Share

Bab [07] Party and Kiss

Saat malam tiba, Rheanne sudah menyiapkan dirinya. Menatap wajahnya di cermin dengan malas. Wajahnya sudah terlihat cantik dengan riasan tipis, dan gaun pesta yang sudah serasi dengan ukuran tubuhnya.

Sebenarnya, ini bukan kemauan Rheanne mamakai gaun seperti ini. Lihat saja, bagaiman model gaun ini yang terlihat seperti kekurangan bahan. Namun, karena ini paksaan dari ibunya maka dari itu Rheanne terpaksa memakainya.

Iya, semua ini adalah hasil dari ibunya. Mulai dari riasan, gaun bahkan sepatu dan gaya rambut. Ibunya dengan antusias mendandani anak gadisnya dengan senang. Bagaimana tidak senang, Nyonya Austin akhirnya bisa melihat putri semata wayangnya pergi ke acara seperti ini. Ini kali pertama karena Rheanne itu orang yang malas. Bahkan acara keluarga pun dia tidak pernah datang. Maka dari itu Nyonya Austin merasa senang melihat putrinya yang tiba-tiba mengatakan akan menghadiri sebuah pesta. Dengan antusias wanita paruh baya itu membantu Rheanne untuk bersiap.

“Ibu, aku ingin ganti baju. Ini terlihat tidak cocok,” seru Rheanne menatap melas ibunya.

Dengan cepat Nyonya Austin menggeleng.

“No, no. Gaun ini sudah sangat cocok untukmu, jadi jangan ganti!”

Rheanne mendengus pelan. Dengan kesal dia berpamitan pada ibunya. Rheanne berjalan dengan meraih ponselnya. Dia akan menghubungi Alissa agar menjemputnya di sini, supaya Rheanne tidak merasa malu saat hadir di sana karena ada Alissa bersamanya. Namun, saat sudah berada di halaman rumahnya. Rheanne berhenti memainkan ponselnya. Niatnya untuk menghubungi Alissa terurung. Netra gadis itu menatap terdiam pada mobil yang sudah terparkir apik di depan halaman rumahnya.

Saat kaca jendela belakang mobil itu terbuka, saat itulah keterkejutan Rheanne semakin menjadi. Kedua matanya melotot lebar melihat siapa orang yang berada di dalam mobil mewah ini.

“Sir?!” Reaksi Rheanne antara terkejut dan tidak percaya.

Tanpa menoleh, Justin berucap. “Masuk!”

Mendengar nada suara Justin yang seperti itu membuat Rheanne segera masuk ke dalam mobil. Dia mengambil tempat di sebelah Justin. Seketika rasa gugup kembali menjalar kedalam tubuhnya.

“Sir?”

Justin melirik jam tangannya. “Kau terlambat dua menit,” sela Justin. Lagi-lagi pria itu memotong ucapan Rheanne.

Kening Rheanne mengernyit tidak mengerti. “Apa?”

“Aku bilang tepat pukul tujuh, tidak kurang dan lebih,” seru Justin tanpa menoleh. Seketika kedua mata Rheanne membulat sempurna. Gadis itu terkejut dan tidak percaya. Jadi, maksudnya ini?

“Sir, tidak seharusnya kau melakukan ini. Aku bisa meminta Alissa untuk-“

“Jalankan mobilnya!” titah Justin pada Felix- mengabaikan ucapan dari gadis itu. Hingga membuat Rheanne mengatupkan kembali bibirnya. Menelan kata yang akan ia ucapkan tadi.

Pria di balik supir kemudi itu mengangguk menurut. Saat itu juga keadaan mobil menjadi hening dan sepi. Tidak ada yang bersuara termasuk Rheanne. Gadis itu bahkan tidak berani mengangkat wajahnya. Berada di samping Justin membuat Rheanne dilanda keresahan. Dia bahkan tidak berani bergerak sedikitpun. Hingga kemudian mereka tiba di acara pesta itu. Rheanne bernapas lega karena sebentar lagi dia akan pergi dari situasi ini.

Kedatangan Justin disambut hangat oleh Tuan Damien. Pria berusia 40 tahun itu tersenyum melihat kehadiran Justin di pestanya.

“Selamat datang Mr. Melvi, suatu kehormatan untukku karena kau datang ke acara pestaku,” sambutnya dengan hangat. Pria itu tertawa dengan suara beratnya.

