Share

Bab 14

Saat ini, hujan badai telah membuat langit menjadi gelap, seakan-akan dunia akan segera berakhir.

Karina berjalan sambil menjinjitkan kakinya yang terkilir itu berjalan dengan susah payah di sisi jalan, menerobos hujan deras yang tidak berhenti mengguyurnya. Meskipun hampir tidak bisa membuka matanya di tengah cuaca seperti ini, dia tidak mengeluh sama sekali karena ini adalah pilihan yang dia ambil sendiri.

Setelah berjalan cukup lama, Karina tiba-tiba merasa ada sesuatu yang kurang.

Begitu wajah Neo terlintas di benaknya, dia langsung membeku di tempat dan ekspresinya menjadi muram.

'Gawat! Dokumen yang Pak Neo berikan padaku ketinggalan di rumah orang itu!'

Karena pertikaian tadi, dia jadi lupa dengan dokumen itu. 'Harus bagaimana sekarang? Kembali ke sana dan ambil dokumen itu?'

Karina sama sekali tidak ingin bertemu dengan pria egosentris itu lagi.

Akan tetapi, dokumen itu merupakan dokumen rahasia dan ada anotasi yang ditulis Neo. Jika Karina tidak mengambilnya kembali, akan gawat jika ada orang yang menggunakannya untuk melakukan hal-hal buruk.

Setelah Karina pertimbangkan, dirinya beroleh malu bukanlah hal besar.

Karina segera mengerahkan seluruh kekuatannya dan berlari ke rumah itu, bahkan melupakan bahwa kakinya masih bengkak. Dia tidak peduli bagaimana pria itu akan menghinanya selama bisa mendapatkan kembali dokumennya.

Ketika Karina tiba di vila Rafael, dia menemukan bahwa pintunya tidak dikunci.

Dia merasa pemilik rumah ini sangat teledor. Meskipun perumahan orang kaya memiliki keamanan yang baik, tetap saja ada harus ada kesadaran akan keselamatan, bukan?

'Nggak mungkin sedang menungguku kembali, 'kan?'

'Hal itu mustahil.' Karina dikejutkan oleh pemikirannya sendiri, yang tiba-tiba muncul di benaknya.

Dia berjingkat-jingkat mendekati pintu, mengetuk dengan sopan sambil berkata, "Tuan, aku Karina, yang barusan datang, apa boleh aku masuk?"

Tidak ada yang menjawabnya.

Karina bertanya-tanya, mungkinkah suaranya terlalu kecil sampai pria itu tidak bisa mendengarnya?

Dia pun meninggikan suaranya dan berkata lagi, "Tuan, apa kamu ada di rumah? Aku Karina yang barusan datang. Apa boleh aku masuk?"

Tetap tidak ada jawaban. 'Apa yang terjadi? Apa dia sengaja mengabaikanku?'

Saat Karina masih bimbang apakah dirinya langsung masuk saja, dia mendengar suara rintihan kesakitan. Karina terkejut dan berpikir, 'Nggak mungkin ada perampok masuk ke rumah ini, 'kan?'

Tindakannya lebih cepat daripada proses di otaknya. Karina bergegas masuk ke dalam dan mendapati Rafael terbaring di samping meja kopi.

Karina terkejut dan bergegas menghampiri Rafael meski kakinya terasa sakit. "Tuan, kamu kenapa? Apa kamu sakit?" tanyanya.

Rafael terlihat pucat, terus-menerus berkeringat dan sekujur tubuhnya gemetar hebat. Dia seperti mengatakan sesuatu, tetapi Karina tidak dapat mendengarnya dengan jelas. Karena tidak tahu Rafael ada penyakit apa, Karina tidak berani sembarangan menyentuhnya.

Karina sedikit panik, dia mencubit pahanya sendiri untuk menenangkan dirinya.

"Ponsel, benar, ponsel." Karina segera mengeluarkan ponselnya dan hendak memanggil ambulans. Akan tetapi, hanya terdengar suara operator berkata, "Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi."

"Apa yang terjadi? Kenapa nggak bisa dihubungi?" Karina seketika menjadi panik.

Setelah mencoba beberapa kali lagi, hasilnya tetap sama. Dia tidak punya pilihan selain berpikir menggunakan ponsel Rafael untuk mencoba lagi.

Setelah mencari di sekeliling dan tidak menemukan ponsel Rafael, Karina mengalihkan pandangannya ke Rafael.

"Maaf, aku nggak ada maksud lain." Karina menjelaskan dengan suara pelan, meskipun Rafael sudah tidak sadarkan diri.

Karina meraba-raba saku baju Rafael. Sepasang tangan kecilnya seperti dipenuhi dengan kekuatan sihir, setiap sentuhannya memberikan kehangatan kepada Rafael.

Karina tidak menemukan ponsel Rafael setelah memeriksa seluruh saku di bagian baju. Untuk sesaat, dia tidak tahu lagi harus bagaimana.

Sudut matanya tiba-tiba melirik ke celana Rafael dan menemukan bahwa ponsel Rafael tertindih. Karina sangat gembira dan ingin mengeluarkan ponsel itu, tetapi ketika dia baru saja mencondongkan tubuhnya, salah satu tangannya digenggam erat oleh Rafael. Hanya sekali tarikan ringan Karina terjatuh di atas tubuh Rafael.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status