Beberapa jam setelah meninggalkan Bira, rombongan mereka akhirnya tiba di benteng Somba Opo yang letaknya tidak jauh dari pantai Losari.
Bayu dan yang lainnya mulai berkeliling di area benteng yang membungkus erat sejuta sejarah itu.
Benteng yang dibangun tahun 1545 jika di lihat dari atas akan tampak seperti seekor penyu yang siap merangkak turun ke lautan yang terbentang di hadapannya.
Bentuk benteng itu menjelaskan tentang filosofi kerajaan Gowa yang dapat hidup di darat dan di laut sebagai pelaut ulung dimasanya.
Bayu berkeliling seorang diri, ia sengaja karena ingin lebih fokus untuk mendalami setiap kisah sejarah yang di pamerkan dalam setiap ruangan tua itu.
Bayu selalu tertarik dengan sesuatu yang baru, apalagi jika menyangkut hal-hal yang akan sulit ia jangkau seperti sejarah dan hamparan semesta di luar sana.
Bayu yang pertama kali menginjak tempat itu begitu terkesima saat melihat sebuah lukisan kapal pinisi y
Setelah liburan selama 2 minggu, Bayu kembali masuk sekolah sebagai murid kelas tiga. Bayu masih menempati kelas A dengan beberapa murid yang berbeda, tapi sebagian besar masih teman satu kelasnya di kelas 2 dulu. Prestasi yang berhasil Bayu raih saat duduk di kelas 2 cukup membanggakan. Begitu juga untuk kegiatan ekstrakurikuler, ditambah jabatannya sebagai wakil ketua OSIS, meskipun yang lebih cocok menjadi ketua OSIS adalah dirinya. Semua karena Bayu sendiri yang tidak ingin menerima jabatan itu. Padahal Bayu mendapatkan 65% suara dari tiga kandidat saat pemilihan. Bayu bahkan tidak tahu jika dirinya akan menjadi salah satu calon ketua OSIS, ia baru tahu saat pemilihan dimulai. Bayu cemerlang dalam urusan sekolah, tapi tidak dengan urusan hati. Bayangan tentang Yuri terus melekat erat dalam benaknya, terutama segala kenangan saat liburan. sedikit rasa penyesalan juga turut menyiksa batinya. Bayu sangat menyesalkan kebodohan dan kepol
La Galigo, sebuah karya sastra yang berasal dari tanah Bugis, menceritakan kisah luar biasa La Sawerigading, dituangkan dalam syair aksara Bugis. Perjalanan panjang yang bahkan mengalahkan Mahabharata dari tanah India.Namun, kisah ini tak akan semegah La Galigo atau Mahabharata, Ini hanya sepenggal kisah klasik dari pemuda biasa yang berjuang meraih sebuah impian dalam hidup, berjalan seirama dengan pencarian jati diri dan tulang rusuknya.2004 pertengahan tahun menjadi tempo paling awal perjalanan hidupnya dikisahkan.Saat terik matahari pagi masih terasa hangat begitu menggelora, seorang pemuda berdiri pada sisi jalan raya, ia tampak gelisah.Pandangannya terus mengawasi ujung jalan, berharap sebuah angkutan umum segera muncul dari sana.Ia mengenakan seragam dengan kemeja berwarna putih dan celana pendek biru tua. Persis di atas saku depan kemejanya tertulis sebuah nama, Bayu Sonaf.Sepatu hitam dengan kaos putih sangat pas di kakinya, m
Tangan Bayu sangat ingin terangkat untuk melambai, niat itu terkubur saat Bayu sadar dirinya kini berada di tengah sesuatu yang cukup mengerikan, tekanan dari para senior.Bayu seketika menundukkan pandangannya seperti yang lain sebelum dirinya menarik perhatian para senior, tapi sudah terlambatMurid lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya kini berdiri tepat di samping bangkunya, pandangannya menukik ke arah Bayu.Menyadari hal itu, perlahan Bayu mengangkat kepalanya, menoleh ke arah seniornya saat mendengar suara berdehem.Senior itu sedikit menggerakkan kepalanya ke kiri saat Bayu menatapnya, memberi isyarat agar Bayu maju ke depan.Perlahan Bayu berdiri, berjalan ragu-ragu. Bagaimana tidak, Bayu harus berdiri di depan ruangan penuh orang-orang yang belum dikenalnya. Entah apa yang akan dilakukan para senior terhadapnya.Yuri tersenyum menatap Bayu, meskipun ia tak mendapat balasan sebab Bayu tidak melihat senyumannya yang begitu indah.
