Share

“Lemari Sialan”

Intan dan aku saling pandang, dengan gerakan tergesa-gesa kami melepaskan dekapan. Intan memungut pakaian nya yang terhambur di lantai.

"Sembunyi sayang," ucapku gugup sambil merapikan pakaian, sementara itu Layla masih mengetok-ngetok cukup keras di depan pintu. Syukur nya aku mengunci pintu.

"Sembunyi dimana?" Tanya Intan panik bukan main, pasti saja jika ada Layla, maka ada Naura pula.

"Intan sembunyi di kamar mandi ya?" Intan berlari ke arah kamar mandi.

"Jangan! Pasti ketahuan." jawabku bingung.

"Disitu! Kamu masuk disitu!" Aku menunjuk sebuah lemari pakaian yang sudah tidak terpakai dan tidak mungkin sekali Naura membuka nya.

"Mas?" Intan melotot.

"Yang benar aja aku di suruh masuk lemari!" Intan seperti tidak terima.

"Ayah!" Suara Layla terdengar lagi, Intan mendengus sebal lalu masuk ke dalam lemari besar di pojok ruangan. Aku mengunci nya dari luar, jaga-jaga saja.

Terdapat sedikit lobang di lemari itu, yang membuat Intan bisa mengintip keadaan di luar.

Setelah ku pastikan semua aman. Aku mengatur mimik wajah, seolah baru saja bangun tidur. Aku membuka pintu dan benar saja, ada Layla dan Naura.

"Ayah kok lama sekali sih buka pintu!" Ucap Layla kesal.

"Maaf, sayang. Ayah ketiduran." jawabku sambil menguap. Naura di belakang Layla meneliti ruangan, apa yang dia cari.

"Naura baru aja dari supermarket beli belanja bulanan, Layla minta mampir," ucap Naura. Dia mulai membaik, tidak marah-marah seperti pagi tadi.

Kami masuk ke dalam ruangan, duduk di sofa tempat aku dan istri keduaku bercinta.

"Aku mau main!" Layla segera berlari ke arah lemari mainan milik nya.

Aku duduk di samping Naura. Dada ku yang berdegup kencang kini mulai stabil.

"Mas," panggil Naura. Aku menengok ke arah nya.

Cukup kaget di buat nya, Naura memeluk ku erat dari samping, tidak bisa. Dia menyandarkan kepala nya di dada bidang ku.

"Maafin Naura ya sering marah-marah," ucap nya manis. Jarang sekali sudah kudengar ucapan manis dari istriku.

"Gapapa sayang." Aku reflek mencium pucuk kepala istriku.

"Naura sayang sama mas," ucap Naura. Sebenarnya aku bingung sekali, karna ini tidak seperti Naura yang kukenal.

"Apa dia tahu bahwa ada Intan?" ucapku dalam hati, lalu sedetik kemudian aku menggelengkan kepala. Tidak mungkin.

Intan di dalam lemari yang penuh nyamuk itu menggerutu tidak karuan, dia meremas kain-kain yang bergelantungan. Hati nya panas melihat suami nya bermesraan di depan nya.

Lalu dia melihat tidak lama dari itu Naura mencium pipi suami nya.

"Kurang ajar, berani-berani nya dia bermesraan di depanku!" ucap Intan tertahan, dia sudah sangat emosi dan di tutupi api cemburu.

Tangan dan kaki nya sudah penuh merah-merah di gigit nyamuk, dan hal yang paling sial bagi Intan adalah Naura dan Layla tidak pulang bahkan mereka berdua menunggu jam kerja selesai agar bisa pulang bersama. Sedangkan Intan harus terkurung hingga jam delapan malam. Belum lagi dia harus melihat keromantisan keluarga kecil di depan mata nya. Sangat menyebalkan.

*********

Aku tergesa-gesa keluar kamar, berniat pergi ke kamar Intan. Naura sudah tidur, akhir nya aku memiliki waktu bersama Intan. Walaupun seperti nya Intan akan sedikit merajuk, karna insiden di kunci di lemari.

