Share

Bab 36

Langit terlihat begitu mendung. Awan hitam menggumpal menyelimuti sebagian langit. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.

Kubenahi hijab voal-ku dari pantulan kaca jendela, lalu pandangan kembali jatuh pada langit yang terlihat jelas dari lantai tiga pabrik batik.

Napas kutarik dalam-dalam, menikmati udara yang masuk dari celah jendela yang sengaja kubuka sedikit.

Tak lama kemudian ponsel berdering dari dalam saku celana. Kurogoh kantong celana untuk mengambil benda pipih tersebut. Huuuf ... Kubuang napas kasar. Telepon dari Bang Arman.

Aku berpikir sejenak sambil mengetuk-ngetuk ponsel. Masih menimbang-nimbang, untuk mengangkat telepon dari Bang Arman atau tidak.

Lelaki itu masih saja terus menelepon meski sudah kuabaikan berkali-kali.

Ah, lebih baik kuangkat saja. Setidaknya aku tahu maksud dia menelepon itu apa.

"Halo, mau apa lagi kamu menelepon, Bang?" angkatku ketus.

"Jangan ketus begitu dong, Dek," tukasnya dengan nada lembut.

Bola mataku berputar malas seraya menghembuska
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status