Justin hanya terkekeh pelan.

“Ini suatu penghormatan, mengingat kau yang jarang hadir di acara seperti ini,” imbuh Tuan Damien bergurau.

“Kau terlalu berlebihan, Tuan Damien.”

Tuan Damien tertawa kecil hingga ekor mata pria itu melirik Rheanne yang sejak tadi hanya diam memperhatikan dua orang itu berbicara.

“Oh, aku baru sadar jika kau membawa pasanganmu?” ujar Tuan Damien melirik Rheanne.

“Seperti tidak asing,”

Justin melirik Rheanne. “Dia sekretarisku.”

“Ah benar. Pantas saja seperti tidak asing. Maklum, penyakit pikunku memang sering kambuh.” Kekeh Tuan Damien.

Justin berdehem singkat. “Jadi, aku boleh masuk?” ucap Justin mengalihkan pembicaraan.

“Ah iya, tentu saja. Silakan, semoga kau menikmati pestanya.” Tuan Damien mempersilahkan Justin untuk masuk kedalam.

Justin mengangguk lalu melangkah masuk diikuti dengan Rheanne di belakangnya. Rheanne menyempatkan diri untuk tersenyum ramah pada Tuan Damien yang juga dibalas hangat oleh pria itu.

“Pasangan yang serasi,” gumam Tuan Damien memperhatikan Justin dan Rheanne. Setelahnya, pria itu kembali beralih untuk menyambut para tamu-tamu yang datang.

Ruangan ini begitu megah dan dihiasi dengan berbagai hiasan yang mewah. Kebanyakan orang berdasi dan wanita sosialita yang datang ke pesta ini. Sepertinya hanya orang-orang penting yang hadir dalam pesta ini. Sejak tadi, Rheanne terus mendampingi Justin yang mengobrol dengan beberapa rekan kerjanya. Gadis itu bahkan sudah merasa bosan, terlebih dirinya seperti seekor nyamuk antara Justin dan rekan kerjanya itu. Saat matanya mengedar, tanpa sengaja Rheanne melihat kehadiran Alissa di sana yang tengah mengobrol dengan rekan kerja lainnya. Rheanne pun hendak untuk berpamitan pada Justin yang untung saja diangguki oleh pria itu. Akhirnya Rheanne bisa terbebas dari sana. Dia tidak perlu menjadi orang ketiga lagi antara Justin dan rekan kerjanya.

“Alissa!” Panggilan Rheanne membuat gadis dengan gaun kuning cerah itu menoleh.

Rheanne menghampiri Alissa dan tersenyum lebar pada gadis itu. Sedangkan Alissa mendengus kasar lalu menatap Rheanne dengan desisan kesalnya.

“Rheanne! Kau tahu, aku menelponmu berkali-kali sejak tadi tapi kau tidak mengangkatnya sama sekali. Aku bahkan datang ke rumahmu untuk menjemputmu, tapi ibumu bilang jika kau sudah pergi. Kau tahu, seberapa kesalnya aku padamu?!” semprot Alissa dengan gemas. Alissa mengomeli Rheanne.

Sementara gadis yang sejak tadi mengobrol dengan Alissa hanya tersenyum canggung. Menyadari situasinya, gadis itu pun pamit pergi.

“Sepertinya aku harus pergi. Lain kali kita bisa lanjut mengobrol. Bye Alissa, Rheanne.”

Kini meninggalkan Rheanne dengan Alissa yang sudah mendengus kesal padanya.

“Maaf, aku tadi berniat untuk menunggumu tapi-“ Rheanne menggantungkan ucapannya kala mengingat kejadian tadi saat di mana justru Justin lah yang datang.

Alissa melipat kedua tangannya, lalu melirik Rheanne dengan kesal. “Tapi apa?”

Rheanne berdehem canggung. Dia masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucap. “Em, i-itu. Tiba-tiba saja Mr. Melvi datang dan kami pun pergi bersama. Aku tidak sempat menelponmu karena aku lupa."

Seketika wajah kesal Alissa berubah. Gadis itu menoleh pada Anne dengan melotot lebar disertai wajah terkejutnya. “Apa?! Kau serius?!”

Rheanne mengangguk ragu. “I-iya,”

“Kau benar-benar serius?!” tanya Alissa lagi.

“Iya, aku serius.”

