Share

Perih Hati

Pagi kembali menyapa seperti hari-hari yang telah berlalu. Namun, Ara sudah kelelahan bukan main setelah bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk muntah.

“Aduh, kamu maunya bunda makan apa, Sayang? Rasa-rasanya apa pun yang masuk ke perut bunda pasti keluar lagi,” ucap Ara susah payah. Tangannya mengelus perut yang masih rata itu hati-hati.

Sejak kehadiran calon buah hatinya, ia selalu sering bicara sendiri. Mengelus kulit perutnya lembut seolah kedua tangan itu tengah membelai bayi sungguhan.

“Kamu mau buah-buahan?” Bahkan wanita itu sudah mempersiapkan panggilan si calon bayi kepadanya.

Bunda. Ara senang dengan panggilan itu. Dalam satu kesempatan dia juga sudah membayangkan buah cintanya yang mungil memanggil demikian. Membuat Ara tak pernah bisa menghentikan senyumnya di saat sedang asyik membayangkannya.

“Oke, nanti bunda akan beli beberapa buah-buahan, ya.”

Ara berdiri sedikit terhuyung saking pusing kepala. Tangannya meraba tembok demi bisa segera sampai ke atas ranjang.

“Tidak,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status