berat.Ada banyak orang terlintas
Tatapan Samuel membuat semua pengawal itu gemetaran."Lantai dua, kamar 208."Setelah mendapatkan informasi yang Samuel inginkan, dia mengangkat kakinya dan menginjak pager sampai hancur. Samuel berbalik dan segera menuju ke lantai dua.Melihat pager yang hancur di lantai, semua orang saling memandang.Tak ada satu pun dari mereka yang berani bergerak.Bahkan sampai Samuel memasuki lift, mereka juga tidak berani mengeluarkan pager untuk meminta bantuan.Lift segera mencapai lantai dua.Samuel keluar dari lift dan segera melihat lampu merah yang menyala di luar ruang operasi dua kosong delapan.Warna merah itu sangat menyilaukan mata, seperti pisau yang menyayat kulit dan langsung menerjang ke hati Samuel.Samuel mengepalkan tangannya sampai bergetar.Ketika sampai di depan pintu, Samuel mengangkat tangannya dan membanting pintu ruang operasi.Pintu kayu yang keras itu didobrak sampai terbuka.Semua orang di ruang operasi terkejut dan melihat ke arah pintu.Sekilas, mereka melihat Samue
Mendengar kata genting membuat Samuel semakin putus asa.Sekujur tubuh Samuel bergidik.Perawat yang teringat tentang Samuel yang mendobrak pintu barusan, mulai gemetar ketakutan.Perawat itu takut akan ditinju oleh Samuel.Untungnya, Samuel mengeluarkan ponselnya dan berjalan pergi."Perintahkan bank darah untuk segera mempercepat transfusi darahnya," kata Samuel dengan dingin sambil memegang ponselnya.Asisten yang menerima panggilan pun ragu-ragu, "Tuan, bukankah anda tidak ingin orang lain tahu kalau anda sudah pulang ….""Segera lakukan!""Baik." Wajah asisten menjadi pucat dan segera mengikuti perintah Samuel.Setelah menutup telepon, Samuel memejamkan mata dan menghela napas panjang.Kemarahan di hati Samuel tidak kunjung mereda.Samuel kembali ke pintu ruang operasi. Lampu merah masih berkedip, seolah-olah memberikan pertanda.…Setengah jam kemudian.Stewart keluar dengan wajah kelelahan."Tidak ada yang serius. Seharusnya gadis itu akan terbangun di malam hari."Wajah Samuel
"Samuel?""Ya."Dengungan di dadanya membuat Grace sadar kalau ini semua bukan mimpi.Grace benar-benar berada di dalam pelukan Samuel.Hormon pria yang kuat itu membuat pipi Grace menjadi kemerahan.Grace bergumam dengan gelisah, "Aku … ada di mana?""Rumah sakit." Samuel berhenti sejenak, lalu melepaskan Grace dari pelukannya.Saat Grace hendak bergerak, Samuel menahannya."Jangan bergerak. Kamu baru saja menjalani operasi, kamu memerlukan istirahat yang cukup."Wajah Grace menjadi pucat, "Ginjalku ….""Masih ada." Samuel menunjuk perut dengan ujung jarinya, "Saat aku sampai, operasinya sudah setengah jalan. Dengan begitu, kamu hanya menjalani operasi jahitan saja."Rasa cemas Grace pun akhirnya hilang.Untuk sesaat, Grace memandang Samuel dengan gugup, "Apakah kamu baik-baik saja?"Hanya anggota Keluarga Hayes saja yang bisa memasuki gedung ini.Orang luar tidak bisa masuk.Samuel tersenyum sinis dan menjauhkan dirinya dari Grace, "Bagaimana menurutmu?"Grace memerhatikannya baik-ba