Aku membuka pintu Intan yang tidak terkunci, aku lihat Intan terkesiap sebentar, kaget dengan kedatangan diriku, lalu membuang muka geram.

"Sayang," panggil ku. Lalu aku memeluk istri keduaku itu dengan penuh kehangatan. Dapat kurasakan buah dada nya yang menempel di dada bidang ku.

"Apa sih mas!" tukas Intan kasar, dia benar-benar sedang marah.

"Mas minta maaf, itu kan di luar kendali mas, yang penting sekarang kita bisa bermesraan kan," ucapku, sambil mengelus pundak nya dengan sayang.

"Jangan marah dong, nanti cantik nya hilang loh."

aku menciumi wajah Intan penuh rasa cinta. Memperhatikan setiap jengkal tubuh indah nya itu, membuatku menelan ludah.

"Besok kita jalan-jalan, mas janji," aku melontarkan penawaran yang seperti nya berhasil karna membuat Intan tersenyum sumringah.

"Janji? Aku mau berbelanja baju mas," rengek Intan.

"Apapun yang kamu mau," ucap ku, sembari mencium kening istri ku.

Setelah berhasil membuat nya luluh, Intan kembali ke mode awal, perempuan yang manja, dan istri yang menyenangkan. Dia selalu memeluk diriku dengan mesra. Membuat aku merasa dicintai sepenuh hati.

Aku sudah tidak tahan lagi, aku mengecup bibir nya yang ranum, tangan ku bergerak aktif, menjamah apa saja yang dapat kujangkau. Gairah ku sudah di atas kepala, siap meledak kapan saja.

Intan berbaring di kasur, menatap ku dengan pandangan yang menggoda, dia menggigit bibir bawah, membuka tangan selebar mungkin, seolah menegaskan, bahwa dia sudah siap menjadi santapan ku malam ini.

Tidak menunggu lama, aku menanggalkan pakaian ku, melempar nya kemana saja. Beberapa detik kemudian Intan sudah tepat berada di bawah ku.

“Lebih cepat mas,” Intan meremas punggungku, membiarkan kenikmatan terasa antara kami berdua.

Kami melewati malam penuh gairah dengan perasaan senang. Seolah membalas kegagalan yang kami alami di malam sebelum nya. Kami berdua berakhir bercucuran keringat, terbaring lelah karna terlalu bersemangat.

Selang beberapa saat, aku bangun dari posisi tidur ku. Intan menengok ke arahku lalu bertanya, "Mau kemana mas?"

"Kembali ke kamar sayang, nanti Naura curiga," ucapku sembari memasang pakaian yang tadi tergeletak tak beraturan. Intan cemberut, menghela nafas gusar.

"Aku rasa cuman jadi alat pemuas kamu, setelah di pakek aku di tinggal gitu aja!" Intan terlihat marah kepadaku.

"Bukan gitu sayang, kita kan harus menjaga rahasia ini rapat-rapat." aku menenangkan istriku itu.

"Sampe kapan! Aku juga mau jadi istri yang sah di mata semua orang!" aku menggaruk kepala ku, semakin runyam saja permintaan Intan.

Kemarin dia meminta satu atap, sekarang meminta sah di mata semua orang.

"Gak bisa sayang, akan menimbulkan masalah," ucapku dengan lembut.

"Masalah, masalah, masalah, istri mana yang gak sakit hati mas disembunyikan gini!"

Aku menghela nafas, semakin bingung ingin

berkata apa. Salah kata sedikit saja, akan panjang urusan nya.

"Iya, mas usahakan secepat nya ya,"ucapku menenagkan.

"Hmm." jawab Intan seada nya.

Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, aku bergegas kembali ke kamar, aku takut jika Naura terbangun dia bingung tidak mendapati aku di samping nya.

Setelah sampai di kamar, jantung ku berdegup sangat kencang. Bagaimana tidak? Naura duduk di ranjang, menatap kosong ke arah pintu.

"Kamu dari mana?" tanya Naura dingin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status