Arjuna bertanya kepada sekretaris lewat telpon internal, "Ada orang masuk saat aku pergi ke basement?"
"Tidak ada, Pak." Arjuna menyesal seharusnya kujang emas disimpan di brankas. Tapi laci meja dikunci dan tidak ada tanda-tanda dibuka paksa. Arjuna memeriksa rekaman kamera pengawas, tidak ada orang masuk selama ditinggal pergi. "Sungguh aneh," kata Arjuna. "Apa mungkin ada pencuri masuk lewat kaca gedung?" Ada perbaikan sealant pada kaca gedung. Tapi bagaimana mereka masuk sementara kaca tertutup rapat? Laci juga tidak mengalami kerusakan. Ibunya menghubungi lewat gawai, "Kok lama sekali?" "Kujangnya hilang." "Apa?" Terdengar nada kaget cukup keras. "Bagaimana hal itu terjadi?" "Sewaktu aku mengantar Chitrangada ke basement parkir, kujang disimpan di laci dan dikunci, sekarang tidak ada." Kujang emas benar-benar bikin jengkel Arjuna. Ia ada kesempatan untuk membuktikan Datuk Cakil adalah ayah biologisnya, tapi kujang emas menutup kesempatan itu. Arjuna memberi perintah kepada sekretaris lewat telpon internal, "Tanyakan pada kepala security, adakah layanan housekeeping untuk ruanganku?" "Pintu ruangan ada di depan saya, jadi saya tahu kalau ada orang masuk." "Nyatanya barangku hilang." Arjuna bangkit mengamati pekerja kontraktor yang memperbaiki sealant kaca gedung. Ia tidak melihat sosok mencurigakan di antara para pekerja yang bergelantungan itu. Dewi Priti muncul bersama dua orang tamunya. "Aku yakin ada maling masuk ke ruang kerjamu," kata Dewi Priti. "Padahal pengamanan lantai direksi sangat ketat." Security berjaga di lift dan tangga darurat secara nonstop, jadi maling sulit masuk tanpa sepengetahuan mereka. "Aku sudah melihat rekaman kamera pengawas tidak ada orang masuk," jawab Arjuna bingung. "Tapi kujang emas di laciku hilang." "Siapa saja yang memegang kunci cadangan laci mejamu?" "Tidak ada lagi selain kepala security." "Kau sudah panggil kepala security?" "Sekretarisku lagi mengurusnya. Tapi aku tidak mencurigai pegawaiku. Mereka tidak mengetahui kujang itu." Datuk Cakil bertanya, "Bagaimana dengan pekerja perbaikan kaca? Apakah ada kemungkinan mengetahui?" "Mereka pasti melihatnya karena bekerja di depanku. Tapi apakah mereka sangat ahli untuk mencuri sehingga tidak meninggalkan jejak sama sekali?" "Boleh aku tahu di laci mana anda menyimpan kujang emas?" Arjuna menganggap permintaan itu kurang etis karena mereka baru bertemu, tapi ia mengizinkan Datuk Cakil untuk memeriksa. "Sejak kapan anda menaruh kujang emas di laci ini?" "Setiap masuk kantor kujang emas disimpan di laci itu." "Sudah berapa hari perbaikan sealant kaca gedung?" "Seminggu." "Aku kira cukup untuk mempelajari ruang kerja anda." "Kau mencurigai pekerja kontraktor?" "Anda sangat percaya kepada pegawai anda. Lalu anda mencurigai kujang emas raib sendiri?" "Selera humor orang Melayu lumayan juga." "Aku harus segera ke bandara, kabari aku kalau kujang emas sudah ditemukan. Sebaiknya anda segera lapor polisi." Arjuna justru ingin menghindari berurusan dengan polisi. Ia pesimis kujang emas ditemukan, tapi optimis masa lalu ibunya terbongkar ke publik. Polisi pasti ingin mengetahui asal usul kujang itu. Mereka berhadapan dengan hukum kalau memberi keterangan palsu. Jagat maya jadi tahu kalau Arjuna