"Kujang setan."
Arjuna teringat pada cenayang yang terbakar jubahnya gara-gara kujang emas. Ia belum keluar dari rumah sakit karena mengalami luka bakar cukup serius. Arjuna menyesal sudah memaki-maki cenayang itu. "Datang dan pergi seenaknya." Dewi Priti terkejut mendengar ucapan itu, ia sampai urung keluar dari ruang kerja putranya. "Ada apa?" Arjuna mengeluarkan kujang emas dari laci. Dewi Priti melotot. "Tadi kulihat laci itu kosong, bagaimana sekarang ada di laci?" "Ibu bertanya pada siapa?" Arjuna pusing memikirkan keanehan itu. Kujang emas dimasukkan ke tas kerja. Dewi Priti segera menghubungi Datuk Cakil, sambil berkata, "Mumpung belum jauh." Perkiraannya Datuk Cakil baru keluar dari basement parkir. "Kenapa pikiran Ibu sederhana sekali?" Arjuna kesal melihat ibunya menghubungi datuk dari seberang itu. "Mestinya Ibu tahu kujang emas tidak mau berpindah tangan, ia pasti menghilang lagi kalau Datuk Cakil datang." Arjuna pergi meninggalkan ruang kerja. "Mau ke mana?" tanya Dewi Priti. "Aku sudah bilang mau pulang, berendam di jacuzzi. Otakku stres mengurusi kujang emas." Sekarang Arjuna percaya dengan omongan Lesmana bahwa kujang emas memiliki kesaktian luar biasa, tapi juga membuat jengkel luar biasa. Arjuna curiga kujang emas telah membuahi ibunya, ia berubah menjadi pria gagah dan tampan lalu menjadi kujang lagi setelah membebaskan ibunya dari pengaruh obat. Seharusnya tidak menjadi kujang lagi! Tapi bertanggung jawab! "Bukan hal aneh jika kecurigaan mu benar terjadi," kata Lesmana ketika Arjuna mampir di rumahnya. "Senjata bertuah bisa berubah menjadi apa saja sesuai keperluan." Arjuna sudah mengarang cerita bahwa kujang emas berubah menjadi ketua kartel saat ada preman mengganggunya, sekedar alibi untuk menguatkan kecurigaannya. "Logikamu sulit untuk melihat fenomena seperti itu," kata Lesmana. "Kau sampai mem-bully aku saat bercerita tentang benda kuno di SMA sempat menghilang beberapa hari karena mau dilelang, dan aku merasakan keberadaannya dengan indera keenam." Arjuna heran Lesmana tidak mengetahui kebohongannya. Padahal menurut Ulupi, ia mampu membaca hati dan pikiran manusia, sehingga memaksa mereka untuk jujur. Arjuna menduga kujang emas telah melindunginya dari penerawangan cenayang yang lagi viral itu. "Siapa saja teman kita yang sering datang ke tempatmu?" tanya Arjuna ingin tahu. "Semua," jawab Lesmana. "Kau orang terakhir." "Rara Ireng juga?" "Ia selalu mampir ke rumahku setiap kali berkunjung ke tanah air, ia dan Chitrangada sekarang lagi dalam perjalanan ke rumahku untuk melihat prospek kerja sama mereka." "Jadi teman-teman berkonsultasi denganmu setiap ada urusan bisnis?" "Aku berusaha melihat apa yang tidak terpikirkan oleh mereka supaya ke depannya menjadi lancar." Teman sekelas mereka semua menjadi orang sukses, baik yang terjun di dunia politik maupun dunia bisnis, berkat bantuan Lesmana. "Kenapa kau tidak memilih jadi konsultan bisnis? Cenayang adalah profesi pro dan kontra di masyarakat." "Sejak remaja aku menyukai dunia supranatural, aku memperdalam kemampuan karena aku suka, bukan karena pro dan kontra." Arjuna merasa sudah waktunya pergi sebelum Rara Ireng datang. Mereka cukup lama tidak bertemu, pasti perempuan itu kangen untuk berantem. Arjuna bertanya satu hal lagi, "Apakah Rara Ireng pernah memintamu untuk menyantet diriku?" "Rara Ireng pernah memintaku untuk membuatmu tergila-gila padanya," jawab Lesmana. "Ia ingin membuatmu patah hati sepatah-patahnya." Arjuna jadi kuatir bagaimana nasib kerja sama itu kalau ia tahu Chitrangada adalah calon istrinya. "Tapi aku tidak pernah membantu untuk hal yang merusak." Rara Ireng tidak perlu meminta bantuan cenayang untuk menghancurkan dirinya. Ia cukup mengibarkan bendera perdamaian dan mempersembahkan sepotong cinta untuk kemudian dihempaskan. Lelaki sulit menolak pesona perempuan body goal itu. "Rara Ireng sakit hati banget disebut cewek kloning, ia sampai