Share

Bab 153

Jam satu pagi. Aku masih terjaga, sedang melihat foto keluarga kami dari tampilan layar laptop.

Rasa rindu, membuatku tak bisa memejamkan mata. Juga permintaan Kak Dirga, supaya aku mau menerima pinangannya.

Aku tak pernah berpikir untuk membina rumah tangga baru sebelumnya, meski beberapa kali ibu dan Mama meminta secara halus maupun terang-terangan.

Belakangan Mas Dika pun mengatakan hal sama, bahwa anakku butuh sosok ayah.

"Ayah … ."

Lirih kudengar suara Fajar. Gegas aku menoleh ke tempat ia berbaring. Bukankah ia tadi masih terlelap?

Benar, kedua matanya terpejam, sementara bibirnya yang mungil itu terus mengucapkan kata yang sama.

Nampaknya ia sedang bermimpi, sebab bibirnya tersenyum saat sedang kuamati. Kuelus kepalanya, hingga ia kembali terlelap.

"Kamu rindu sama ayah ya, Nak? Besok kita ke makam, ya?" ajakku, meski kedua matanya terpejam.

Kulabuhkan kecupan, lantas menutup layar yang menampil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status