adalah anak dari cinta satu malam. Sekretaris memberi laporan lewat telpon internal, "Kepala security memastikan bahwa hari ini tidak ada layanan housekeeping untuk lantai direksi, dan kunci cadangan tersimpan rapi di brankas." "Terima kasih atas informasinya. Jangan bikin gaduh kantor dengan menyebarkan berita kepada pegawai. Anggap saja tidak ada kejadian apa-apa." Arjuna ingin menutup kasus ini. Hilangnya kujang emas melepaskan beban pikiran untuk membawa bapak pura-pura ke hadapan Angada. Ia sudah meminta manajer rumah tangga untuk mendalami peran yang dilakoninya. "Bagaimana kau menganggap tidak ada kejadian apa-apa untuk barang bernilai empat ratus miliar?" protes Dewi Priti. "Uang sebanyak itu bisa kau gunakan untuk ekspansi bisnis." "Uang sebanyak itu aku gunakan untuk menutup masa lalu Ibu," sahut Arjuna. "Aku tidak mau semua orang tahu siapa aku ini." Bagi Arjuna, uang bukan ukuran untuk mengorbankan nama baik. Ia tidak butuh uang, ia butuh bapak untuk melamar Chitrangada. "Hatiku sangat capek. Aku ingin berendam di jacuzzi." Arjuna memasukkan berkas laporan ke tas kerja, ia ingin membacanya di rumah. Kemudian Arjuna membuka laci meja untuk mengambil catatan kecil, dan ia mendelik. Kujang emas tampak tergeletak di dalam laci!"Kujang setan." Arjuna teringat pada cenayang yang terbakar jubahnya gara-gara kujang emas. Ia belum keluar dari rumah sakit karena mengalami luka bakar cukup serius. Arjuna menyesal sudah memaki-maki cenayang itu. "Datang dan pergi seenaknya." Dewi Priti terkejut mendengar ucapan itu, ia sampai urung keluar dari ruang kerja putranya. "Ada apa?" Arjuna mengeluarkan kujang emas dari laci. Dewi Priti melotot. "Tadi kulihat laci itu kosong, bagaimana sekarang ada di laci?" "Ibu bertanya pada siapa?" Arjuna pusing memikirkan keanehan itu. Kujang emas dimasukkan ke tas kerja. Dewi Priti segera menghubungi Datuk Cakil, sambil berkata, "Mumpung belum jauh." Perkiraannya Datuk Cakil baru keluar dari basement parkir. "Kenapa pikiran Ibu sederhana sekali?" Arjuna kesal melihat ibunya menghubungi datuk dari seberang itu. "Mestinya Ibu tahu kujang emas tidak mau berpindah tangan, ia pasti menghilang lagi kalau Datuk Cakil datang." Arjuna pergi meninggalkan ruang kerja. "Mau ke mana
Arjuna ingin mendatangi Wisnu untuk menjelaskan masalahnya tapi kuatir terjadi keributan. Arjuna segera pulang dan meninggalkan Ulupi di rumah Lesmana, sebelum Chitrangada dan Rara Ireng tiba. Ia berpesan kepada mereka untuk tidak menceritakan kedatangannya. Arjuna tidak terkejut saat menerima telpon dari Chitrangada, ia bertanya sambil berendam di jacuzzi, "Ada apa?" "Gawat! Pernikahan Ulupi berantakan gara-gara kamu!" "Sekarang kau berada di mana?" Arjuna kuatir Chitrangada menelpon dari rumah Lesmana dan didengar Rara Ireng, persoalan pasti merembet. Arjuna lega saat tahu Chitrangada sudah meninggalkan rumah cenayang itu. "Aku dalam perjalanan ke rumah Wisnu. Aku kira persoalan sudah selesai, ternyata chaos." Arjuna juga heran Wisnu sangat posesif. Ia sendiri tidak mempersoalkan mereka pergi berdua. Masa lalu bukan halangan untuk menjalin pertemanan. Cinta butuh kepercayaan. "Kebersamaan aku dengan Ulupi seperti kebersamaan kamu dengan Wisnu. Lalu persoalannya di mana?"
