Share

Mengadopsi Anak Setan
Mengadopsi Anak Setan
Penulis: Fbrmanda

Prolog

"Pak, sholat dulu. Sudah adzan Maghrib itu," ujar seorang perempuan beberapa saat setelah mendengar suara adzan dari surau terdekat.

"Libur dulu lah, Buk. Bapak masih capek. Hari ini panen kita lumayan banyak jadi harus kerja ekstra. Toh, rezeki kita masih lumayan."

Sang istri lantas menoleh. Suaminya ini memang susah sekali bila diajak beribadah. Apalagi sejak tanaman cabai mereka memberikan hasil yang melimpah, suaminya semakin jauh dari Tuhan lantaran menganggap hidupnya sudah berkecukupan. Ia lupa, bahwa Yang Kuasa mampu memutarbalikkan derajat manusia. Bila saat ini kita bergelimang harta, belum tentu esoknya akan mengalami nasib serupa.

"Bapak nggak boleh gitu. Inget Tuhan cuma pas lagi butuhnya saja. Giliran sudah merasa mampu, langsung lupa segalanya."

"Wes tho, Bu, menengo. Bapak ini lagi capek habis pulang dari kebun, jangan malah diceramahi."

Istrinya mencebik kesal. "Yo wes, sak karepe sampean. Kena tulah baru tahu rasa nanti." Ia masuk ke dalam, meninggalkan suaminya yang sedang berleha-leha di dapur untuk melaksanakan ibadah sholat Maghrib.

"Tulah, tulah. Kayak bakalan mati besok saja. Tulah duit baru ada." Ia kembali merebahkan diri pada kursi panjang yang terbuat dari bambu. Mengipasi tubuhnya sendiri yang kegerahan dengan lembaran uang berwarna merah dan biru. "Enaknya jadi orang kaya. Pantes para pejabat banyak yang korupsi. Wong duit iku wangi." Lantas tertawa cekikikan.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Diikuti dengan derit dari pintu belakang yang lumayan nyaring. Tak berapa lama kemudian ....

Brak!

Pintu belakang dibanting sangat keras. Sang laki-laki yang sedang asyik beristirahat sontak langsung terbangun karena terkejut mendengar suaranya.

"Buk, jangan marah-marah tho. Kalau marah seksinya ilang nanti. Ibu minta apa? Besok Bapak ajak ke pasar biar Ibu sama anak-anak bisa beli apapun yang kalian mau," teriak laki-laki itu, menganggap bahwa sang istri lah yang baru saja membanting pintu.

Hening. Tak ada jawaban.

"Buk? Ibu?" Ia bangun dari kursinya. "Sayang?"

Masih tidak ada yang menyahut. Hingga akhirnya semilir angin berhembus pelan. Menerbangkan aroma busuk yang menyengat hidung.

"Bau apa tho ini? Kayak bau bangkai." Kemudian membaui aroma tubuhnya sendiri. "Bukan dari badanku. Malah aku wangi. Wangi duit. Padahal belum mandi."

Aroma busuk kian meraba indra penciuman. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, hingga akhirnya ia terperanjat karena mendapati orang asing memasuki rumahnya. Ia adalah seorang anak perempuan yang berdiri di belakangnya tanpa busana. Menatapnya tajam dengan ekspresi menyeramkan.

"Sopo kowe?" tanya laki-laki itu.

Anak itu diam saja. Lantas tanpa aba-aba, ia berlari ke arah sang laki-laki yang gemetar ketakutan. Korbannya tak sempat menghindar. Ketika ia mundur beberapa langkah, kakinya justru menghantam kaki meja hingga ia jatuh terjengkang. Dibarengi oleh sang anak perempuan yang langsung menduduki perutnya. Anak itu menundukkan kepalanya kemudian menggigit leher pria tersebut hingga dagingnya koyak. Cairan kental kemerahan bersimbah di mana-mana.

"Arrrgh! Lepasin! Buk, tolong, Buk! Ibukkk!" teriak sang pria sangat kencang. Akan tetapi, istrinya seperti mendadak tuli. Bahkan bayangannya pun tak sampai pada laki-laki tersebut.

Beberapa saat kemudian, barulah perempuan yang sejak tadi dipanggil namanya datang dengan masih mengenakan mukenah. Ia sempat bingung karena tak mendapati keberadaan suaminya, tetapi ketika mendengar suara seperti seseorang yang tengah memakan sesuatu dengan amat rakus disertai bau amis darah, barulah ia menyadari sesuatu.

"Ya Allah, Ya Rabbi! Bapak!" pekiknya.

Perempuan itu nyaris ambruk karena tak kuasa menahan rasa terkejut. Bagaimana tidak, suaminya sudah meregang nyawa dengan leher yang sebagian koyak dan d*rah yang masih mengalir dari sana. Sementara di atasnya, ada anak perempuan yang sibuk menghisap bahkan memakan daging suaminya dengan begitu rakus. Seolah-olah itu adalah permen terlezat yang belum pernah dicicipi sebelumnya. Ia sudah seperti drakula yang haus darah.

Menyeramkan.

"Dasar Anak Setan! Mati wae kowe, mati!" Ia mengambil apapun yang ada di sekitarnya, lantas memukuli tubuh si kecil dengan membabi-buta.

Tak berapa lama, kabar kematian sang suami pun menyebar dengan cepat. Semua warga berbondong-bondong mendatangi rumahnya untuk berbelasungkawa atau sekedar melihat anak setan yang berhasil diamankan warga.

Empat jam setelah kejadian itu, atas usul dari tetua di Desa Keramat, sang anak setan akhirnya diarak warga menuju hutan. Tubuhnya diikat dengan tali yang sudah dibacakan mantra kemudian ia dikurung di dalam rumah kosong yang telah lama ditinggalkan pemiliknya.

Tak ada yang tahu bagaimana kabar anak itu selanjutnya. Sempat beredar kabar bahwa ia masih hidup sampai sekarang, dengan segala ancaman dan kutukan. Konon, bagi siapa saja yang berani mendekatinya, maka ia akan mendapat sial tujuh turunan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status