Share

143. Kurang 1 Hari

Hari ke dua puluh sembilan.

Nadina semakin meyakinkan dirinya, jika mulai besok malam ia harus berbagi suami dengan wanita lain yang juga tengah mengandung putra dari suaminya.

“Apa kali ini aku salah telah percaya kepadanya? Apakah malam itu Mas Nadhif benar-benar telah melakukannya? Apakah ia melakukannya dengan sadar? Atau tidak? Tetapi apa pentingnya itu?”

“Semua sudah terjadi. Bahkan hingga hari ini, Mas Nadhif tidak bisa membuktikan apapun. Semua yang dia katakan hanyalah pendapatnya tentang malam itu, bukan fakta dan buktinya.”

Nadina menundukkan kepalanya dan menenggelamkannya di antara dua tangan yang berpangku pada lutut yang ia tekuk di atas ranjang.

Aminah datang ke dalam kamar usai mengetuk pintu dan tak mendapat sahutan. Wanita paruh baya itu duduk di depan Nadina lalu mengelus tangan sang menantu pelan.

“Umi! Kapan– kapan umi tiba? Maafkan Nadian, pasti Nadina melewatkan salam dari Umi!” pekik Nadina.

“Bagaimana kabarmu, Nadina? Umi tak berani menemuimu sejak per
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status