"Aku tidak tahu siapa bapakmu!" Dewi Priti sudah habis kesabaran menghadapi pertanyaan Arjuna sejak ia di-bully teman SD hingga sekarang sudah menjadi CEO. "Aku tidak pernah bertemu lagi dengannya sejak malam terkutuk itu!" Seperempat abad silam, Dewi Priti dan beberapa teman SMA mengadakan pesta kelulusan di sebuah diskotik hotel berbintang, minumannya ada yang membubuhi obat perangsang, ia meminta seorang eksekutif muda yang bertemu di koridor untuk membebaskan hasrat yang menggila. Cinta satu malam itu menimbulkan bencana sehingga ia diasingkan ke pelosok untuk menjaga kehormatan keluarga. Dewi Priti sudah putus asa mencari pria itu, semua pegawai hotel ditemui, bahkan ia mendatangi alamat tamu pria yang menginap malam itu, tapi tak ditemukan. "Carilah calon istri yang tidak peduli siapa bapakmu!" kata Dewi Priti kesal. "Perempuan bukan hanya Chitrangada!" Arjuna terduduk lemas di sofa beludru. Ia sulit memahami hingga kini, bagaimana keluarganya sampai tidak menemuka
"Mahakarya yang sangat sempurna." Arkeolog memeriksa kujang emas dengan kaca pembesar, tiada cacat sama sekali. "Anda mendapatkan dari mana? Orang itu bodoh sekali menjualnya." "Apa keistimewaan kujang itu?" tanya Arjuna. "Selain terbuat dari emas murni." Kujang itu petunjuk yang tertinggal dalam tragedi cinta satu malam. Ibunya menemukan kujang itu tergeletak di meja saat terbangun keesokan harinya. "Kujang emas ini peninggalan abad enam belas jika dilihat dari motifnya," kata arkeolog. "Senjata pusaka kasta ksatria." "Kau tahu berapa nilainya?" "Kujang ini tak ternilai. Kau tinggal sebutkan harga, mereka langsung mengeluarkan uang." Berarti bapaknya seorang kolektor seni yang kaya raya. Tidak banyak orang yang mempunyai kegemaran gila di negeri ini. Di kepalanya mulai muncul beberapa tokoh publik dan konglomerat. "Kau punya alamat kolektor seni terkemuka?" "Tentu saja. Mereka sering meminta pendapatku. Tapi buat apa kau tanyakan alamat mereka? Kau mau menjual
"Tertutup cahaya putih." Lesmana membuka mata dengan wajah berkeringat, kelihatan berat sekali untuk mencari tahu siapa pemilik kujang emas. Lesmana sudah menyerah dari tadi kalau bukan permintaan sahabat lamanya. "Sulit sekali menembus cahaya itu." Arjuna merasa kasihan melihat kondisi cenayang itu, sepertinya kalah ilmu sehingga tidak sanggup membuka tabir. Barangkali bapaknya berilmu tinggi, atau mempunyai guru spiritual untuk menutup penerawangan dari kompetitor bisnis atau orang berbuat jahat. "Jangan paksakan," kata Arjuna. "Terima kasih atas bantuanmu." "Kujang ini memiliki kesaktian luar biasa." Lesmana mengembalikan kujang emas yang dipegangnya. "Hawanya sangat aneh." Kujang receh dibilang sakti, keluh Arjuna dalam hati. Lamarannya pasti diterima Angada kalau kujang itu sakti. Nyatanya kujang emas tidak dapat menolong dirinya, pemiliknya saja gelap. Ia curiga Lesmana cenayang konten, padahal ilmunya kosong. "Aku ada beberapa kenalan cenayang," kata Ulupi setelah me
Arjuna memperhatikan kujang emas sambil duduk dengan lesu di kursi kerja. Kujang itu selalu dibawanya ke mana pun pergi, siapa tahu ia bertemu secara kebetulan dengan pemiliknya. Arjuna belum menemukan jawaban, bagaimana kujang bernilai ratusan miliar sampai tertinggal di kamar hotel? Apakah bapaknya seorang pejabat penting sehingga buru-buru pergi karena kuatir tertangkap tim OTT? Telpon internal di meja berbunyi, ia tekan tuts. "Maaf mengganggu, Pak." Terdengar suara sekretaris lewat loud speaker. "Ada tamu." "Hari ini tidak ada schedule menerima tamu." Arjuna sedang tidak mau diganggu. Pikirannya lagi kacau. Ibunya mendesak untuk menjual kujang emas karena ada tawaran menggiurkan dari kolektor kelas kakap dari negeri jiran. Bukan butuh uang untuk investasi, ibunya menginginkan Arjuna untuk melupakan bapaknya dan mengakhiri pencarian sia-sia. Arjuna menolak, ia ingin menjadikan kujang emas sebagai pengganti bapaknya, sehingga perlu dipertahankan sampai akhir hayat. "
"Celaka!" Arjuna terduduk lemas di kursinya. Nasib baik seolah tak berpihak padanya. Padahal ia menyebutkan nama yang sekiranya tidak dikenal, ternyata menjadi rekan bisnis Chitrangada. "Kenapa aku bilang Rara Ireng pilihan bapakku?" Rara Ireng adalah musuh bebuyutan sewaktu SMA, dan menjadi kompetitor bisnis setelah mereka menjadi CEO. Perseteruan mereka barangkali sampai kiamat kalau Rara Ireng tidak meneruskan bisnis ayahnya dan tinggal di Kuala Lumpur. Perusahaan di Jakarta dipegang adiknya, dan Arjuna baru merasa tenteram dan damai. Chitrangada muncul dari toilet, ia mengeluh, "Aku tidak tahu apa keistimewaan Rara Ireng sampai bapakmu tidak menyetujui aku jadi menantunya." "Mantannya lebih sedikit." "Ada pengaruhnya bagimu?" "Tidak ada." Mantan Arjuna juga banyak sampai ia menemukan gadis yang cocok untuk mengakhiri petualangannya. "Aku tinggal di Boston untuk menimba ilmu, bukan menimba budaya mereka," kata Chitrangada. "Lalu apa masalahnya dengan paham