Share

Bab 3

"Tertutup cahaya putih."

Lesmana membuka mata dengan wajah berkeringat, kelihatan berat sekali untuk mencari tahu siapa pemilik kujang emas.

Lesmana sudah menyerah dari tadi kalau bukan permintaan sahabat lamanya.

"Sulit sekali menembus cahaya itu."

Arjuna merasa kasihan melihat kondisi cenayang itu, sepertinya kalah ilmu sehingga tidak sanggup membuka tabir.

Barangkali bapaknya berilmu tinggi, atau mempunyai guru spiritual untuk menutup penerawangan dari kompetitor bisnis atau orang berbuat jahat.

"Jangan paksakan," kata Arjuna. "Terima kasih atas bantuanmu."

"Kujang ini memiliki kesaktian luar biasa." Lesmana mengembalikan kujang emas yang dipegangnya. "Hawanya sangat aneh."

Kujang receh dibilang sakti, keluh Arjuna dalam hati. Lamarannya pasti diterima Angada kalau kujang itu sakti.

Nyatanya kujang emas tidak dapat menolong dirinya, pemiliknya saja gelap.

Ia curiga Lesmana cenayang konten, padahal ilmunya kosong.

"Aku ada beberapa kenalan cenayang," kata Ulupi setelah meninggalkan rumah Lesmana. "Siapa tahu mereka bisa membantu."

"Punya podcast juga?" toleh Arjuna tanpa gairah, sambil mengendarai mobil cukup kencang. "Aku kira mereka hanya akting, kemampuan nol."

"Jangan nething gitu dong. Aku yakin kujang itu benar-benar sakti sehingga Lesmana tidak sanggup menerawangnya."

"Yang jelas, kujang emas telah menimbulkan masalah bagiku."

"Masalah apa?" Ulupi memandang tak mengerti. "Kamu kan tinggal simpan kujang itu dan menunggu pemiliknya datang. Kamu saja sok baik ingin memulangkan kujang itu."

Arjuna sudah menyampaikan cerita yang berbeda kepada Ulupi sehingga mendapat tanggapan seperti itu.

"Kujang itu jadi beban pikiranku karena harganya tak berseri," kilah Arjuna.

Mereka tidak boleh tahu kalau kujang emas adalah pengganti bapaknya! Tapi kujang tidak mungkin menghamili ibunya!

Bagaimana kalau kujang itu jelmaan siluman?

Arjuna berpikiran begitu ketika beberapa cenayang yang ditemui mengalami kejadian aneh.

"Tobaaat!" teriak cenayang tua dengan kening berdarah kena selut kujang, ia segera melemparkan kujang yang dipegangnya. "Bawa pergi kujang itu! Ia mau mencelakai diriku!"

Padahal cenayang itu sendiri menghantamkan gagang kujang ke dahinya.

Ada juga cenayang muda yang terpental dan jatuh pingsan karena tidak kuat menerawang. Disebut akting, ia bukan sedang live.

"Kujang setan kau bawa ke hadapanku!" hardik cenayang terakhir yang ditemui. "Kau mau membuat aku mampus?"

Jubah cenayang itu terbakar kena bara dupa yang tumpah kejatuhan kujang emas, padahal sudah digenggam erat-erat.

Arjuna yang duduk di hadapannya kena percikan api sehingga tangannya mengalami luka bakar ringan.

Arjuna marah. "Bapak saja kurang hati-hati! Jangan jadi paranormal kalau pegang kujang saja tidak becus!"

Hampir terjadi keributan kalau Ulupi tidak segera melerai dan mengajak Arjuna pergi.

Arjuna tersinggung kujang emas disebut kujang setan. Kalau benda pusaka yang nilainya ratusan miliar dibilang setan, lalu apa sebutan untuk cenayang yang harganya lima ratus ribu?

"Bagaimana kau mempunyai kenalan cenayang ODGJ begitu?" gerutu Arjuna dalam perjalanan pulang sehabis berobat ke dokter. "Kujang emas dibilang kujang setan. Nah, terus mukanya yang mirip setan disebut apa?"

Ulupi tersenyum. "Kamu lucu kalau lagi marah."

Arjuna heran, bagaimana Ulupi menyebutnya lucu sementara perempuan lain menyebutnya pria dari kutub Utara?

Chitrangada saja sering kedinginan berada di dekatnya!

"Kamu juga lucu kalau lagi ngomong lucu," kata Arjuna keki. "Kau bawa aku kepada orang-orang jago drama."

"Mereka sungguhan tidak dapat mengendalikan kujang emas. Masa drama sampai banjir keringat? Sekarang terbukti, ilmu Lesmana lebih tinggi dari mereka."

"Jadi kau ingin membuktikan kepandaian Lesmana dengan membawaku kepada cenayang receh itu?"

"Aku ingin membuktikan kepadamu kalau aku bukan mantan pendendam, seharian aku mengurusi dirimu. Aku belum pernah bepergian seharian bersama calon suamiku."

Arjuna mengakui perpisahan di masa lalu akibat kesalahan dirinya, namun tidak elok membuka cerita yang telah tamat. Tidak ada cerita jilid dua bagi mereka, selain pengkhianatan kepada pasangan mereka.

"Maksudmu apa dalam setiap pertemuan menyebut mantan?" tanya Arjuna. "Kau seolah ingin mengingatkan aku pada masa lalu. Masa SMA adalah masa paling indah, bahaya kalau dikenang."

Mereka melewati sebuah hotel bintang lima.

"Stop stop."

Arjuna menginjak rem dan berhenti.

Ia menggerutu, "Begitu saja ngambek."

"Yang ngambek siapa? Aku kayak melihat mobil Wisnu di hotel itu!"

"Calon suamimu?"

"Buat apa aku mengurusi orang lain?"

Arjuna memundurkan mobil sampai terlihat pelataran lobi hotel.

Sepasang insan turun dari dalam mobil dan berjalan menaiki tangga lobi.

Ulupi memandang tak percaya, Arjuna juga.

"Calon suamiku check in sama siapa?"

"Chitrangada."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status