Akhirnya, permen berlumuran itu tiba di tangan Bayu, ukurannya kini lebih kecil, setengah ukuran awalnya.Bayu menatap permen itu, kemudian memasukkan ke dalam mulutnya secara perlahan, wajahnya terlihat seakan sedang menelan bara api, matanya terpejam dan hidung yang masih sedikit merah terangkat.Bayu berusaha keras agar permennya tak bersentuhan dengan bibir, lidah dan langit-langit mulutnya, sedikit kecurangan.Bayu mengeluarkan permen itu dari mulutnya dengan begitu cepat, lalu memberikan pada siswa selanjutnya di bangku sebelahnya.Hanya berselang beberapa detik, dari sebelah kiri Bayu, seorang murid menjulurkan gelas yang berisi air, perlahan Bayu meraihnya.Bayu menatap isi gelas itu, tampak air di dalamnya sudah tak bening lagi. Bayu harus berkumur dengan air bekas kumuran teman satu kelompok.Mau tak mau Bayu harus melakukan apa yang diperintahkan seniornya, kali ini Bayu tak dapat melakukan kecurangan.Sambil menutup mulut dengan
Terkadang, saat sepasang anak manusia sedang berputar dalam zona keindahan, maka mereka akan merasa bahwa waktu hanya akan berlalu di sekitar mereka. Seperti apa yang dialami Bayu dan Yuri saat itu.Andai ribuan titik air tidak menetes pada ujung rambutnya, maka mungkin Bayu dan Yuri tidak akan sadar jika hanya tinggal mereka berdua yang belum pulang."Gerimis," ucap Yuri yang mengangkat kedua telapak tangannya.Mereka berlarian untuk berteduh di bawah sebuah pohon asam pinggir jalan, menunggu sampai sebuah mobil penumpang lewat. Akhirnya, Yuri melambai untuk menghentikan mikrolet yang mengarah ke rumahnya."Aku duluan." Yuri pamit kemudian berlari kecil menyeberangi jalan raya.Yuri duduk lalu membuka pintu kaca jendela mobil itu, mengeluarkan tangannya untuk melambai pada Bayu saat mobil mulai berjalan. Bayu kini menunggu sendiri.Sebelumnya, seorang pengendara motor yang mengenal Bayu berhenti dan menawarkan tumpangan, tapi Bayu menolak dengan
"Dari pelukis keindahan wajahmu.Bayu Sonaf.Aku mampu menyusun huruf menjadi sebuah kata, tapi aku tak mampu merangkai kata hingga berjejer sebuah kalimat yang menarik untuk menyampaikan kesanku pada seorang senior idamanku. Maafkan aku untuk itu, sebab aku hanya pelukis amatir.Bagiku, lukisan adalah sebuah karya yang selalu memiliki keindahannya sendiri, bahkan untuk karya terburuk sekalipun.Setiap lukisan selalu hanya ada satu, tidak akan duanya. Bahkan lukisan yang sama persis tetap memiliki perbedaan, kanvas, cat, dan waktu pembuatannya akan berbeda.Dalam pandanganku, Yuri merupakan sebuah maha karya lukisan hati."Perasaan Yuri begitu bahagia setelah membaca setiap barisan kalimat dalam surat dari Bayu, hatinya bagaikan mahkota bunga yang meledak.Yuri belum gila meskipun ia tersenyum sendiri dalam kamarnya sambil menyelipkan secarik kertas dari Bayu itu di antara lembaran buku hariannya.Yuri berbaring di tempat tidurnya b
Waktu, material hampa yang melekat pada setiap sisi kehidupan, tidak tersentuh tapi terasa, seperti keinginan akan sesuatu. Tumbuh, salah bagian dari masa yang tidak akan bisa dihindari setiap anak manusia. Saat pertengahan tahun ajaran pertama, suara Bayu mulai berubah, terdengar lebih kasar dan sedikit berat. Beberapa hari sebelumnya, ia juga mengalami mimpi yang aneh, mimpi mutlak bagi anak lelaki sebagai gerbang menuju kedewasaan. Sebuah mimpi yang begitu dalam, hingga terasa oleh tubuhnya yang nyata. Selama enam bulan lebih, Bayu telah belajar dalam ruangan yang sama dengan orang-orang yang sama setiap enam hari dalam seminggu. Namun, hanya setengah dari mereka yang cukup akrab dengan Bayu. Bayu menjadi murid di kelasnya yang terlihat cemerlang oleh guru. Guru kesenian bahkan pernah tak percaya jika gambar Bayu adalah hasil karyanya sendiri, itu sebelum guru tersebut melihat secara langsung proses Bayu membangun lukisan pa
2A, kelas yang menjadi target Bayu berhasil ia raih setelah setahun perjuangan.Bayu dan Kiki, hanya kedua murid kelas 1C itu yang berhasil menembus kelas yang diisi oleh murid-murid cerdas, kebanyakan berasal dari kelas 1A, termasuk Ima, rival Bayu di SD dulu.Dari 150 lebih siswa seangkatan Bayu, hanya 26 siswa yang berhasil masuk kelas 2A dengan 10 murid lelaki termasuk Bayu.Untuk pertama kalinya, Bayu masuk ke dalam kelas barunya, mencari bangku kosong yang belum terisi.Susunan bangku dalam kelas itu berbeda dari sebelumnya. Disisi kiri kelas ditempatkan 24 bangku yang di atur menjadi 3 tiga kelompok, masing-masing terdiri dari 4 bangku.Begitu pun dengan sisi kanan kelas tersebut, 24 bangku tersebut saling berhadapan, menyisakan ruang kosong di antaranya tepat di depan papan tulis.2 bangku sisanya di tempatkan pada dinding belakang, hanya dua bangku itu yang menghadap ke depan dan hanya keduanya yang masih kosong, Bayu