Share

Bab 22

Di kota, Hilma gusar, ia tak bisa tidur. Berkali-kali ia mengecek ponsel jadul itu, tapi tak kunjung ada balasan dari Zafar. Sedari tadi pagi perasaanya tak enak, membuat gadis itu sering melamun.

Begitu juga dengan Pak Hasan, wajah sang almarhum sang istri terbayang-bayang. Ia merasa tak enak hati, tapi tak tau kenapa.

Padahal, mungkin semua itu karena ikatan batin mereka dengan rumah yang sudah hangus terbakar sangat lekat. Sehingga mereka bisa merasakan kegelisahan.

Jika saja mereka tau rumahnya sudah hangus terbakar. Mereka pasti akan memaksa untuk pulang melihat keadaan rumah.

Hilma memilih keluar dari kamar. Ia sedikit terkejut mendapati sang Bapak yang juga sedang duduk termenung di kursi.

"Bapak belum tidur?"

"Belum, Neng. Bapak teh gak bisa tidur. Neng, tanyain ke Zafar, kapan kita bisa pulang? Bapak udah gak betah di sini."

Hilma ikut duduk di samping Sang Bapak, ia menatap wajahnya. "Pesan Hilma yang tadi juga belum di jawab, Pak. Sama kayak Bapak, Hilma juga mau seger
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status