Share

Bab 148

"Mas titip anak-anak, ya. Kamu pasti sanggup kan, membersamai mereka? Kamu kan, ibu yang hebat."

"Mas, kamu bicara apa?" aku mendengkus kesal. Kami bahkan belum membersihkan diri setelah pertempuran tadi. Kenapa ia bicara seolah akan pergi?

"Tidak ada, Sayang. Kita bersihkan diri, yuk. Setelah itu kita sholat."

Aku menurut. Lalu kami menghabiskan sepertiga malam berdua di atas sajadah. Dilanjutkan dengan tilawah berdua, seperti hari-hari yang telah lewat.

.

"Ibu, kita akan menjenguk ayah?" tanya Fajar begitu mobil Mas Dika mulai melaju di jalan beraspal.

"Iya, Sayang. Kamu mau kan, menjenguk ayah?"

"Mau, Bu. Ayah nggak ada temannya ya, Bu?"

"Ada, Sayang. Ayah pasti bersama kakak dan adik kamu sekarang," jawabku lirih, serta pandangan yang mulai kabur, sebab terhalang oleh kaca-kaca bening.

Tak lama kemudian, mobil Mas Dika telah berhenti sempurna di area parkir pemakaman ini.

Tempat yang hampir seti
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status