Share

Bab 4

Arjuna memperhatikan kujang emas sambil duduk dengan lesu di kursi kerja. Kujang itu selalu dibawanya ke mana pun pergi, siapa tahu ia bertemu secara kebetulan dengan pemiliknya.

Arjuna belum menemukan jawaban, bagaimana kujang bernilai ratusan miliar sampai tertinggal di kamar hotel? Apakah bapaknya seorang pejabat penting sehingga buru-buru pergi karena kuatir tertangkap tim OTT?

Telpon internal di meja berbunyi, ia tekan tuts.

"Maaf mengganggu, Pak." Terdengar suara sekretaris lewat loud speaker. "Ada tamu."

"Hari ini tidak ada schedule menerima tamu."

Arjuna sedang tidak mau diganggu. Pikirannya lagi kacau. Ibunya mendesak untuk menjual kujang emas karena ada tawaran menggiurkan dari kolektor kelas kakap dari negeri jiran.

Bukan butuh uang untuk investasi, ibunya menginginkan Arjuna untuk melupakan bapaknya dan mengakhiri pencarian sia-sia.

Arjuna menolak, ia ingin menjadikan kujang emas sebagai pengganti bapaknya, sehingga perlu dipertahankan sampai akhir hayat.

"Tamu itu ada urusan penting dan mendesak," ujar sekretaris. "Apa diminta datang lain kali?"

Arjuna berpikir sejenak, lalu berkata, "Ya sudah, antar ke ruanganku."

Arjuna menyimpan kujang emas di laci meja. Kemudian masuk seorang perempuan cantik jelita dengan dandanan sangat modis.

"Bagaimana sekretarismu sampai tidak mengenali aku?" gerutu Chitrangada. "Aku merasa seperti tamu asing di kantor ini."

"Siska baru dua hari di ruangan itu, pengganti sementara sekretarisku, ia cuti hamil. Kau kan bisa langsung masuk. Aku tidak mau diganggu untuk tamu, bukan untuk calon istri."

"Aku tidak mau disebut mentang-mentang."

"Lalu apa urusan penting dan mendesak itu?"

Arjuna menganggap peristiwa di lobi hotel berbintang itu bukan peristiwa penting dan mendesak, ia berniat meminta penjelasan saat makan siang, tapi Chitrangada keburu datang.

Arjuna percaya mereka berada di hotel itu bukan untuk kepentingan syahwat. Terlalu murah harga kesetiaan Chitrangada.

Arjuna kira kedatangan calon istrinya untuk membahas lamaran yang tinggal beberapa hari lagi, ia ingin minta penangguhan karena bapaknya belum ditemukan.

"Mengenai ..."

Chitrangada memotong kalimat Arjuna, "Mengenai kejadian kemarin, aku ada pertemuan dengan kolega bisnis. Aku datang bersama wakilku, Wisnu Pratama."

"Bagaimana Ulupi sampai tidak mengenal dirimu?"

"Kamu juga tidak mengenal Wisnu."

"Aku tidak pernah bertemu dengannya."

"Ulupi juga tidak pernah bertemu denganku. Makanya ia merekam semua kejadian itu."

"Lalu Ulupi mencak-mencak padamu?"

"Justru Wisnu marah-marah pada Ulupi."

Arjuna heran. "Kok bisa? Wisnu merasa dipermalukan dengan rekaman itu?"

"Wisnu curiga kalian CLBK. Aku baru tahu kalau Ulupi mantan terindah di SMA."

Chitrangada menatap tajam sampai menikam hati Arjuna.

Arjuna sangat tertutup dengan masa lalunya. Ia merasa tiada guna menceritakan mantan di depan calon istri, hanya menciptakan suasana kurang nyaman.

Arjuna merasa seperti itu setiap kali Chitrangada bercerita tentang masa lalunya.

"Aku terpaksa turun tangan untuk mendinginkan Wisnu, padahal seharusnya tanggung jawabmu."

"Ulupi bercerita kalau ia seharian bersamaku?"

"Ulupi berusaha jujur kepada calon suaminya."

"Lalu aku tidak berusaha jujur kepadamu? Dalam kasus ini, jujur dan bodoh tidak ada bedanya."

Ulupi seolah cari perkara dengan mengaku jalan bersama mantan. Barangkali maksudnya untuk mengompori Wisnu.

Ulupi terkesan playing victim ketika mereka ternyata ada meeting dengan kolega.

"Aku kira Ulupi bukan bodoh," bela Chitrangada. "Tapi tak mengerti berkeliling kota seharian hanya untuk sebilah kujang emas."

"Berarti aku bodoh, mestinya menjual kujang emas dengan harga terakhir empat ratus miliar."

Chitrangada memandang kaget. "Kujang macam apa sampai bernilai setinggi itu?"

Arjuna mengeluarkan kujang emas dari laci meja dan menunjukkan kepada calon istrinya.

Chitrangada seakan tidak tertarik. "Apakah kujang ini sangat bermasalah bagimu sampai menyita waktumu untuk mencari pemiliknya? Aku sekedar mengingatkan, kesempatan lamaran tinggal beberapa hari lagi."

"Jadi aku tidak ada kesempatan lagi setelah itu?"

"Papi merasa dipermainkan kalau kau mengulur-ulur waktu."

"Aku tidak mengulur-ulur waktu."

"Lalu kenapa bapakmu belum pulang juga dari luar negeri?"

Arjuna merasa perlu menyampaikan kebohongan yang mempertaruhkan cintanya, "Bapakku sebenarnya tidak setuju dengan pilihanku. Jadi ia tak bisa datang."

Chitrangada terdiam.

"Aku sedang berusaha melobi bapakku, sebab aku sudah terlanjur sayang."

"Ada calon dari bapakmu?"

"Rara Ireng, pengusaha dari negeri jiran."

Chitrangada terkejut.

"Kau kenal?"

"Aku meeting dengannya kemarin, siang ini ada penandatanganan kerja sama."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status