bersumpah untuk memenjarakan namamu di hatinya seumur-umur, untuk mengingat permusuhan denganmu." "Aku hanya heran orang tuanya memberi nama belakang Ireng, padahal kulitnya putih eksotik." Putri bangsawan modern dan terpandang seperti Rara Ireng pasti sakit hati sekali kalau sudah tersentuh harga dirinya. Rara Ireng sempat mengadu ke polisi dan orang tua mereka terpaksa turun tangan. "Aku hampir masuk sel kalau Rara Ireng tidak kelepasan menyebutku cowok terbusuk di dunia, akhirnya terjadi restorative justice." Ulupi muncul di ruangan khusus itu tanpa pemberitahuan lebih dahulu, padahal ada penerima tamu di depan. Ulupi tampak sangat bersedih seperti baru mengalami bencana hati. "Apa yang terjadi denganmu?" tanya Arjuna. "Tetes air matamu sangat menyakitkan untuk dilihat." "Wisnu membatalkan pernikahan." Arjuna terkejut. "Bagaimana ia sampai membatalkan pernikahan padahal tinggal beberapa minggu lagi?" "Gara-gara kamu."Arjuna ingin mendatangi Wisnu untuk menjelaskan masalahnya tapi kuatir terjadi keributan. Arjuna segera pulang dan meninggalkan Ulupi di rumah Lesmana, sebelum Chitrangada dan Rara Ireng tiba. Ia berpesan kepada mereka untuk tidak menceritakan kedatangannya. Arjuna tidak terkejut saat menerima telpon dari Chitrangada, ia bertanya sambil berendam di jacuzzi, "Ada apa?" "Gawat! Pernikahan Ulupi berantakan gara-gara kamu!" "Sekarang kau berada di mana?" Arjuna kuatir Chitrangada menelpon dari rumah Lesmana dan didengar Rara Ireng, persoalan pasti merembet. Arjuna lega saat tahu Chitrangada sudah meninggalkan rumah cenayang itu. "Aku dalam perjalanan ke rumah Wisnu. Aku kira persoalan sudah selesai, ternyata chaos." Arjuna juga heran Wisnu sangat posesif. Ia sendiri tidak mempersoalkan mereka pergi berdua. Masa lalu bukan halangan untuk menjalin pertemanan. Cinta butuh kepercayaan. "Kebersamaan aku dengan Ulupi seperti kebersamaan kamu dengan Wisnu. Lalu persoalannya di mana?"
"Aku tidak tahu siapa bapakmu!" Dewi Priti sudah habis kesabaran menghadapi pertanyaan Arjuna sejak ia di-bully teman SD hingga sekarang sudah menjadi CEO. "Aku tidak pernah bertemu lagi dengannya sejak malam terkutuk itu!" Seperempat abad silam, Dewi Priti dan beberapa teman SMA mengadakan pesta kelulusan di sebuah diskotik hotel berbintang, minumannya ada yang membubuhi obat perangsang, ia meminta seorang eksekutif muda yang bertemu di koridor untuk membebaskan hasrat yang menggila. Cinta satu malam itu menimbulkan bencana sehingga ia diasingkan ke pelosok untuk menjaga kehormatan keluarga. Dewi Priti sudah putus asa mencari pria itu, semua pegawai hotel ditemui, bahkan ia mendatangi alamat tamu pria yang menginap malam itu, tapi tak ditemukan. "Carilah calon istri yang tidak peduli siapa bapakmu!" kata Dewi Priti kesal. "Perempuan bukan hanya Chitrangada!" Arjuna terduduk lemas di sofa beludru. Ia sulit memahami hingga kini, bagaimana keluarganya sampai tidak menemuka
"Mahakarya yang sangat sempurna." Arkeolog memeriksa kujang emas dengan kaca pembesar, tiada cacat sama sekali. "Anda mendapatkan dari mana? Orang itu bodoh sekali menjualnya." "Apa keistimewaan kujang itu?" tanya Arjuna. "Selain terbuat dari emas murni." Kujang itu petunjuk yang tertinggal dalam tragedi cinta satu malam. Ibunya menemukan kujang itu tergeletak di meja saat terbangun keesokan harinya. "Kujang emas ini peninggalan abad enam belas jika dilihat dari motifnya," kata arkeolog. "Senjata pusaka kasta ksatria." "Kau tahu berapa nilainya?" "Kujang ini tak ternilai. Kau tinggal sebutkan harga, mereka langsung mengeluarkan uang." Berarti bapaknya seorang kolektor seni yang kaya raya. Tidak banyak orang yang mempunyai kegemaran gila di negeri ini. Di kepalanya mulai muncul beberapa tokoh publik dan konglomerat. "Kau punya alamat kolektor seni terkemuka?" "Tentu saja. Mereka sering meminta pendapatku. Tapi buat apa kau tanyakan alamat mereka? Kau mau menjual
