Share

Bab 152

Keesokan harinya, masih jam tujuh pagi, lelaki itu telah muncul di depan pintu pagar. Ia menepati ucapannya kemarin, akan mengirimkan bunga mawar lebih banyak dari sebelumnya.

Satu mobil bak terbuka, terisi penuh oleh mawar putih. Jika biasanya ia mengutus kurir, maka kali ini ia sendiri yang mengantar.

"Kamu ngapain, sih, Pak, bawa bunga banyak amat? Mau jualan apa gimana?"

"Sudah kukatakan, kalau aku akan mengirim lebih banyak bunga buat kamu, Mbak Husna."

Aku menggelengkan kepala, tak mengerti dengan jalan pikiran lelaki ini.

"Aku taruh mana?" tanyanya, sambil melihat halaman rumah yang tak lagi kosong.

Kuhela napas panjang berkali-kali, sampai aku merasa lebih tenang.

"Oke, ini yang terakhir ya? Setelah ini, tolong biarkan aku hidup dengan tenang, tanpa kiriman bunga-bunga. Apalagi sebanyak ini. Duh, kamu Arya."

"Baiklah. Aku hanya mau lihat kamu dikelilingi oleh apa yang membuat hatimu senang, Mbak Husna," ujarnya, dengan tatapan mata yang m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status