Share

Bab 5

"Celaka!"

Arjuna terduduk lemas di kursinya. Nasib baik seolah tak berpihak padanya.

Padahal ia menyebutkan nama yang sekiranya tidak dikenal, ternyata menjadi rekan bisnis Chitrangada.

"Kenapa aku bilang Rara Ireng pilihan bapakku?"

Rara Ireng adalah musuh bebuyutan sewaktu SMA, dan menjadi kompetitor bisnis setelah mereka menjadi CEO.

Perseteruan mereka barangkali sampai kiamat kalau Rara Ireng tidak meneruskan bisnis ayahnya dan tinggal di Kuala Lumpur.

Perusahaan di Jakarta dipegang adiknya, dan Arjuna baru merasa tenteram dan damai.

Chitrangada muncul dari toilet, ia mengeluh, "Aku tidak tahu apa keistimewaan Rara Ireng sampai bapakmu tidak menyetujui aku jadi menantunya."

"Mantannya lebih sedikit."

"Ada pengaruhnya bagimu?"

"Tidak ada."

Mantan Arjuna juga banyak sampai ia menemukan gadis yang cocok untuk mengakhiri petualangannya.

"Aku tinggal di Boston untuk menimba ilmu, bukan menimba budaya mereka," kata Chitrangada. "Lalu apa masalahnya dengan paham konservatif bapakmu?"

"Jangan memperdebatkan hal yang aku sendiri muak."

"Bagaimana jika bapakmu bersikeras tidak mau datang untuk melamar diriku?"

"Jawabannya ada di papi kamu."

"Papiku pasti tersinggung. Jadi aku minta kamu datang bersama bapakmu meski bapak pura-pura."

Chitrangada memilih jadi perawan tua ketimbang berumah tangga selain dengan Arjuna.

Keinginan Papi sebenarnya sederhana, ia menginginkan Arjuna datang bersama bapaknya, sebagaimana melamar putri orang terpandang.

"Hari ini kita lunch di restoran hotel di mana Rara Ireng menginap."

"Aku lagi menunggu tamu."

"Kau bilang hari ini tidak mau diganggu."

"Ibuku memaksa. Bagaimana aku dapat menolak permintaan presiden komisaris?"

Kolektor barang antik dari negeri jiran ingin melihat kujang emas yang ditawarkan ibunya, ia sudah berada di Jakarta, jadi tidak mungkin ditolak.

Arjuna curiga kolektor itu adalah bapaknya, ia berani menaikkan tawaran secara fantastis tanpa melihat barangnya secara langsung.

Arjuna bahkan rela memberikannya secara cuma-cuma asal kolektor itu bersedia untuk tes DNA.

"Bukan alibimu untuk menjaga perasaanku karena bertemu calon kan?"

"Rara Ireng tidak tahu kalau ia menantu idaman bapakku. Aku juga belum pernah penjajakan."

"Jadi keinginan bapakmu saja?"

"Bapakku menginginkan menantu terbaik untuknya, bukan untukku."

Padahal Arjuna kuatir kontrak kerja sama mereka ambyar kalau ia hadir dalam pertemuan itu.

Satu-satunya lelaki paling menyebalkan dan dibiarkan hidup dalam pikiran Rara Ireng adalah Arjuna.

Ia takut lupa dengan permusuhan mereka kalau wajah itu dilenyapkan dari otaknya.

Rara Ireng sakit hati disebut cewek kloning gara-gara nama belakang tidak sesuai dengan kulitnya yang putih eksotik.

"Jadi menurutmu siapa yang terbaik?"

"Yang bertanya."

"Pertahankan cintamu karena di hatiku tidak ada lagi selain cintamu."

Keteguhan Chitrangada memaksa Arjuna berusaha keras menemukan bapaknya.

Kesempatan terakhir adalah kolektor dari negeri jiran itu.

Arjuna mengantar Chitrangada sampai basement parkir, ia berpesan, "Jangan bicara apapun tentang diriku, kecuali kau ingin Rara Ireng berubah pikiran."

"Jangan paksa juga bapakmu, kecuali ingin hidup kita ribet."

"Sudah ada relawan untuk bapak pura-pura, tapi ujungnya ribet juga kalau papimu tahu."

"Jangan sampai tahu sebelum kita married."

Risiko terburuk, Chitrangada dicoret jadi penerus dinasti, ia siap memulai karir dari nol.

Arjuna tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Bapaknya mesti ditemukan.

Arjuna mencari biodata Datuk Cakil di internet; ia seorang pengusaha terkemuka Asia Tenggara, kolektor seni, mempunyai tiga anak dari tiga istri, pecandu adrenalin.

"Hobi aneh untuk seorang taipan," komentar Arjuna sambil masuk lift khusus menuju lantai paling tinggi. "Petualang cinta juga. Kuat dugaan, aku adalah anak pertama dari cinta satu malam."

Datuk Cakil mengambil istri setelah tragedi di hotel berbintang itu.

Ia ingin menghapus jejak dengan mempersunting perempuan Melayu.

Arjuna berarti anak tak dianggap, ia tersinggung. Datuk Cakil sangat merendahkan ibunya gara-gara banyak TKW di negeri jiran.

"Jangan berpikir kejauhan," kata Dewi Priti. "Gara-gara kau jadi calon menantu tak dianggap, maka langsung saja berpikiran begitu."

"Ibu tidak curiga kalau Datuk Cakil adalah pemilik kujang emas?"

"Datuk Cakil bukan pria di malam itu, aku ingat wajahnya."

"Malam itu Ibu separuh sadar karena pengaruh obat, bagaimana Ibu ingat wajahnya?"

Sekretaris Dewi Priti memberi tahu lewat telpon internal kalau tamu dari tanah Melayu sudah datang.

"Persilakan masuk," kata Dewi Priti.

"Baik, Bu."

Selang kemudian Datuk Cakil masuk bersama pengacaranya.

Dewi Priti mempersilakan duduk, lalu ia berkata kepada putranya, "Cepatlah kau ambil barangnya."

Arjuna pergi ke ruang kerjanya. Ia sebetulnya keberatan kujang emas dijual, namun ia sulit menolak keinginan ibunya.

Gara-gara kujang emas kerjanya terbengkalai. Beberapa agenda dijadwal ulang karena belum ada persiapan.

Arjuna membuka laci meja. Ia terkejut kujang emas tidak ada.

"Siapa yang mengambil?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status