Share

42 Menanti Kejujuran

"Hah?" wanita ini melongo.

"Tuh, liat!"

Luna melihat ke arah tanganku yang menunjuk Pak Karni yang sedang duduk di bangku taman sambil merokok. Dan ... melihat ke arah kami.

"Mas ishh."

Luna memukul lenganku kesal dan langsung berlari ke dalam.

Haha.

*****

Setelah makan malam, aku langsung ke kamar untuk solat insya. Sementara Luna sedang di dapur membantu Mbok Asih.

Istriku masih belum bersih setelah keguguran. Padahal, aku sudah kangen untuk solat berjamaah bersama. Apalagi untuk menunaikan ibadah paling nikmat setelah menikah.

Awalnya aku sempat khawatir dan mengajaknya check up ke dokter kandungan. Karena itu terhitung sudah hampir seminggu semenjak Luna keguguran tapi istriku masih pendarahan. Tapi, kata Luna itu wajar, kecuali jika sudah lebih dari 3-4 minggu.

Membayangkan peristiwa itu, aku masih suka menahan sesak diam-diam, sendirian. Suami macam apa aku ini?

Maaf Tuhan! Hamba telah lalai menjaga titipan–Mu.

Untuk anakku, yang kini tak lagi berada dalam nyamannya rahim
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status