Share

158 . Kejujuran Yoga

Lama aku menunggu Yoga berbicara jujur, dengan sabar aku menunggu dan mencoba menyakinkan apa yang seharusnya dia ungkapkan. Lambat laun bibir mungil itu mulai terbuka dan mengeluarkan suara yang lama aku nanti.

"Bunda, maafkan Yoga bila harus pulang ke rumah ayah mulai esok hari!" ucapnya pelan sambil menunduk.

Aku menghirup napas panjang, sebuah perasan menyusup dalam relung hati. Mengapa begitu sakitnya saat putraku mengatakan dan meminta ijinku. Apakah aku tidak pantas untuk mengurusnya? Apakah hanya dia yang mampu membiayai hidup kedua anakku? Jujur aku tidak rela, tetapi kembali pada niat awalku datang ke Surabaya. Aku harus iklas dan tidak boleh egois.

Kupandang wajah Yoga, kutangkupkan kedua tapak tanganku pada wajah tampannya. Manik mata yang cokelat kebiruan berkilat penuh dendam. Ada rasa yang ingin keluar dan membumbung tinggi tetapi seketika terhempas tiada berdaya. Itulah yang tersirat pada sorot mata itu. Kudekatkan wajahku pada wajah putraku, hidung kami saling menemp
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status