"Tertutup cahaya putih." Lesmana membuka mata dengan wajah berkeringat, kelihatan berat sekali untuk mencari tahu siapa pemilik kujang emas. Lesmana sudah menyerah dari tadi kalau bukan permintaan sahabat lamanya. "Sulit sekali menembus cahaya itu." Arjuna merasa kasihan melihat kondisi cenayang itu, sepertinya kalah ilmu sehingga tidak sanggup membuka tabir. Barangkali bapaknya berilmu tinggi, atau mempunyai guru spiritual untuk menutup penerawangan dari kompetitor bisnis atau orang berbuat jahat. "Jangan paksakan," kata Arjuna. "Terima kasih atas bantuanmu." "Kujang ini memiliki kesaktian luar biasa." Lesmana mengembalikan kujang emas yang dipegangnya. "Hawanya sangat aneh." Kujang receh dibilang sakti, keluh Arjuna dalam hati. Lamarannya pasti diterima Angada kalau kujang itu sakti. Nyatanya kujang emas tidak dapat menolong dirinya, pemiliknya saja gelap. Ia curiga Lesmana cenayang konten, padahal ilmunya kosong. "Aku ada beberapa kenalan cenayang," kata Ulupi setelah me
Arjuna memperhatikan kujang emas sambil duduk dengan lesu di kursi kerja. Kujang itu selalu dibawanya ke mana pun pergi, siapa tahu ia bertemu secara kebetulan dengan pemiliknya. Arjuna belum menemukan jawaban, bagaimana kujang bernilai ratusan miliar sampai tertinggal di kamar hotel? Apakah bapaknya seorang pejabat penting sehingga buru-buru pergi karena kuatir tertangkap tim OTT? Telpon internal di meja berbunyi, ia tekan tuts. "Maaf mengganggu, Pak." Terdengar suara sekretaris lewat loud speaker. "Ada tamu." "Hari ini tidak ada schedule menerima tamu." Arjuna sedang tidak mau diganggu. Pikirannya lagi kacau. Ibunya mendesak untuk menjual kujang emas karena ada tawaran menggiurkan dari kolektor kelas kakap dari negeri jiran. Bukan butuh uang untuk investasi, ibunya menginginkan Arjuna untuk melupakan bapaknya dan mengakhiri pencarian sia-sia. Arjuna menolak, ia ingin menjadikan kujang emas sebagai pengganti bapaknya, sehingga perlu dipertahankan sampai akhir hayat. "
"Celaka!" Arjuna terduduk lemas di kursinya. Nasib baik seolah tak berpihak padanya. Padahal ia menyebutkan nama yang sekiranya tidak dikenal, ternyata menjadi rekan bisnis Chitrangada. "Kenapa aku bilang Rara Ireng pilihan bapakku?" Rara Ireng adalah musuh bebuyutan sewaktu SMA, dan menjadi kompetitor bisnis setelah mereka menjadi CEO. Perseteruan mereka barangkali sampai kiamat kalau Rara Ireng tidak meneruskan bisnis ayahnya dan tinggal di Kuala Lumpur. Perusahaan di Jakarta dipegang adiknya, dan Arjuna baru merasa tenteram dan damai. Chitrangada muncul dari toilet, ia mengeluh, "Aku tidak tahu apa keistimewaan Rara Ireng sampai bapakmu tidak menyetujui aku jadi menantunya." "Mantannya lebih sedikit." "Ada pengaruhnya bagimu?" "Tidak ada." Mantan Arjuna juga banyak sampai ia menemukan gadis yang cocok untuk mengakhiri petualangannya. "Aku tinggal di Boston untuk menimba ilmu, bukan menimba budaya mereka," kata Chitrangada. "Lalu apa masalahnya dengan paham
Arjuna bertanya kepada sekretaris lewat telpon internal, "Ada orang masuk saat aku pergi ke basement?" "Tidak ada, Pak." Arjuna menyesal seharusnya kujang emas disimpan di brankas. Tapi laci meja dikunci dan tidak ada tanda-tanda dibuka paksa. Arjuna memeriksa rekaman kamera pengawas, tidak ada orang masuk selama ditinggal pergi. "Sungguh aneh," kata Arjuna. "Apa mungkin ada pencuri masuk lewat kaca gedung?" Ada perbaikan sealant pada kaca gedung. Tapi bagaimana mereka masuk sementara kaca tertutup rapat? Laci juga tidak mengalami kerusakan. Ibunya menghubungi lewat gawai, "Kok lama sekali?" "Kujangnya hilang." "Apa?" Terdengar nada kaget cukup keras. "Bagaimana hal itu terjadi?" "Sewaktu aku mengantar Chitrangada ke basement parkir, kujang disimpan di laci dan dikunci, sekarang tidak ada." Kujang emas benar-benar bikin jengkel Arjuna. Ia ada kesempatan untuk membuktikan Datuk Cakil adalah ayah biologisnya, tapi kujang emas menutup kesempatan itu. Arjuna memberi perinta