Share

07. Pertemanan (?)

"Ras, kayaknya kamu bayi tabung aja, deh. Biar lebih cepet prosesnya."

Laras mengacak rambutnya frustasi ketika mengingat ucapan Bella tadi sore. Saat itu Laras sedang duduk sambil menonton drama favoritnya di ponsel miliknya, lalu Bella tiba-tiba pulang ke rumah dan mengatakan sebuah kalimat yang menurut Laras sangat menyebalkan. Bukannya ia menunggu momen untuk tidur dengan Jovian atau apa pun itu, tapi menurut Laras ucapan Bella sudah keterlaluan. Kalau ujung-ujungnya ia harus menjalankan prosedur bayi tabung itu, lalu untuk apa dirinya menikah dan membatalkan beasiswanya?

"Kenapa lagi kali ini?" tanya Chandra yang baru saja meletakkan minuman di hadapan Laras.

Benar, perempuan itu sekarang sedang berada di kafe milik Chandra, sebab ia tidak ingin terus berduaan dengan Bella di rumah itu.

"Lo tau nggak, si Bella itu ngomong apa?" Laras mengaduk minumannya kasar. "Kayaknya kamu bayi tabung aja deh, biar cepet prosesnya," katanya sambil meniru gaya bicara Bella.

"Lah? Terus ngapain sampe nikah kalo ujung-ujungnya bayi tabung juga?"

"Gue dipermainkan nggak sih, Chan? Ya Tuhaaaan gini amat hidup gue?!"

"Tapi bagus juga nggak sih, Ras? Lo jadi nggak perlu tidur sama si Jovian itu, kan?"

"Nggak ada bagus-bagusnya, Anjir! Dari awal gue terima ini semua juga udah nggak ada bagus-bagusnya!"

"Ya terus lo berharap buat tidur sama Jovian itu?"

"Ya ...." Ada sedikit jeda sebelum Laras melanjutkan kalimatnya. "... nggak sih, Chan."

"Terus apa masalahnya?"

"Chan, mau gimana pun bentuk pernikahannya, meski mungkin pernikahan gue salah, tapi gue juga berharap gue nggak perlu nikah untuk ke dua atau ke tiga kalinya." Laras bisa melihat dengan jelas, ada gurat kecewa pada wajah Chandra.

"Semua orang juga maunya nikah sekali seumur hidup kan, Chan? Apa lagi kalo gue hamil dan punya anak, gue nggak mungkin pisah gitu aja sama Jovian. Selain gue nggak mau anak gue punya orang tua broken home, gue juga nggak mau dipisahin sama anak gue."

"Makanya gue bilang dari awal juga semua udah salah. Mau gimana pun bentuknya, gue akhirnya nggak akan bisa pisah sama Jovian. Jadi di pernikahan sekali seumur hidup itu, apa gue sama sekali nggak boleh tidur sama dia? Gue nggak boleh ngerasain pernikahan normal kayak orang lain?"

Chandra terdiam. Laki-laki itu tidak memiliki apa pun untuk dikatakan pada Laras. Ia cukup tahu, bahwa kesempatannya untuk mendapatkan Laras sudah benar-benar tidak ada. Maka yang bisa ia lakukan hanya menjadi pendengar dalam setiap keluh kesah Laras, juga menjadi pendukung dalam setiap langkah yang akan Laras ambil.

"Dan lo tau apa yang bikin gue lebih sakit hati daripada omongan Mbak Bella?" tanya Laras dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, "Jovian bilang kalo dia nggak bisa kasih apa-apa selain uang. Dia ngelarang gue buat berharap apa pun sama dia. Gue ... jadi kayak jal*ng yang dibayar buat kasih dia anak, kan?"

"Ras, lo sama sekali bukan jal*ng. Lo lebih berharga dari yang lo pikir." Chandra menyandarkan tubuhnya, lalu menatap jauh ke luar jendela. "Gue udah tawarin lo bantuan, Ras. Gue nggak main-main pas bilang mau pinjem duit ke orang tua gue buat bayar hutang bokap lo. Lagian apa bedanya duit gue sama duit Jovian?"

"Gue cuma nggak mau jadi beban buat lo, Chan. Lo udah cukup banyak bantu gue selama ini. Gue nggak bisa bawa lo ikut campur lebih jauh lagi dalam hidup gue yang berantakan ini."

"Lo bukan beban, Ras. Gue nggak pernah anggap lo beban."

Laras terkekeh sejenak, lalu menghela nafas panjang. "Lo bahkan nggak bisa punya pacar karena terlalu sering sama gue, Chan. Kalo lo bantuin gue sejauh itu, lo nggak akan punya kehidupan sendiri."

"Gue mau hidup sama lo, Ras. Mungkin ini terlambat, tapi gue mau hidup sama lo. Jadi ayo kita balikin duit Jovian dan mulai hidup lo sama gue."

"Chan," panggil Laras dengan suara bergetarnya, "gue bukan perempuan yang bisa lo jadiin sandaran. Hidup gue terlalu berantakan untuk lo susun satu-satu. Lo bakal capek sama gue, dan berakhir nyesel sama keputusan lo sendiri."

"Gimana kalo gue milih buat nggak peduli dan tetep mau sama lo? Ras, lo nggak bisa liat, ya, gimana sayangnya gue sama lo selama ini?"

"Chan ...."

"Lo nggak tau seberapa besar keinginan gue buat bawa lo kabur sebelum lo nikah kemarin. Lo nggak tau seberapa keras gue nangis dan nyalahin keadaan karena gue harus ngelepasin lo nikah sama orang lain. Gue nggak ngerti, lo cuma pura-pura bodoh atau lo emang nggak tau kalo selama ini gue sesayang itu sama lo."

"Selama ini gue cuma sembunyi, Ras," lanjut Chandra, "gue cuma sembunyi dibalik kata 'pertemanan' itu."

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status