Alissa menutup mulutnya dengan tangannya. “Oh my god! Are you kidding me?! Kau datang ke sini bersama Mr. Melvi?!” pekik Alissa nyaring.

Rheanne gelagapan karena suara Alissa hampir seperti berteriak. “Alissa, berhenti berteriak!” tegur Rheanne mendengus sebal.

Kedua mata Alissa menyipit curiga pada Rheanne. “Apa yang terjadi antara kau dan Mr. Melvi?”

Kedua mata Rheanne membulat mendengar pertanyaan aneh dari gadis itu. “Terjadi apa?! Tidak ada apapun antara aku dengannya. Lagipula dia itu Boss kita,” terang Rheanne mengelak.

“Benarkah?” tanya Alissa dengan nada mengejek.

“Iya!”

“Oh, baiklah.”

***

Saat acara inti dalam pesta itu dimulai, tiba-tiba Justin datang menghampiri Rheanne dan membuatnya sontak terkejut. Lebih terkejut lagi saat pria itu menarik tangan Rheanne dan berjalan ke tengah kerumunan.

Rheanne membulat sempurna melihat jika Justin membawanya ke lantai dansa. Sudah ada beberapa pasangan juga yang berdansa di sini, lalu kenapa Justin malah menariknya. Rheanne meneguk ludahnya gugup. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti langkah pria itu. Cekalan pada tangannya juga cukup erat hingga membuat Rheanne kesulitan bergerak.

“Sir? K-kenapa kita di sini?” tanya Rheanne gugup juga bingung.

Namun rasa bingung serta gugupnya hilang seketika saat tiba-tiba saja Justin menarik dan meletakkan kedua tangannya di pinggang Rheanne. Refleks, Rheanne pun meletakkan kedua tangannya di kedua bahu pria itu.

Kedua tubuh mereka bergerak mengikuti irama musik dansa. Jantung Rheanne sudah berdebar kencang sejak tadi. Sekuat mungkin Rheanne berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya, tapi tidak bisa. Perlakuan Justin kali ini benar-benar sukses membuat Rheanne tidak bisa berkutik sama sekali.

“Sir?” cicit Rheanne pelan.

“Aku hanya membutuhkan teman dansa,” ujar Justin pelan. Tatapannya menatap lurus wajah sekretarisnya itu.

Rheanne mendongak dan menahan napas tercekat saat jarak wajahnya dengan Justin begitu dekat. Kedua tangan Rheanne yang berada di bahu Justin semakin mendingin.

Dengan berani Rheanne menatap Justin. “Lalu, kenapa harus aku?”

Justin tidak langsung menjawab. Pria itu menelusuri wajah Rheanne dengan kedua mata tajamnya. “Karena kau sekretarisku,” sahut Justin kemudian.

Rheanne berdehem kaku. “Tapi Sir-“

Ucapan Rheanne terpotong saat Justin mencium bibirnya. Rheanne menatap Justin dengan wajah terkejut dan shock. Kedua matanya semakin melotot lebar mendapat perlakuan itu.

“Sir?”

Justin menyela. “I like your lips. It tastes sweet and soft,” ujar Justin pelan setengah berbisik.

“S-sir, apa yang kau lakukan?” tanya Rheanne gugup. Dia tidak berani untuk menatap wajah Justin lebih lama.

“Menciummu,” balas Justin singkat.

Rheanne berdehem gugup. “K-kenapa kau melakukan itu?”

Justin mengangkat satu alisnya. “Kau tidak suka?”

“Iya-eh, tidak.” Rheanne meralat ucapannya saat melihat Justin yang menatapnya seperti itu.

“M-maksudku, Ini ciuman pertamaku,” ucap Rheanne pelan. Dia merunduk seraya menggigit bibir bawahnya. “Kau mencuri ciuman pertamaku.”

Tanpa sadar Justin tersenyum tipis. Kemudian dengan lancang pria itu mendekatkan wajahnya pada permukaan leher Rheanne. Menghirup aroma wangi pada rambut dan ceruk leher milik Rheanne. Karena hal itu semakin membuat Rheanne tidak bisa mengatur detak jantungnya lagi. Rheanne melotot lebar di tempatnya.

“You are beautiful, I like it,” lirih Justin namun dapat didengar jelas oleh Rheanne.

Oke cukup! Rheanne tidak bisa menahan lagi. Jantungnya sudah benar-benar ingin melompat saja!

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status