Share

Bab 2

"Mahakarya yang sangat sempurna."

Arkeolog memeriksa kujang emas dengan kaca pembesar, tiada cacat sama sekali.

"Anda mendapatkan dari mana? Orang itu bodoh sekali menjualnya."

"Apa keistimewaan kujang itu?" tanya Arjuna. "Selain terbuat dari emas murni."

Kujang itu petunjuk yang tertinggal dalam tragedi cinta satu malam. Ibunya menemukan kujang itu tergeletak di meja saat terbangun keesokan harinya.

"Kujang emas ini peninggalan abad enam belas jika dilihat dari motifnya," kata arkeolog. "Senjata pusaka kasta ksatria."

"Kau tahu berapa nilainya?"

"Kujang ini tak ternilai. Kau tinggal sebutkan harga, mereka langsung mengeluarkan uang."

Berarti bapaknya seorang kolektor seni yang kaya raya.

Tidak banyak orang yang mempunyai kegemaran gila di negeri ini.

Di kepalanya mulai muncul beberapa tokoh publik dan konglomerat.

"Kau punya alamat kolektor seni terkemuka?"

"Tentu saja. Mereka sering meminta pendapatku. Tapi buat apa kau tanyakan alamat mereka? Kau mau menjual kujang ini?"

"Kau bilang tak ternilai, aku bingung menetapkan harganya."

"Kujang ini jangan dijual di bawah tiga ratus miliar."

Daftar nama mulai mengerucut, konglomerat eksentrik saja yang berani mengeluarkan uang sebanyak itu.

Barangkali juga bapaknya seorang arkeolog, ia lagi merayakan penemuan benda bersejarah malam itu.

"Dua puluh lima tahun silam, apakah ada arkeolog yang mengadakan eksplorasi untuk mengetahui kehidupan rakyat Pasundan di masa lampau?"

"Ada beberapa, hingga sekarang belum selesai, tapi aku belum pernah mendengar kabar tentang penemuan kujang pusaka ini."

Barangkali belum dilaporkan dalam jurnal ilmiah, pikir Arjuna, kujang emas keburu hilang.

Bapaknya pasti mencari keberadaan kujang itu, atau ia terpaksa merelakan karena takut bertanggung jawab.

Arjuna bukan hanya menemui arkeolog terkemuka itu, ia mendatangi beberapa arkeolog lagi, tapi semua mengecewakan.

"Lalu kujang ini berasal dari mana kalau kalian tidak pernah mendengar beritanya?" keluh Arjuna.

"Aku sarankan anda datang ke kolektor seni," kata sang profesor. "Aku ada beberapa nama."

Arjuna menjumpai beberapa nama yang diberikan, namun mereka membuat dirinya muak, mereka menganggap kujang itu ilegal karena tidak memiliki surat keterangan.

"Kalian tahu siapa aku," gerutu Arjuna jengkel. "Bagaimana mungkin aku menyimpan barang ilegal?"

Kolektor terakhir yang ditemui adalah presiden komisaris Nagasoka Grup.

Pria separuh baya itu ayahnya Ulupi, teman SMA-nya.

Nagasoka juga tidak tahu pemilik kujang emas yang dibawanya.

"Aku mesti mencari ke mana lagi pemilik kujang ini?" keluh Arjuna.

Arjuna tidak mungkin bercerita terus terang kepada mereka. Ia sudah terbiasa menikmati rasa hormat.

Jika mereka tahu kujang emas adalah pembayaran secara tak langsung atas kenikmatan yang didapat dari ibunya, ia pasti kesulitan mencari calon istri dari keluarga bangsawan modern.

"Aku kira ada pengagum rahasia memberi hadiah ulang tahun secara diam-diam," kata Ulupi. "Ia ingin membuatmu penasaran."

Arjuna enggan melayani percakapan soal pengagum rahasia, sebuah pepesan kosong dari cerita recehnya.

Setidaknya Arjuna sudah memperoleh gambaran kalau ayahnya bukan orang biasa.

"Kau masih ingat Lesmana?" tanya Ulupi. "Sejak SMA hobi memburu ghost, sekarang jadi cenayang terkenal, followers-nya jutaan, barangkali ia bisa membantu."

Lesmana jadi obyek bullying di kelas, ia sekolah di SMA internasional tapi tiap hari berinteraksi dengan hantu lokal, barangkali karena wajahnya rusak mirip hantu.

"Kapan kau ada waktu untuk mengantarku ke rumahnya?"

Arjuna sudah kehabisan alamat untuk mencari informasi, barangkali Lesmana dapat memberi petunjuk melalui penerawangannya.

"Aku kasih alamat rumahnya.. Aku tidak bisa mengantar, ada agenda penting siang ini."

"Sepenting apa schedule itu sampai tidak sempat menolong teman SMA mu?" tanya Nagasoka. "Aku kira acara sama circle bestie mu bisa di cancel."

Arjuna tahu kenapa Ulupi keberatan mengantarnya, ia kuatir terjebak CLBK.

Arjuna adalah pacar pertama Ulupi sejak mengenal cinta.

Tapi mereka sekarang sudah memiliki pasangan.

"Aku ingin menjaga perasaan calon suamiku," kata Ulupi dalam perjalanan. "Perasaan Chitrangada juga."

"Chitrangada bukan perempuan posesif," sahut Arjuna. "Jadi aku bebas pergi dengan siapa saja."

"Juga pergi dengan mantan terindah?"

"Kamu terlalu indah untuk menjadi mantan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status